Dompet Dhuafa dan Titimangsa Sukses Gelar Pentas Teater tentang Palestina Pertama di Indonesia
Oleh : Candra Mata | Minggu, 06 Oktober 2024 - 13:37 WIB
Dompet Dhuafa bersama Titimangsa menghadirkan teater musikal dengan tema Tanah yang Terpenjara (Kamis malam, 03/10).
INDUSTRY.co.id - Jakarta, Dompet Dhuafa bersama Titimangsa menghadirkan teater musikal dengan tema Tanah yang Terpenjara (Kamis malam, 03/10). Para pemain seperti Antasena Witular, Nadine Nadilla, Rizal Iwan, dengan narator Happy Salma, dan para pembaca puisi Marcella Zalianti, Guzelya Mariyosa, Zelqueen Insyroh Suaka, Agus Idzwar Jumhadi, Juperta Panji Utama, Annisa Tere, dan berhasil menghidupkan karakter-karakter dalam cerita dengan sangat baik.
Akting dan lantunan puisi yang dibawakan mereka, diiringi musik Panji Sakti, dan Pusakata, serta sayatan biola Danu Kusuma, yang menyayat hati, berhasil menggugah emosi para penonton.
Event ini mendapat dukungan yang cukup meriah dari berbagai pihak, seperti Bank Syariah Indonesia, Buttonscarves dan Tokopedia.
Serta para tamu yang hadir mulai dari Muhsin Syihab selaku Staff Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sudarnoto selaku Ketua Bidang Urusan Luar Negeri MUI, Dwi Irianti Hadiningdyah selaku Direktur KNEKS, Ustaz Erick Yusuf selaku Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya MUI Pusat, hingga Ahmad Juwaini selaku Ketua Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa Republika.
Dengan menggabungkan elemen drama, musik, dan puisi yang memukau, pertunjukan ini berhasil membawa 400 penonton seakan-akan ikut merasakan perjuangan rakyat Palestina.
Cerita yang disajikan mengangkat kisah tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Palestina di bawah penjajahan Israel.
Di bawah arahan sutradara handal, Sahlan Mujtaba, pertunjukan ini mampu membangkitkan rasa empati dan solidaritas yang mendalam dari para penonton.
Melalui kisah mengharukan tokoh bernama Hasan, seorang penjual falafel yang berjuang untuk melindungi putranya, Abdel, di tengah gempuran perang, pertunjukan ini berhasil menyentuh hati dan membangkitkan rasa empati penonton.
Berbagai peristiwa yang disajikan mampu mengaduk-aduk emosi penonton, mulai dari kesedihan, kemarahan, hingga harapan.
Sutradara Sahlan Mujtaba berhasil mengemas kisah tragis ini dengan apik. Penonton diajak untuk mengikuti perjalanan hidup Hasan dan Abdel, yang harus berjuang untuk bertahan hidup di tengah genosida.
Di sisi lain, kisah Diva, seorang perempuan muda yang awalnya acuh tak acuh terhadap isu Palestina, juga menjadi sorotan. Pertemuannya dengan kisah Hasan dan Abdel mengubah pandangannya dan mendorongnya untuk ikut terlibat dalam perjuangan kemanusiaan.
"Kisah Hasan dan Abdel adalah cerminan dari jutaan orang Palestina yang harus hidup dalam ketakutan dan ketidakpastian. Melalui pertunjukan ini, kami ingin mengajak penonton untuk lebih peduli dan terlibat dalam upaya membantu Palestina," ujar Sahlan Mujtaba.
Ahmad Juwaini di sela-sela acara mengatakan, "Kami berharap melalui pertunjukan ini, masyarakat Indonesia semakin tergerak untuk membantu meringankan beban saudara-saudara kita di Palestina. Solidaritas kita sangat berarti bagi mereka yang sedang berjuang untuk kemerdekaan,”
Dibagi menjadi tiga segmen utama, pertunjukan ini membawa penonton menyusuri perjalanan hidup rakyat Palestina.
Segmen pertama menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Palestina sebelum terjadinya serangan besar-besaran pada 7 Oktober 2023. Segmen kedua menghadirkan adegan-adegan dramatis yang menggambarkan kekejaman perang dan penderitaan yang dialami oleh rakyat Palestina.
Sementara itu, segmen ketiga menyoroti kehidupan masyarakat Palestina setelah perang, di mana mereka harus berjuang untuk bangkit dari keterpurukan.
Di sisi lain Muhsin Syihab mengatakan, “Kami mengapresiasi kerja keras sebab itu apa dan juga rekan-rekan yang lain dalam rangka sinergi dengan kerja-kerja yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam membantu bangsa Palestina untuk mencapai cita-citanya cita-cita kita juga Bersama Meraih kemerdekaannya”,
“Walaupun kita tidak dapat mengantarkan suara paling tidak suara hati kita itu yang paling minimal bisa kita lakukan, jangan tidak mendoakan bangsa-bangsanya setiap ibadah-ibadah kita,” tambah Muhsin Syihab.
Pada waktu yang sama Dompet Dhuafa juga meluncurkan buku antologi "Sejuta Surat untuk Palestina". Buku ini berisi kumpulan surat dari 75 anak Indonesia yang ditujukan kepada anak-anak Palestina.
Surat-surat ini menjadi bukti nyata bahwa generasi muda Indonesia peduli terhadap penderitaan yang dialami oleh saudara-saudara mereka di Palestina.
Buku Sejuta Surat untuk Palestina bisa didapatkan dengan harga Rp 250.000,-, di mana seluruh hasil penjualannya akan didonasikan untuk bantuan kemanusiaan Palestina melalui Dompet Dhuafa. Demikian juga seluruh hasil penjualan tiket teater Tanah Yang Terpenjara.
Sebagai bentuk apresiasi atas dukungan yang telah diberikan, di akhir sesi, Dompet Dhuafa memberikan penghargaan kepada para donatur yang telah berkontribusi besar dalam membantu Palestina. Penghargaan berupa trofi logam diberikan sebagai tanda terima kasih atas kepedulian mereka.
Komentar Berita