Hingga Akhir Tahun, UBS Ramal Ekonomi Indonesia Capai 5,3 Persen
Oleh : Ahmad Fadli | Senin, 06 Agustus 2018 - 10:00 WIB
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia
INDUSTRY.co.id, Jakarta - Perusahaan finansial asal Swiss, UBS AG memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,3 persen pada 2018.
Ekonom senior UBS Edward Teather berujar, proyeksi itu muncul lantaran adanya perbaikan pada pertumbuhan belanja konsumsi menyusul percepatan investasi yang ada.
"Adanya percepatan di pertumbuhan penjualan ritel menambah keyakinan kami akan proyeksi ini," ujar dia dikutip dalam keterangan resmi UBS pada Ahad, 5 Agustus 2018.
Menurut Edward, langkah Bank Indonesia sudah cukup jelas, baik dalam bentuk aksi maupun pernyataannya. Pengetatan kebijakan dilakukan sebagai langkah preemtif dan didasari oleh faktor eksternal, bukan pertumbuhan domestik maupun inflasi.
Selain itu, bank sentral juga memberikan pelonggaran makroprudensial di sektor properti dan langkah-langkah lain yang mendukung manajemen likuiditas perbankan. Edward melihat hal tersebut sebagai pelunak di tengah tekanan yang menerpa.
"Kami yakin kebijakan hawkish yang diambil BI dikombinasikan dengan pertumbuhan kredit akan menyokong rupiah hingga akhir tahun dan membantu menurunkan risiko premia," ujar Edward.
kendati demikian, Edward menyoroti pelemahan berkelanjutan di pasar pembiayaan global dapat menyebabkan adanya lebih dari satu kali kebijakan penaikan suku bunga lagi, jika BI tetap ingin mempertahankan kondisi perekonomian. "Kami percaya BI ingin menunjukkan kepada investor bahwa mereka berkomitmen menjaga stabulitas nilai tukar."
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan naik meski lambat. Dia masih konsisten dengan proyeksinya bahwa petumbuhan ekonomi pada akhir tahun ini adalah sebesar 5,2 persen.
"Kalau dilihat dari sumber pertumbuhannya, di samping karena stimulus fiskal maupun juga dari konsumsi, kelihatan bahwa investasi terus meningkat," ujar Perry Warjiyo dalam acara Sarasehan Nasional 2018 bertajuk “Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Mewujudkan Stabilitas Harga dan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif serta Berkualitas”, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu, 25 Juli 2018. Kenaikan investasi, kata Perry, tampak bukan hanya di sektor infrastruktur, tapi juga bidang lainnya.
Yang jadi masalah, menurut Perry, adalah kencangnya laju impor. Ekspor juga ada kenaikan, walau tidak sebesar impor."Sehingga dari sisi eksternalnya, sumbangan secara netonya agak lebih rendah," ujar Perry. Kalau dilihat per daerah, angka ekspor di Sumatera, Kalimantan, dan kawasan timur Indonesia membaik dan tumbuh dari segi komoditas.
Komentar Berita