MesaStila, Resort Mewah Di Perbukitan Losari yang Sukses Fasilitasi Sidang Kabinet
Oleh : Ridwan | Kamis, 11 Juli 2019 - 21:53 WIB
MesaStila Resort dan Spa Magelang
INDUSTRY.co.id - Magelang - Kalau kamu ingin mengeksplorasi Jawa Tengah, tak lengkap kalau tak mengunjungi Magelang. Selain terkenal dengan wisata candinya, Magelang juga merupakan tempat asik untuk berwisata alam dan kuliner.
Liburan juga bakal kian lengkap jika kita bisa mendapatkan hotel berkonsep alam yang unik dengan layanan mewah yang menawarkan ketenangan. Pilihan terbaik adalah MesaStila Resort dan Spa.
Resort mewah di perbukitan Losari ini memiliki keindahan alam dan culture budaya yang sangat lengkap. Dikelilingi 5 gunung nan eksotis (telomoyo, merbabu, merapai, sindoro dan andong), menjadikan MesaStila Resort dan Spa sebagai pilihan terbaik para wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk untuk menghabiskan waktu liburannya di Magelang.
Miliki sejarah panjang dan berganti banyak pemilik, tak membuat resort dan spa ini kehilangan keindahan alaminya. Tempat ini memang dibangun dengan cinta dari salah satu pemiliknya, wanita berkebangsaan Italia yang telah jatuh cinta dengan budaya Jawa.
Awalnya, pada tahun 1922, seorang pedagang Belanda membabat 20 hektar hutan pinggiran utara Magelang di ketinggian 680 mdpl untuk dijadikan lahan pertanian. Ia menamakan lahan tersebut Perkebunan Kopi Karangredjo.
Namun, enam tahun kemudian, pria bernama Gustav Van der Swan itu membangun villa tempat tinggal di salah satu lerengnya. Ia menanam kopi robusta yang pertama kali dipanen tahun 1934. Kopi merupakan salah satu komoditas dunia yang mewah saat itu sehingga ia bisa hidup berkecukupan selama 8 tahun.
Saat Jepang datang, semua tentara Eropa yang masih tertinggal di Jawa hampir bisa dipastikan tewas. Tidak ada literatur yang menyebutkan nasib Van der Swan.
Lima tahun setelah kemerdekaan RI, lahan kopi tanpa pemilik tersebut dihibahkan Presiden Soekarno kepada Kolonel Tjokroprawiro dari Salatiga sebagai hadiah atas perjuangannya mengusir penjajah.
Setelah Cokroprawiro wafat tahun 1988, sang istri tidak sanggup mengurus kebun lagi sehingga menjualnya kepada seorang wanita berkebangsaan Italia bernama Gabriella Teggia bekas pemilik Amandari Resort di Ubud. Ia mengganti nama Karangredjo menjadi Losari sesuai nama desanya dan menjadikannya sebuah resort perkebunan pada 1991.
Memiliki latar belakang di dunia hospitality, Gabbrilla mengubah perkebunan kopi dengan hanya satu bangunan utama yang dulunya dimanfaatkan sebagai kantor dan rumah bagi Gustav, menjadi sebuah resort mewah dengan nuansa Jawa kental.
Bagian lainnya masih sama, hanya dipoles agar lebih terawat. Bangunan berpilar bulat besar itu kini berfungsi sebagai resepsionis sekaligus perpustakaan.
Tak hanya memanfaatkan bangunan yang telah ada, Gabriella juga mengadopsi bangunan tua lain dari Jepara. Itulah bangunan Stasiun Mayong beserta hanggar keretanya. Bangunan Stasiun Mayong kini difungsikan menjadi concierge. Lokasinya yang berada di pintu masuk menjadi salah satu spot foto paling ikonik di MesaStila yang pernah bernama Losari Coffee Plantation itu.
Sejauh mata memandang, selain hamparan warna hijau rumput, terdapat rumah bernuansa Belanda berdiri kokoh di bagian tengah. Rumah ini merupakan bangunan asli dan tertua di sini.
Butuh waktu 13 tahun bagi Gabbrilla untuk mengumpulkan hingga 23 rumah kuno dari Kudus, Solo, Jepara, Purwodadi dan Jogjakarta. Ia memindahkan setiap rumah tersebut dan membangunnya kembali semirip mungkin di lokasi perkebunan kopi.
"Hampir semua villa disini berasal dari rumah-rumah kono di sekitar Kudus, Solo, Jepara, dan Yogyakarta," ungkap Yoyok, salah satu staf MesaStila Resort dan Spa di Magelang, Jawa Tengah, Kamis (11/7).
Namun, dijelaskan Yoyok, pada 2008, Gabriella menjual resor tersebut kepada PT. Recapital Group yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Rosan P. Roeslani. Namanya pun diubah menjadi MesaStila dan dikelola langsung dari Magelang.
"Mengidap penyakit kanker payudara mengharuskan Gabriella menjual resort mewah dan perkebunan kopi nya ke PT. Recapital Group," katanya.
Dijelaskan Yoyok, nama MesaStila sendiri baru diberikan tahun 2011 yang diambil dari bahasa Swedia, Mesa berarti Bukit dan Stela berarti tenang. Jadi, jika digabung artinya bukit yang tenang.
Saat ini, MesaStilla berdiri di atas lahan seluas 22 hektar (ha), yang dibagi menjadi dua bagia, 11 ha untuk perkebunan kopi, dan 11 ha lainnya berupa villa.
Ada 23 vila dengan berbagai tema Plantation, Arum, Ambar Family, Ambar 2 Bedroom dan Bella Vista. Harga termurah untuk menginap semalam di resort ini mulai dari Rp2,3 juta untuk kamar kapasitas dua orang.
Tak hanya memiliki villa dengan tema unik, adapula fasilitas mewah lainnya yang tersedia, seperti bersepeda, yoga, renang, gym dan jungle gym, berkuda, dan kebun kopi.
Tidak hanya memiliki sejarah panjang, MesaStila juga telah mencatatkan sejarah dengan berhasil dan sukses menjadi tuan rumah dalam Rapat Kabinet pada era Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2006 silam.
"Tahun 2006, ada perhelatan rapat kabinet Presiden SBY. Seluruh menteri saat itu hadir, dan menghabiskan waktu selama 3 hari 2 malam disini," terang Yoyok.
Jadi tunggu apa lagi, bersiaplah untuk memesan kamar jauh-jauh hari jika tak ingin melewatkan momen penting bersama keluarga tercinta.
Komentar Berita