Generasi Muda Semakin Berminat Memiliki Rumah, Begini Tren Sepanjang Tahun 2024
Oleh : Hariyanto | Senin, 30 Desember 2024 - 17:29 WIB
Ilustrasi perumahan
INDUSTRY.co.id - Jakarta – Tahun 2024 menjadi tahun yang menarik bagi generasi muda Indonesia dalam mewujudkan hunian impiannya. Laporan 123 Property Recap 2024: The Youth Moves persembahan Rumah123 menunjukkan adanya pergeseran minat di kalangan generasi muda. Jika sebelumnya mereka lebih tertarik menyewa hunian, kini semakin banyak yang melihat pentingnya kepemilikan rumah.
Berdasarkan data terkini, 75% pencari properti di Rumah123 berasal dari generasi muda. Dalam paparan data ini, Rumah123 membagi generasi muda menjadi tiga segmen usia, yakni 18-24 tahun, 25-34 tahun, dan 35-44 tahun. Sementara itu, pencari rumah dari generasi yang lebih tua, yakni kelompok usia 45-54 tahun, berada di posisi berikutnya sebagai perbandingan.
“Pada awalnya, sejak pertengahan 2021, permintaan rumah yang disewa oleh kalangan generasi muda tumbuh lebih cepat dibanding permintaan rumah yang dijual. Misalnya, di akhir 2021, permintaan rumah yang dijual turun 41,4% secara tahunan, sementara rumah sewa justru naik 1,5%. Mulai Februari 2024, pertumbuhan permintaan rumah yang dijual mencapai 78,6%, lebih tinggi dibandingkan rumah sewa yang tumbuh 59,2%. Tren ini terus berlanjut hingga September 2024.” kata Head of Research Rumah123, Marisa Jaya di Jakarta, Senin (30/12/2024).
Meski demikian memasuki akhir tahun, pertumbuhan permintaan tahunan terhadap rumah yang disewa tercatat lebih tinggi 8,4% sementara permintaan akan rumah yang dijual tumbuh tipis di 0,7%. Hal ini beriringan dengan melambatnya aktivitas transaksi properti mendekati akhir tahun, dimana masyarakat, khususnya generasi muda lebih fokus pada prioritas aktivitas lain, seperti mempersiapkan traveling hingga belanja untuk merayakan momen liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025.
Rumah123 melihat fenomena menarik soal preferensi pencarian rumah tapak dan apartemen berdasarkan usia. Untuk rumah tapak, semua kelompok umur, baik generasi muda dan tua cenderung lebih memilih membeli rumah (baik seken atau baru) daripada menyewa.
Kelompok usia 18-24 tahun, misalnya, 51,6% lebih suka membeli rumah seken, 26,2% tertarik membeli rumah baru, dan 22,2% memilih menyewa. Tren serupa juga terlihat di usia 25-34 tahun, dengan 55,1% memilih membeli rumah seken, 22,8% membeli rumah baru dan 22,1% lainnya lebih memilih menyewa. Begitupun dengan kelompok usia 35-44 tahun yang tertarik membeli rumah seken sebanyak 57,6%, rumah baru sebesar 23,3% dan menyewa rumah sekitar 19,2%.
Namun, trennya berbeda jika dibandingkan apartemen, dimana semakin muda kelompok usia, proporsi yang berminat menyewa apartemen lebih tinggi. Kelompok usia 18-24 tahun dan 25-34 tahun memiliki proporsi minat sewa yang cukup tinggi di kisaran level 30% ke atas. Sementara semakin tua kelompok usia, proporsi keinginan membeli apartemen baik baru maupun seken cenderung lebih tinggi.
“Apartemen sering dipandang generasi muda sebagai solusi hunian sementara yang fleksibel dan sesuai dengan gaya hidup mereka yang dinamis. Mereka cenderung menyewa karena mobilitas tinggi atau belum siap secara finansial maupun berkomitmen pada pembelian jangka panjang. Sebaliknya, kelompok usia yang semakin tua cenderung memilih membeli apartemen, baik baru maupun seken, karena kondisi finansial yang lebih mapan, memiliki kebutuhan akan stabilitas dan investasi jangka panjang yang lebih terencana,” tutur Marisa.
