Angka Hamil Meningkat Selama Pandemi, DPR: Terjadi Akibat Banyaknya Masyarakat Beraktifitas dari Rumah
Oleh : Kormen Barus | Selasa, 28 September 2021 - 06:55 WIB
Anggota Komisi VIII DPR RI Endang Maria Astuti saat Rapat Dengar Pendapat dengan Eselon I Kementerian Agama, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (27/9/2021). Foto: Runi/Man
INDUSTRY.co.id, Jakarta-Anggota Komisi VIII DPR RI Endang Maria Astuti menyoroti peningkatan angka kehamilan selama pandemi Covid-19, sebab hal ini terjadi akibat banyaknya masyarakat yang beraktifitas dari rumah. Ia menyebut bahwa angka kehamilan meningkat sejak tiga bulan terakhir, sehingga menurutnya dibutuhkan upaya pemerintah dalam menangani masalah tersebut.
“Belakangan ini angka kehamilan sangat tinggi Pak, apalagi yang paling besar mengalami kehamilan itu anak-anak muda. Tidak dipungkiri bahwa hal ini akibat banyaknya masyarakat yang kerja dari rumah. Tentu masalah ini harus kita tanggapi serius,” kata Endang saat Rapat Dengar Pendapat dengan Eselon I Kementerian Agama, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (27/9/2021), seperti dikutip industry.co.id.
Endang mengatakan tingginya angka kehamilan apabila dibiarkan akan menganggu masa depan penerus bangsa karena peran generasi muda yang seharusnya menjalankan pendidikan dan menuntut ilmu setinggi-tinggi menjadi terhambat sehingga berakibat pada sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.
“Peran generasi muda yang seharusnya menuntut ilmu setinggi-tingginya malah terhambat akibat hal ini apabila dibiarkan, jadi saya harapkan Pak Dirjen agar masalah ini menjadi prioritas Kemenag juga,” kata Anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI tersebut.
Seperti yang diketahui, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat selama pandemi virus Covid-19 ada penurunan penggunaan alat kontrasepsi. Peningkatan itu diketahui dalam kurun waktu tiga bulan terakhir. Hal itu memicu penambahan angka kehamilan masyarakat Indonesia.
Pasalnya, selama pandemi, masyarakat lebih sering berada di rumah untuk bekerja dari rumah. BKKBN mencatat dalam tiga bulan terakhir ada penurunan penggunaan alat kontrasepsi sebesar 10 persen. Hal ini disebut berpotensi menyebabkan sekitar 400 ribu hingga 500 ribu kehamilan.
Komentar Berita