Minat Gen Z Terjun di Sektor Manufaktur Meningkat, Siap-siap RI Bakal Jadi 10 Besar Negara Ekonomi Kuat di Dunia
Oleh : Ridwan | Kamis, 12 Desember 2024 - 17:22 WIB
Ilustrasi generasi muda di sektor manufaktur
INDUSTRY.co.id -Jakarta – Sektor manufaktur global terus berkembang. Meski demikian, sektor ini juga tengah menghadapi tantangan tenaga kerja dan peluang transformatif.
Kemajuan digital seperti kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), robotika, dan IoT sangat penting dalam mengatasi kesenjangan keterampilan dan tututan produktivitas. Pasalnya, pabrik pintar memanfaatkan teknologi ini untuk operasi yang efisien dan berkelanjutan.
Tak heran, banyak produsen merencanakan investasi besar-besaran dalam transformasi teknologi digital agar tetap kompetitif dan membangun tenaga kerja yang tangguh.
Tepat pada waktunya, satu generasi pekerja yang melek teknologi yaitu Generasi Z kini memasuki dunia kerja. Generasi Z yang lahir antara tahun 1997 dan 2012 sangat fasih dalam hal digital. Mereka tumbuh bersama ponsel pintar dan internet.
Ciri-ciri tersebut menjadikan Generasi Z sangat cocok untuk berkarier di bidang manufkatur, dimana keterampilan teknologi dan pola pikir inovatif dapat mendorong efisiensi dan mendukung praktik berkelanjutan. Kemampuan beradaptasi dan kesadaran mereka, memposisikan mereka sebagai kontributor yang berharga bagi solusi industri manufaktur.
Tentunya, hal ini juga sejalan dengan misi pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang terus mendorong percepatan implementasi industri 4.0 di sektor manufaktur.
Revolusi industri 4.0 merupakan fenomena yang mengkolaborasikan teknologi siber dan teknologi otomatisasi. Konsep penerapannya berpusat pada otomatisasi, dan dibantu dengan teknologi informasi. Dengan demikian, efektivitas dan efisiensi pada suatu lingkungan kerja dengan sendirinya bertambah. Dalam dunia industri, hal ini berdampak signifikan pada kualitas kerja dan biaya produksi.
Pemerintah Indonesia juga telah meluncurkan Roadmap “Making Indonesia 4.0” yang diresmikan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo pada pertengahan tahun 2018 lalu.
Roadmap ini diperuntukan sebagai strategi Indonesia untuk dapat bersaing dalam industri global. Nantinya, konektivitas industri 4.0 melalui teknologi, informasi, dan komunikasi yang terintegrasi akan lebih efisien serta meningkatkan kualitas produk industri manufaktur.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, transformasi industri 4.0 akan membawa banyak perubahan dalam berbagai aktivitas ekonomi, terutama upaya mengadaptasi penggunaan teknologi digital.
Menurutnya, percepatan transformasi digital ini juga sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing industri manufaktur nasional menjadi lebih berkelanjutan.
“Perusahaan manufaktur memegang peran penting bagi perekonomian nasional. Transformasi dan implementasi industri 4.0 pada perusahaan manufaktur diyakini akan meningkatkan produktivitas, daya saing, efisiensi, kontribusi nilai tambah dan keberlanjutan industri nasional,” kata Menperin Agus.
Ia menyakini keberhasilan menerapkan teknologi industri 4.0 akan akan membawa Indonesiia masuk dalam jajaran 10 besar negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030.
Untuk mewujudkan target tersebut, pemerintah telah melakukan berbagai upaya dan strategi, salah satunya menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang tangguh dan melek digital melalui pendidikan dan pelatihan vokasi.
Untuk mencetak SDM industri baru yang berkualitas, Kemenperin menyelenggarakan Pendidikan vokasi melalui 9 SMK, 11 Politeknik, dan dua Akademi Komunitas di bawah binaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia.
Politeknik dan akademi komunitas di lingkungan Kemenperin telah mampu mencetak sebanyak 5.673 lulusan pada tahun 2023, dengan 87,34% lulusan SMK serta 74,04% lulusan Politeknik dan Akom. Semua lulusan Pendidikan di lingkungan Kemenperin sudah terserap dunia kerja Ketika mereka lulus.
Adapun, siswa dan mahasiswa sekolah dan kampus Kemenperin tersebut, dijaring melalui Jalur Penerimaan Vokasi Industri (JARVIS). Animo pendaftar JARVIS Kemenperin cukup tinggi setiap tahunnya, dimana pada 2023 terdapat 31.211 pendaftar JARVIS. Angka tersebut meningkat lima persen dari tahun sebelumnya dengan 29.828 pendaftar. Adapun, total siswa dan mahasiswa yang diterima tahun ini sebanyak 6.559 orang.
Antusiame yang terus meningkat ini menandakan bahwa minat Generasi Z untuk berkarier di sektor industri manufaktur menunjukkan pertumbuhan yang sangat signifikan.
