Pemda Sragen Dukung Dompet Dhuafa dan Bank Syariah Sragen Luncurkan Program Pemberdayaan Sentra Jamur Tiram Berbasis CWLD Pertama Di Indonesia
Oleh : Candra Mata | Kamis, 10 Oktober 2024 - 10:10 WIB
Pemda Sragen resmikan Program Pemberdayaan Sentra Jamur Tiram Berbasis CWLD Pertama Di Indonesia
INDUSTRY.co.id - Sragen, Jawa Tengah – Mendapat dukungan pemerintah Kabupaten Sragen, Dompet Dhuafa dan Bank Syariah Sragen luncurkan Program Pemberdayaan Sentra Jamur Tiram di Dukuh Ledok, Desa Mojorejo, Kecamatan Kedawung, Sragen, Jawa Tengah, Rabu (9/10/2024).
Program tersebut bergulir di masyarakat melalui skema pengelolaan imbal hasil dari Cash Wakaf Linked Deposit (CWLD) di Bank Syariah Sragen, dan menjadi terobosan pertama di Indonesia.
Hadir dalam acara tersebut, Kusdinar Untung Yuni Sukowati selaku Bupati Sragen, H. Fakhruddin Nur selaku Direktur Bank Syariah Sragen, Zaini Tafrikhan selaku Pimpinan Dompet Dhuafa Jawa Tengah, Ali Bastoni selaku General Manager Penghimpunan dan Literasi Wakaf Dompet Dhuafa dan Nanik Sukoco yang merupakan Pendamping Program Pemberdayaan Sentra Jamur Tiram.
Pada sambutannya, Bupati Sragen mengatakan, “Peran wakaf sangat penting sekali bagi peningkatan ekonomi, khususnya UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di desa-desa. Sebagai contoh, Sentra Jamur Tiram yang siang ini kita resmikan bersama ini. Program Sentra Jamur merupakan satu-satunya di Sragen, bahkan di Jawa Tengah, yang bergulir melalui pengembangan wakaf. Kelak dengan nilai wakaf yang bergulir akan terus berkembang dan memberikan dampak positif bagi perekonomian desa. Saya berharap dengan kehadiran dukungan dari Dompet Dhuafa dan Bank Syariah Sragen dapat mendorong kemandirian UMKM yang hadir di tengah-tengah pedesaan. Hal tersebut juga menjadi modal penting para UMKM untuk menembus pasar-pasar modern yang lebih luas."
Pada kesempatan yang sama, Zaini Tafrikhan mengatakan, “Kita kelola Cash Wakaf Linked Deposit (CWLD) yang di deposito di BPR Syariah Sragen. Kemudian imbal hasilnya untuk program pemberdayaan Sentra Jamur Tiram ini. Sebelumnya sudah berjalan dan sudah sekali ganti baglog jamur. Per kumbung ada 10 ribu baglog. Kalau sedang panen raya bisa 60 kg. Rata-rata per hari 30-40 kg. Lantas harganya Rp 13 ribu/kg jika produk fresh."
Di waktu yang sama, Fakhruddin Nur mengatakan, “Ini merupakan kolaborasi yang saling menguntungkan dan menyerap tenaga kerja. Pengelola jamur tiram bisa mendapatkan suplai bahan baku untuk pembuatan jamur krispi secara berkelanjutan, serta pengembangan UMKM. Dan ini juga merupakan program pertama di Indonesia. Bahkan saya apresiasi kepada para wakif yang memberikan wakafnya melalui Bank Syariah Sragen. Bahkan ada yang datang jauh dari Jawa Barat untuk berwakaf dalam bentuk dana ke Sragen”.
Di sisi lain Ali Bastoni menjelaskan Desa Mojorejo menjadi program berdaya dari adanya peran CWLD atau wakaf dengan instrumen keuangan syariah secara pendekatan ekonomi produktif atau investasi. Sentra jamur tiram ini diharapkan dapat membawa perkembangan inovasi wakaf di Sragen.
“Inovasi di sini merupakan wakaf deposito, bahkan terbaru dan satu-satunya di Sragen dan di Indonesia. Kami berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait dengan metodologi inovasi wakaf deposito itu. Inovasi tersebut menjadi alternatif pembiayaan, bahkan tidak selalu pembiayaan itu melalui bank. Tetapi juga bisa melalui hibah pemerintah dan wakaf," jelas Ali.
Nanik Sukoco saat ditemui pada agenda tersebut menceritakan kisahnya. Ia menuturkan bahwa awalnya kekurangan bahan baku jamur tiram. “Di pasaran sudah sulit, harga mahal, itu yang kami dapati. Kemudian saya menghubungi Dompet Dhuafa Jawa Tengah, dengan Zaini. Alhamdulillah dari proses survei dan komunikasi tersebut, akhirnya kami bisa berkerjasama dengan Dompet Dhuafa Jawa Tengah. Kebutuhan bahan baku dapat tercukupi. Sehingga kami bisa lebih fokus ke penjualan baik ke minimarket hingga toko daring."
Komentar Berita