Secara umum, rumah tapak dengan harga Rp1-3 miliar menjadi favorit di semua kelompok usia, diikuti oleh rumah dengan harga Rp400 juta - Rp1 miliar. Namun, jika ditelisik lebih jauh, proporsi generasi muda dalam memilih rumah dengan segmen harga yang lebih murah lebih tinggi. Untuk rumah dengan segmen harga di bawah Rp400 juta, peminat berusia 18-24 tahun mencatatkan proporsi 18,8%, sementara usia 25-34 tahun sebesar 15,5%.
Sementara kelompok usia 35-44 tahun sebesar 14%, dan 45-54 tahun sekitar 12,4%. Di segmen harga Rp1-3 miliar, kelompok usia yang semakin tua mencatatkan proporsi yang lebih besar. Begitu juga dengan rumah di atas Rp5 miliar, yang paling banyak diminati oleh kelompok umur 45-54 tahun.
“Perbedaan ini disebabkan preferensi generasi muda cenderung disesuaikan dengan kemampuan finansial mereka yang masih dalam tahap awal membangun kestabilan ekonomi. Kelompok usia 18-34 tahun lebih memilih rumah dengan harga lebih terjangkau sebagai langkah awal memiliki hunian. Sementara itu, kelompok usia yang semakin tua, seperti 35-54 tahun, umumnya sudah mencapai kestabilan finansial lebih tinggi dan kebutuhan yang lebih spesifik (ex: sudah berkeluarga) sehingga lebih tertarik menjangkau rumah di segmen harga Rp1-3 miliar atau bahkan di atas Rp5 miliar, baik sebagai tempat tinggal maupun investasi,” ujar dia.
Untuk ukuran bangunan, mayoritas pencarian mengarah pada rumah dengan luas 100-300 meter persegi. Namun, generasi muda, khususnya di kelompok usia 18-24 tahun dan 25-34 tahun lebih banyak mencari properti dengan luas lebih kecil, seperti 30-60 meter persegi atau 60-100 meter persegi, dibandingkan generasi yang lebih tua.
Hal ini terjadi karena luas bangunan yang lebih kecil-sedang, umumnya lebih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan finansial generasi muda. Kelompok usia 18-34 tahun, yang mayoritas baru memulai karir atau merintis hidup secara mandiri, cenderung mencari hunian pertama yang lebih terjangkau, mudah dikelola tanpa terlalu membutuhkan biaya perawatan tinggi, dan huniannya sangat fungsional. Selain itu, gaya hidup modern yang praktis serta preferensi tinggal di kawasan yang strategis sering kali membuat mereka memilih rumah dengan ukuran yang lebih kecil, namun tetap memenuhi kebutuhan dasar.
“Sedangkan generasi yang lebih dewasa hingga tua cenderung memilih rumah dengan luas bangunan yang lebih besar karena kebutuhan mereka yang berkembang seiring waktu. Faktor seperti memiliki keluarga yang lebih besar, kebutuhan ruang tambahan untuk anak-anak, atau ruang multifungsi seperti kantor rumah dan area rekreasi bisa menjadi pertimbangan. Selain itu, generasi ini sering kali sudah memiliki stabilitas finansial yang lebih baik, sehingga mampu membeli properti dengan ukuran lebih besar untuk meningkatkan kenyamanan maupun nilai investasi jangka panjang,” ungkap Marisa.
Secara umum, permintaan rumah di Indonesia masih didominasi oleh area Jakarta dan Tangerang. Adapun 10 area terpopuler yakni Tangerang dengan 15% dari total listing enquiries untuk rumah, diikuti oleh Jakarta Selatan (12,6%), Jakarta Barat (10,6%), dan Jakarta Utara (8,1%). Selain itu, Bandung (6,6%), Bekasi (4,7%), Surabaya (4,4%), Jakarta Timur (4,3%), Tangerang Selatan (3,5%) dan Jakarta Pusat (3,5%).
Generasi muda Indonesia pada tahun 2025 memiliki potensi besar yang akan terus berkembang, terutama sebagai kalangan first-time homebuyer yang tengah berusaha mewujudkan rumah impiannya.
“Dengan preferensi dan tantangan unik yang mereka hadapi, dukungan dari seluruh pemangku kepentingan di industri properti, mulai dari pengembang, perbankan, hingga pemerintah, menjadi sangat penting. Sinergi yang kuat melalui insentif, promo menarik, serta skema pembiayaan yang fleksibel dan terjangkau akan membuka peluang lebih besar bagi generasi ini untuk memiliki hunian yang sesuai dengan kebutuhan mereka, sekaligus mendorong pertumbuhan sektor properti secara berkelanjutan,” pungkas Marisa.
Komentar Berita