“Generasi Z ini merupakan potensi besar yang dimiliki Indonesia dan diharapkan siap menghadapi segala tantangan dan peluang, terutama dalam menyambut Indonesia Emaas 2045,” jelas Menperin.
Era digital memberikan transformasi besar pada masa depan dunia kerja. Berdasarkan laporan Future of Jobs Tahun 2023 dari World Economic Forum, banyak pekerjaan yang sudah tergantikan dengan otomatisasi maupun dengan algoritma yang lebih cepat dan efisien. Namun disisi lain, juga membuka peluang bagi profesi-profesi baru yang menjanjikan seperti, ahli artificial intelligence dan data scientist.
Di tengah perubahan dunia yang cepat, yang diwarnai oleh transformasi digital, perkembangan teknologi, isu keberlanjutan, hingga dinamika sosial yang semakin kompleks, generasi muda Indonesia tidak hanya dituntut untuk mengikuti arus, tetapi juga menjadi bagian dari agen perubahan itu sendiri.
Menurut Menperin, setiap anak muda harus “menjahit” kompetensinya dengan benang masa kini seperti inovasi, keterampilan digital, dan kecerdasan emosional.
“Layaknya desainer yang memahami tren, kita harus terus belajar dan beradaptasi agar tetap relevan dan berdaya saing,” ungkapnya.
Untuk bertahan dan unggul di masa depan, Menperin Agus membagikan berbagai keterampilan yang perlu dikuasai oleh generasi muda. Pertama, literasi digital untuk dapat memahami cara penggunaan perangkat atau aplikasi, dan juga memahami etika digital, privasi, dan keamanan dalam penggunaan teknologi, serta membangun budaya digital yang positif.
Kedua, keterampilan dalam kecerdasan buatan (AI) dan Analisa data untuk bisa membuat keputusan yang lebih cerdas, cepat, dan akurat. Keterampilan ini juga memberikan peluang bagi generasi muda untuk menjadi perancang solusi berbasis AI yang dapat memberikan nilai tambah bagi organisasi dan masyarakat.
Ketiga, generasi muda juga perlu memiliki kemampuan creative problem solving agar mampu berfikir secara kreatif, inovatif, dan fleksibel dalam menyelesaikan masalah.
Keterampilan selanjutnya yang tidak kalah penting yaitu, entrepreneurial mindset. Sikap proaktif, berfikir di luar kebiasaan, dan berani mengambil risiko yang terukur bisa mendukung kita untuk menciptakan nilai baru dan memimpin perubahan.
“Ini saat yang tepat bagi generasi muda untuk mempersiapkan diri, mengembangkan keterampilan, yang tak tergantikan, dan siap memenuhi kebutuhan industri masa depan yang terus berkembang,” jelas Menperin.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core), Mohammad Faisal menyambut baik meningkatnya minat atau kemauan generasi muda untuk terjun dan berkarier di sektor industri manufaktur.
Dirinya menyebut bahwa keterlibatan Generasi Z mau tidak mau akan mendorong industri manufaktur dan ikut menggerakkan industrialisasi untuk menghindari middle income trap.
“Saya rasa naiknya minat Generasi Z terjun berkarier di sektor manufaktur sangat baik untuk mendorong dan menggerakkan industrialisasi dan membawa Indonesia keluar dari negara middle income trap,” kata Faisal saat dihubungi INDUSTRY.co.id
Oleh karena itu, dirinya mengapresiasi langkah Kemenperin menyiapkan SDM yang tangguh dan kompeten melalui pelatihan dan pendidikan vokasi.
“Ini langkah tepat, menyesuaikan kurikulum pendidikan dengan kebutuhan industri, termasuk industri prospektif, termasuk program magang di perusahaan-perusahaan manufaktur, dan menyiapkan pendidikan vokasi khusus untuk skill yang dibutuhkan industri,” jelasnya.
Hal senada juga diungkapkan Ketua Asosiasi Produsen Gelas Kaca Indonesia (APGI), Henry T. Susanto. Menurutnya, ketertarikan Generasi muda untuk berkarier di sektor manufaktur sangat besar.
“Animo ini yang harus dimanfaatkan oleh pemerintah untuk memberikan pelatihan skill yang dibutuhkan oleh industri manufaktur, sehingga para genarsi muda mampu menguasai tantangan di era digital saat ini,” tandas Henry.
Dirinya optimis dengan keterlibatan Generasi muda di sektor manufaktur akan meningkatkan daya saing industri nasional di kancah global.
Menarik Generasi Z ke bidang manufaktur sangat penting bagi masa depan industri, karena perpektif mereka yang segar, kecakapan teknologi, dan keinginan untuk pekerjaan yang bermakna dapat mendorong inovasi. Mereka juga dapat meningkatkan produktivitas dan memastikan tenaga kerja yang berkelanjutan dalam lanskap yang semakin kompetitif.
Komentar Berita