Pemerintah Minta Seluruh Masyarakat Segera Ganti Televisi Secepatnya, Ada Apa?
Oleh : Ridwan | Senin, 15 Maret 2021 - 10:30 WIB
Televisi digital
INDUSTRY.co.id - Jakarta - Dalam upaya mendorong digitalisasi penyiaran, pemerintah secara resmi akan memberhentikan layanan televisi analog mulai tahun 2022.
Pemerintah telah melakukan penyiaran televisi analog atau Analog Switch Off (ASO) akan berakhir di tanggal 2 November 2022. Pada waktu yang bersamaan masyarakat akan menikmati layanan televisi digital secara nasional.
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Ahmad Ramli mengatakan, izin penyiaran televisi dari analog ke digital berdampak positif bagi Indonesia, terutama pada sektor teknologi dan ekonomi.
"Ini kan kalau kita lihat misalnya masyarakat menggunakan TV analog, artinya kita tidak masuk ke teknologi digital. Maka fitur-fitur, kemudian kualitas gambar itu juga menjadi sangat seperti saat ini, terbatas, tidak maksimal," ujar Dirjen PPI Kementerian Kominfo, dikutip dari laman resmi Kominfo Senin (15/3/2021).
Selain itu, Ramli juga mengajak masyarakat untuk segera beralih menggunakan televisi digital seandainya sudah memiliki budget yang cukup, namun seandainya belum, maka dapat menggunakan alternatif yang namanya set top box.
"Saya ingin mengajak masyarakat untuk mengecek, coba cek TV-nya masing-masing, lihat, sudah digital atau belum. Kalau belum, dua alternatifnya kalau punya budget tukar TV ke digital, tapi kalau tidak punya budget maka gunakan yang namanya set top box," jelasnya.
Dirjen PPI Kementerian Kominfo menjelaskan set top box merupakan suatu alat yang bisa diterapkan ke perangkat televisi, sehingga perangkat yang analog secara otomatis berubah ke digital.
"Harganya (alat set top box) di pasaran bisa 150 ribu sampai 250 ribu, tapi intinya sama dengan kalau kita beli pulsa bulanan, "ujarnya.
Tujuan peralihan ini tentu saja dalam rangka meningkatkan kualitas konten yang bisa dinikmati masyarakat.
"Jadi saya ingin mengajak masyarakat segera beralih ke digital juga, karena banyak sekali konten-konten yang ditawarkan oleh stasiun TV sekarang secara simultan yang sudah digital. Saya mendapat laporan terus dari stasiun TV bahwa dia sudah membuka digital di daerah mana saja dan begitu saya cek bagus sekali, " ujarnya.
Selain itu kata Ramli, keuntungan lain dari aspek teknologi terjadi secara signifikan.
"Karena kalau misalnya dulu yang namanya satu kanal itu hanya bisa digunakan oleh satu TV, Kalau di sini bisa sampai 12 TV," jelasnya.
Ia mengibaratkan dengan layanan 5G pada jaringan seluler yang membuat kecepatan semakin tinggi.
"Saat ini masyarakat keluhannya hanya satu, sinyal internet jelek dan seterusnya, antara lain karena frekuensi kita terbatas," papar Dirjen Ramli.
Keuntungan lain juga terlihat dari segi ekonomi, misalnya jika 10% broadband internet bertumbuh, akan ada dampak sekitar 1,25% untuk pertumbuhan ekonomi.
"Ini kan sebetulnya spektakuler dan sekarang kita rasakan ketika semua orang yang berhenti berkegiatan seperti di mall tutup, tempat wisata tutup dan lain-lain, tapi yang namanya perdagangan online jalan terus, karena apa? Karena internet," katanya.
Menurut Dirjen Ramli, salah satu sektor yang tidak sesuai dengan keinginan pandemi Covid-19 adalah akses ekonomi melalui jaringan telekomunikasi.
"Kita bisa menyaksikan sekarang begitu banyak mungkin jutaan orang yang mungkin tidak punya pekerjaan, jadi punya pekerjaan minimal jadi driver gojek. Kalau kita masih (jaringan seluler) 2G atau 3G, gak mungkin ada Gojek yang bisa bekerja dengan fasilitas online seperti itu," tandasnya.
Komentar Berita