Bank Indonesia Terus Lakukan Inovasi Transformasi Ekonomi Digital
Oleh : Maulana Ishaq , UIN Syarif Hidayatullah Jakarta | Kamis, 17 Oktober 2024 - 20:27 WIB
Bank Indonesia
INDUSTRY.co.id - Pada 2030 diproyeksikan ekonomi digital akan tumbuh 4 kali lipat menjadi Rp5.800 triliun, pembayaran digital akan tumbuh 2,5 kali lipat menjadi Rp12.300 triliun, dan puncak bonus demografi gen Y, Z, dan Alpha yang akan mencapai usia produktif sebanyak 68%.
Hal tersebut membuat Bank Indonesia terus melakukan inovasi transformasi digital dengan memperkuat mengakselerasi pertumbuhan berbagai sektor ekonomi, termasuk UMKM. Karenanya, diselenggarakan Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) tahun 2024 yang berkolaborasi dengan Karya Kreatif Indonesia (KKI), untuk menunjukkan digitalisasi sebagai game changer dalam pengembangan UMKM agar naik kelas, go digital, dan go global.
Kali ini, FEKDI x KKI 2024 memilih mengusung tema Sinergi Memperkuat Ekonomi dan Keuangan Digital serta Inklusif untuk Pertumbuhan Berkelanjutan.
Presiden RI, Joko Widodo, dalam Festival Ekonomi Keuangan Digital dan Karya Kreatif Indonesia (FEKDI x KKI 2024) sekaligus membuka kegiatan acara tersebut (1/8) mengatakan, digitalisasi pada proses produksi, pemasaran, serta pembayaran akan mendorong kemajuan UMKM di tingkat domestik dan global.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam gelaran acara menyampaikan bahwa dalam lima tahun terakhir transformasi digital nasional mengalami akselerasi secara pesat. Pengembangan ekonomi dan keuangan digital melalui Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2019-2025 telah mencatatkan beberapa pencapaian diantaranya besarnya jumlah pengguna QRIS dengan lebih dari 50 juta pengguna yang sebagian besar UMKM, transaksi BI-FAST yang tumbuh pesat, elektronifikasi program sosial pemerintah, dan Kartu Kredit Indonesia yang memperlancar transaksi keuangan Pemerintah, serta reformasi regulasi untuk memperkuat industri pembayaran nasional.
Sebagai kelanjutan dari BSPI 2025, Bank Indonesia meluncurkan BSPI 2030. Akselerasi digitalisasi pembayaran nasional ke depan difokuskan pada 5 (lima) inisiatif utama yakni modernisasi infrastruktur pembayaran ritel, wholesale dan data, konsolidasi industri pembayaran nasional, inovasi dan akseptasi digital, perluasan kerjasama internasional, dan pengembangan Rupiah digital.
Gubernur BI Perry juga mengajak seluruh elemen pemerintahan, otoritas, asosiasi dan industri, serta masyarakat untuk memperkuat sinergi transformasi digital nasional dalam memajukan ekonomi keuangan digital nasional.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia (Menko Perekonomian RI), Airlangga Hartarto, menyampaikan kemajuan pesat yang dicapai Indonesia dalam ekosistem ekonomi dan keuangan digital. Hal ini tercermin dari peningkatan world digital competitiveness ranking peringkat ke-56 pada 2019 menjadi ke-45 pada 2023 serta peringkat pertama di ASEAN dan peringkat keenam di global sebagai startup inovatif terbanyak.
Untuk memastikan laju lokomotif ekonomi digital ini membawa manfaat maksimal, diperlukan fondasi yang kokoh yaitu infrastruktur digital yang merata, talenta digital yang unggul dan adaptif, dukungan penuh bagi startup UMKM, serta regulasi yang adaptif dan melindungi.
Selanjutnya, Menko Perekonomian juga menyampaikan upaya Pemerintah untuk terus meningkatkan inklusi keuangan guna mendukung ketercapaian target inklusi keuangan 90% di tahun 2024 dengan berbagai program diantaranya QR Code Indonesian Standard (QRIS) serta berbagai program perluasan literasi keuangan kolaborasi bersama BI, OJK, dan Industri.
Tidak hanya itu, di hari ketiga acara FEKDI x KKI 2024 diadakan casual talk mengenai "Apa-apa Digital, Apa-apa Cyber, Ada Apa Sih?". Acara ini merupakan bagian dari upaya Bank Indonesia untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya transformasi digital dalam sektor ekonomi dan keuangan, sekaligus meningkatkan kesadaran tentang risiko yang menyertai perkembangan teknologi.
Casual Talk yang banyak informasi ini diisi oleh para pembicara terkemuka, termasuk Deputi Gubernur Bank Indonesia, Filianingsih Hendarta, yang menyampaikan pandangannya mengenai dampak signifikan digitalisasi terhadap perekonomian Indonesia. Dalam sambutannya, Filianingsih mengungkapkan bahwa digitalisasi telah mendorong pertumbuhan ekonomi digital yang luar biasa. Ia menyebutkan bahwa nilai transaksi digital payment kini mencapai Rp 60,3 ribu triliun, angka yang mengejutkan ini setara dengan tiga kali Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Namun, Filianingsih juga menyoroti sejumlah tantangan yang masih harus dihadapi. Masalah infrastruktur, inovasi yang terbatas, dan kendala dalam industri masih menjadi hambatan dalam perjalanan transformasi digital ini. Di sisi lain, ancaman serangan siber dan penipuan digital juga menjadi perhatian serius, mengingat dampaknya yang dapat merugikan berbagai pihak.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, Filianingsih menekankan pentingnya penguatan sektor perbankan, mempererat interkoneksi antara bank dan lembaga non-bank, serta melakukan reformasi regulasi yang lebih adaptif terhadap perubahan teknologi.
Komentar Berita