Tarif Impor AS Naik, Saadah Global Dorong UKM Halal Indonesia Ekspansi ke Pasar Alternatif
Oleh : Candra Mata | Jumat, 04 April 2025 - 16:01 WIB

Ilustrasi, Jasa Pengiriman produk industri halal.
INDUSTRY.co.id - Jakarta, Kenaikan tarif impor oleh Pemerintah Amerika Serikat menjadi tantangan baru bagi produk ekspor Indonesia, termasuk produk halal. Mulai 9 April 2025, produk asal Indonesia yang masuk ke pasar AS akan dikenakan tarif sebesar 32 persen, naik dari tarif dasar universal sebesar 10 persen yang mulai diberlakukan pada 5 April 2025.
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku usaha kecil dan menengah (UKM), terutama yang selama ini menjadikan pasar Amerika sebagai tujuan ekspor utama. Namun, bagi Saadah Global, kondisi ini justru menjadi momen strategis untuk mendorong diversifikasi pasar ekspor halal Indonesia.
CEO Saadah Global, Ahmad Soffian, yang juga bagian dari ekosistem Exporthub Indonesia (Exporthub.id), menyatakan bahwa ketergantungan terhadap satu pasar ekspor adalah risiko besar di tengah dinamika global saat ini.
“Kenaikan tarif AS seharusnya menjadi titik balik bagi UKM halal Indonesia untuk mengeksplorasi pasar alternatif yang justru menawarkan peluang lebih besar dan lebih stabil, seperti Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Turki, Mesir, India, dan Afrika Selatan,” ujar Ahmad di Jakarta, Jumat (4/4/2025).
Potensi pasar halal global terus menunjukkan tren positif. Laporan Halal Food Council USA memperkirakan nilai pasar makanan halal dunia akan mencapai lebih dari 2 triliun dollar AS pada tahun 2024. UEA dan Arab Saudi disebut sebagai dua kontributor utama pertumbuhan tersebut. Negara-negara ini sangat menghargai produk halal bersertifikat yang memenuhi standar mutu internasional, menjadikan produk halal Indonesia secara alami kompetitif.
Sementara itu, laporan dari lembaga riset pasar Technavio menyebutkan bahwa pasar makanan halal di Amerika Serikat diperkirakan akan tumbuh sebesar 21,63 miliar dollar AS dalam periode 2024 hingga 2029, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 9 persen. Pertumbuhan tersebut dipicu oleh meningkatnya populasi Muslim serta meningkatnya kesadaran konsumen terhadap produk yang etis dan higienis. Namun, dengan kebijakan tarif proteksionis yang diterapkan AS, UKM Indonesia didorong untuk tidak bergantung hanya pada satu negara tujuan.
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, Saadah Global tengah menjajaki pasar-pasar nontradisional yang dinilai potensial untuk ekspansi produk halal Indonesia. Negara-negara seperti Kamerun, Kenya, Kanada, Uzbekistan, dan kawasan Asia Tengah mulai dilirik sebagai tujuan baru ekspor produk halal, mulai dari makanan dan minuman, kosmetik, hingga produk herbal dan kesehatan berbasis syariah.
Ahmad juga menekankan pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam industri halal nasional, khususnya para pelaku UKM, agar mampu bersaing di pasar global. Saadah Global, kata dia, secara konsisten memberikan pelatihan, pendampingan, dan fasilitasi sertifikasi kepada pelaku UKM.
“Kami tidak hanya fokus pada sertifikasi halal, tapi juga pada pemenuhan standar mutu internasional seperti HACCP, ISO, serta berbagai persyaratan ekspor negara tujuan. Produk halal Indonesia harus naik kelas, dan kami siap menjadi penggeraknya,” tegasnya.
Dalam konteks geopolitik global, Ahmad turut menyambut baik wacana bergabungnya Indonesia ke dalam kelompok BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan). Ia meyakini keanggotaan Indonesia dalam BRICS dapat memperluas akses pasar halal ke negara-negara berkembang yang sedang tumbuh pesat dan memiliki populasi Muslim yang signifikan.
“BRICS memberi peluang emas untuk membentuk blok perdagangan baru yang lebih adil bagi negara-negara berkembang. Bagi industri halal Indonesia, ini bisa menjadi jalur cepat menuju pasar strategis di Asia, Afrika, dan Amerika Latin,” ujarnya.
Sebagai bagian dari ekosistem Exporthub.id, Saadah Global juga terus mendorong kolaborasi antarpelaku UKM dalam menghadapi tantangan ekspor sekaligus mengoptimalkan potensi industri halal global yang kini tumbuh menjadi salah satu sektor ekonomi paling dinamis di dunia.
Baca Juga
Artaboga Gandeng Brinks Optimalkan Pengelolaan Kas dengan Digital…
Delapan Tips Sukses Jalankan Bisnis Franchise di Indonesia ala Ninja…
Pelindo Solusi Logistik Layani Kedatangan dan Mobilisasi 24 Gerbong…
Benahi Kinerja Keuangan, ID FOOD Berhasil Turunkan Utang
AeXI, Garda Depan UMKM Indonesia Menembus Pasar Ekspor
Industri Hari Ini

Selasa, 08 April 2025 - 22:38 WIB
Arwana Keramik Tetap Melaju Kencang dengan Dividen Payout Ratio yang Lebih Besar
PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) sukses menutup tahun buku 2024 dengan hasil penjualan bersih sebesar Rp 2,63 triliun atau meningkat 7,55% dibandingkan perolehan di tahun sebelumnya sebesar Rp…

Selasa, 08 April 2025 - 20:15 WIB
Dari Detoks Digital ke Detoks Etika Komunikasi: Belajar dari Berbagai Negara
JIKA ada yang bertanya mengapa ketika berbicara mengenai digital native selalu dikaitkan dengan Generasi Z maka argumentasinya adalah karena mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012,…

Selasa, 08 April 2025 - 19:40 WIB
Qatar Gandeng BTN Siapkan USD2 Miliar Bangun 100.000 Unit Hunian di Indonesia
DOHA - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan investasi asal Qatar yakni AlQilaa International Group terkait implementasi program perumahan…

Selasa, 08 April 2025 - 19:27 WIB
Terkait Pemulihan Sistem Saat Libur Lebaran, Berikut Klarifikasi Bank DKI
Jakarta-Terkait dengan aktivitas pemulihan sistem yang dilakukan Bank DKI sepanjang periode libur lebaran tahun 2025, Direktur Utama Bank DKI, Agus Haryoto Widodo menyampaikan klarifikasi resmi…

Selasa, 08 April 2025 - 17:02 WIB
Kisah Suryani, Kartini Modern Pejuang Ekonomi Keluarga yang Berhasil Naik Kelas Lewat Pendanaan KUR BRI
Upaya Kartini di masa lalu dalam memperjuangkan emansipasi wanita rasanya tidak pupus ditelan zaman. Buktinya, hingga saat ini banyak perempuan-perempuan yang tak mau berdiam diri. Demi mengangkat…
Komentar Berita