Revo Marty: Seniman Multitalenta
Oleh : Kormen Barus | Jumat, 18 Oktober 2024 - 09:32 WIB
Revo Marty: Seniman Multitalenta
INDUSTRY.co.id - Jakarta, Revo Marty, pemilik nama asli Revolbert Martino merupakan sutradara, produser, sekaligus penulis sarat prestasi. Revo mengawali kariernya sebagai penyanyi dengan mengeluarkan album perdana berjudul Realize pada tahun 2012 di bawah label Royal Prima Musikindo.
Hingga saat ini, Revo sudah memiliki enam album, yaitu Say My Name (2015), Rising (2017), Summer, Fall, Spring & Winter EP (2018), Generation Gap (2019), Sunshine (2021). Tak hanya menjadi penyanyi solo, Revo pernah membuat side project dengan membentuk grup trio bernama oldskul pada tahun 2013.
Meski kedua orang tuanya bukan seniman yang mengalirkan darah seni secara langsung, namun hobi bermusik Revo diperoleh dari keluarga mamanya, “Kakek-Nenek dari keluarga Mama tuh dari Manado, ya. Terus, mereka memang hobi musik,” tutur Revo melalui sambungan telepon pada Rabu (17/10).
Minatnya pada dunia musik bermula saat ia sekolah. Alumni Universitas Atma Jaya Jakarta ini mulai menulis lagu sejak tahun 2004. Pada tahun 2005, ia sempat mengelola sebuah studio musik di Senen, Jakarta Pusat. Pada saat itu, ia mulai mengenal dunia rekaman. Ia belajar tentang peralatan rekaman dan mengolah musik sejak umur 20 tahun. Pria yang sempat menjadi pengarah vokal group untuk JKT48 dan Program iClub48 di NET TV memiliki rumah produksi independen bernama RVSM (Ravensome Production).
Sejak memiliki rumah produksi RVSM, Revo memproduksi sendiri album dan single pribadinya. Ia juga menjadi produser dan penulis lagu beberapa artis pendatang baru. Tak berhenti di sana, Revo terus mengeksplor bakat seninya dengan menjadi sutradara. Ketertarikannya terjun sebagai sutradara bermula sejak Revo kuliah di Atma Jaya Jakarta.
“Sebenarnya, aku tuh emang suka film dari dulu, ya. Dari kecil tuh emang hobi nonton film. Terus tahun 2007, aku sempat bikin film pendek berjudul Fiksi Nyata buat kampus dengan durasi sekitar 30 menit,” terang Revo yang juga menjadi alumni New York University Tisch School of the Arts.
Waktu kuliah, Revo membuat film dengan peralatan terbatas. Ia hanya mengandalkan handycam saja. Setelah lulus kuliah, Revo bekerja di corporate dan sempat melupakan mimpinya menjadi seorang sutradara. Revo terus mengeksplor bakatnya setelah menyelesaikan studinya di New York. Setelah 7 tahun tinggal di Amerika, ia pulang bertepatan dengan Pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Saat pandemi itulah, ia memutuskan membuat film pendek dan bergabung dengan komunitas. Tak disangka film pendek karya Revo berhasil masuk ke festival-festival.
“Tahun kemarin, saya buat film pendek yang masuk di platform bioskop online Visinema dengan judul Satu Masa Indah. Lalu, tahun ini saya bikin satu lagi film pendek berjudul Hening yang syutingnya cuma pakai kamera handphone doang, tapi bertema kesehatan mental. Filmnya juga masuk di bioskop online,” jelas Revo.
Latar belakang pendidikan Revo yaitu psikologi pendidikan memang memberi pengaruh kuat dalam mendorongnya menciptakan karya bertema kesehatan mental. Ia juga memiliki rencana untuk membuat film layar lebar dengan tema serupa, kesehatan mental. Menurut Revo, hal paling penting dalam membuat film adalah mempelajari human behavior.
Meski memiliki beragam profesi, Revo tetap ingin menjalani semua profesinya bersamaan. Terlebih lagi, ia berada di dunia showbiz entertainment. Entah menjadi musisi, produser, sutradara, dan penulis. Selain menulis lagu, Revo juga pernah menerbitkan 2 buku antologi berjudul Hope (Diandra Creative, 2020) dan Tridasa Rajani (Orbit, 2021).
Pada November 2024, Revo akan mengeluarkan album yang berkolaborasi dengan musisi Jepang yaitu Hannah Warm. Album yang berjudul Into the Distance yang akan rilis di Jepang. Album ini merupakan kerja sama ketiga kalinya dengan musisi Hannah Warm. Revo pun masih terlibat sebagai penyanyi di album Into the Distance.
Karya terbaru sebagai sutradara, Revo menyutradarai video klip lagu Angan-Angan dari penyanyi pendatang baru Puci Octaviani yang sudah tayang pada Oktober ini. Upcoming project Revo sebagai sutradara adalah sebuah video klip berjudul Last Right One dari penyanyi Uap Widya. Rencananya video klip yang dikemas sebagai film pendek ini akan tayang di sebuah platform digital pada akhir tahun ini.
Kini, Revo sedang mempersiapkan proyek debutnya sebagai sutradara film layar lebar. Sebelumnya, Revo sudah pernah menyutradarai film panjang eksperimental berjudul The Candidates in the Den of Thieves yang sudah tayang di Tubi dan Amazon. Film ini dibuat hitam-putih dan diproduksi hanya menggunakan kamera handphone.
“Kita bisa menceritakan dan bikin film hanya menggunakan kamera handphone. Menurut saya itu sebuah bentuk eksplorasi ya gimana cara kita capture cerita hanya dengan kamera handphone itu tantangan tersendiri. Sebenarnya lebih mudah, cuma tantangannya, apakah dengan kamera handphone itu, orang bisa bereksplorasi tanpa kru, dan elemen pendukung?”
Menurut Revo, dari sisi editing antara film yang diproduksi dengan kamera handphone dan kamera digital/kamera film profesional hampir sama. Perbedaannya hanya pada tahapan post production yang lumayan mudah untuk film yang diproduksi dengan kamera handphone. Terkait dengan adanya perkembangan artificial intelligence (AI) yang ikut meramaikan dunia seni, menurutnya bukanlah sebuah ancaman bagi para seniman.
“Menurut saya AI ada sisi positif dan negatifnya. Positifnya bisa mempermudah manusia untuk melakukan banyak hal dan menghemat waktu. Sisi negatifnya, kalau kita terlalu tergantungn akhirnya kita nggak punya pandangan dan pijakan sendiri. Kalau bikin karya dengan AI ya ada beberapa yang fine-fine aja sih. Cuma untuk industri global, belum ada contoh film dengan AI yang hasilnya bagus dan bisa dijual ke bioskop. Pasar musik AI ada, tapi pasar untuk organik musik juga tetap ada. Jadi, AI bukan ancaman untuk para seniman,” pungkas Revo mengakhiri sesi wawancara.
Komentar Berita