Bikin Bangga Jutaan Masyarakat Indonesia, Wanita Keturunan Indonesia Ini, Ternyata Salah Satu Pemilik Hak Paten Vaksin AstraZeneca
Oleh : Kormen Barus | Minggu, 01 Agustus 2021 - 14:24 WIB
Inilah profil Carina Citra Dewi Joe, peneliti asal Indonesia yang menjadi salah satu pemilik hak paten vaksin AstraZeneca.
INDUSTRY.co.id, Jakarta - Selain Indra Rudiansyah, ternyata ada peneliti Indonesia yang ikut mengembangkan vaksin Covid-19 Astrazeneca di Oxford Univeristy, Inggris.
Dia adalah wanita muda bernama Dr Carina Citra Dewi Joe. Justru wanita peneliti ini adalah salah satu pemilik hak paten vaksin AstraZeneca bersama Sarah Gilbert.
Mereka menjadi perbincangan karena menggratiskan hak paten sehingga harga vaksin AZ menjadi sangat murah harganya.
Wanita ini telah mengharumkan nama NKRI di kancah dunia. Beritanya tentangnya ramai di dunia maya dan menjadi perbincangan netizen Indonesia.
Dr Carina Joe memimpin riset pengembangan vaksin Astrazeneca skala besar di Jenner Institute, Universitas Oxford. Carina yang merupakan peneliti postdoctoral tergabung di Nuffield Department of Clinical Medicine.
Tugas Carina dalam riset ini adalah bisa memproduksi vaksin COVID-19 dalam skala besar dan selesai dengan waktu singkat.
Mengutip video di YouTube Kompas TV pada Jumat (30/7/2021), wanita yang dulu bercita-cita menjadi dokter atau insinyur ini menjelaskan hak paten seperti apa yang dia pegang.
"Paten itu enggak cuma satu doang," ujarnya seraya menerangkan total ada lebih dari enam pemegang hak paten vaksin virus corona Oxford-AstraZeneca karena bidangnya berbeda-beda.
Sarah Gilbert yang mendapat standing ovation di turnamen tenis ternama Wimbledon 2021, juga memegang hak paten tapi tidak semuanya.
Gilbert dikutip dari Reuters pada 11 Maret 2021 pernah mengemukakan, sebaiknya ide mengambil hak paten penuh dibuang jauh-jauh agar bisa dibagi-bagi.
"Saya ingin buang jauh-jauh gagasan itu (mengambil hak paten penuh), agar kita bisa berbagi kekayaan intelektual dan siapa pun bisa membuat vaksin mereka sendiri," ujar wanita berusia 59 tahun itu ke parlemen Inggris.
Kala itu sedang ada pembahasan tentang siapa pemegang hak paten vaksin Covid-19 nantinya.
Lebih lanjut Carina menguraikan, dirinya memegang hak paten tentang manufacturing scale up atau produksi dalam skala besar.
Sederhananya, tanggung jawab Carina Joe adalah menemukan cara agar vaksin AstraZeneca bisa diproduksi lebih banyak.
"Karena percuma kan kalau kita menemukan vaksin, oh ini vaksin efektif, tapi kita enggak bisa produksinya. Kan kita enggak bisa ngasih ke masyarakat juga kan," timpal Indra Rudiansyah, pemuda Indonesia yang berada di balik terciptanya vaksin AstraZeneca.
"Kalau cuman bisa di skala lab mau kapan tahun mungkin kita produksinya, tapi kalau dengan proses development yang Carina lakukan kita memungkinkan scaling up (memperbanyak) produksi vaksin hingga ratusan juta dosis," tandansnya.
Carina sendiri tertarik dengan bidang bioteknologi khususnya tentang manipulasi genetika. Namun, karena saat itu di Indonesia masih belum banyak yang membuka studi bidang tersebut, akhirnya Carina melanjutkan studinya ke luar negeri.
Setelah lulus S1 ia ditawari magang di sebuah perusahaan Australia. Perusahaan itulah yang menawarinya melanjutkan studi hingga meraih gelar PhD untuk mendukung kariernya di bidang penelitian.
Carina Joe kemudian meraih gelar PhD bidang Bioteknologi di Royal Melbourne Institute of Technology, Australia. Pengalaman di industri bioteknologi membawanya terlibat dalam penelitian vaksin AstraZeneca untuk Covid-19 saat ini.
“Setelah PhD saya, saya melanjutkan magang selama 7 tahun. Karena saya memiliki latar belakang industri, saat melamar ke Oxford postdoc, mereka senang dengan latar belakang industri saya,” katanya dikutip dari unggahan Duta Besar Indonesia untuk Inggris, Desra Percaya, di Instagram resminya @desrapercaya.
Carina Joe pernah bekerja dengan beragam laboratorium cGMP di berbagai negara untuk memperjuangkan transfer teknologi proses produksi vaksin.
Melansir Tribunnews pada 31 Juli 2021, dalam live Instagram Desra Percaya, Carina menceritakan pengalamannya saat terlibat produksi Vaksin AstraZeneca. Carina mengaku seperti mendapat proyek besar saat menerima tawaran, karena hasil kerjanya nanti akan memengaruhi langsung kehidupan masyarakat secara global.
"Terus perasaannya ada senangnya ada susahnya juga," ujar Carina dikutip dari Live Instagram Desra Percaya bersama Indra Rudiansyah dan Ganjar Pranowo, Minggu (25/7/2021).
Carina pun menceritakan selama memproduksi vaksin AstraZeneca seluruh tim bekerja super keras, bahkan sampai tujuh hari seminggu dalam waktu 12 jam sehari, tanpa libur dan istirahat selama 1,5 tahun.
"Kita bekerja super keras, saya pikir setengah mati sih. Pas pandemi itu kita kerja tujuh hari seminggu, lebih dari 12 jam sehari. Tanpa libur tanpa istirahat selama 1,5 tahun itu. Supaya itu bisa digunakan di seluruh dunia," ungkap Carina
Komentar Berita