Sapaan Sang Giri, Novel Tentang Perbudakan Orang Jawa di Afrika Selatan
Oleh : Nata Kesuma | Selasa, 06 Agustus 2024 - 08:54 WIB
Sapaan Sang Giri, Novel Tentang Perbudakan Orang Jawa di Afrika Selatan karya Isna Marifa
INDUSTRY.co.id - Jakarta, Novel sejarah Sapaan Sang Giri karya Isna Marifa yang dibahas hari ini di Dia.lo.gue mengupas tentang perbudakan masyarakat Jawa di Afrika Selatan pada masa penjajahan Belanda. Diterbitkan oleh Kabar Media Books, karya ini menyoroti babak penting dalam sejarah Indonesia.
Menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia, semakin jelas bahwa masih banyak aspek sejarah kolonial Belanda yang kurang dikenal. Meskipun pendidikan kita telah memperkenalkan kita pada perjuangan fisik dan intelektual para pahlawan, kenyataan pahit tentang perbudakan orang-orang yang dijajah oleh Belanda sebagian besar terabaikan. Bab gelap dari masa lalu kita ini, yang sering kali tidak masuk dalam narasi sejarah arus utama, layak mendapat pengakuan dan pemahaman yang lebih besar. Dengan mengakui cerita-cerita yang belum terungkap ini, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang sejarah bangsa kita dan sepenuhnya memahami kesulitan yang dialami oleh nenek moyang kita.
Pentingnya sejarah yang diceritakan dalam buku tersebut
"Tak banyak yang mengetahui sejarah perdagangan budak dari Nusantara ke Afrika Selatan di abad ke-18; tempat yang juga menjadi tempat pengasingan bagi para pejuang dan pangeran Nusantara yang melawan VOC," kata Isna Marifa, penulis Sapaan Sang Giri.
"Penggalan sejarah ini begitu menghantui, sampai saya tergugah untuk menulis buku ini", sambungnya.
Mempelajari sejarah sangat penting untuk memahami masa kini dan membentuk masa depan. Sejarah memberi kita wawasan tentang asal-usul dan perkembangan budaya, masyarakat, dan bangsa, yang membantu kita menghargai keragaman dan kompleksitas pengalaman manusia. Dengan mempelajari peristiwa masa lalu, kita memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang penyebab dan konsekuensi dari tindakan, memungkinkan kita belajar dari keberhasilan dan menghindari pengulangan kesalahan. Sejarah juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis, karena memerlukan evaluasi sumber, interpretasi bukti, dan pemahaman perspektif yang berbeda. Selain itu, sejarah menanamkan kepekaan tentang jati-diri dan kontinuitas, menghubungkan kita dengan akar kita dan menyoroti perjuangan dan pencapaian pendahulu kita. Pada akhirnya, sejarah bukan hanya tentang masa lalu; sejarah adalah alat penting untuk menavigasi masa kini dan membangun masa depan yang lebih baik.
Merayakan penulis perempuan Indonesia
Buku ini adalah perayaan bagi para penulis perempuan Indonesia. Mengakui penulis perempuan di Indonesia sangat penting untuk mendorong bentangan sastra yang lebih inklusif dan beragam. Penulis perempuan membawa perspektif dan suara unik yang memperkaya kain sastra Indonesia, dengan mengangkat tema dan pengalaman yang mungkin akan terabaikan. Kontribusi mereka membantu menantang dan memperluas narasi tradisional yang didominasi oleh sudut pandang laki-laki, menawarkan wawasan baru tentang kompleksitas masyarakat, budaya, dan sejarah Indonesia. Dengan merayakan dan mendukung penulis perempuan, kita tidak hanya mengakui kreativitas dan bakat mereka, tetapi juga menginspirasi generasi perempuan berikutnya untuk mengejar hasrat mereka dalam menulis. Pengakuan ini sangat penting untuk mencapai kesetaraan gender dalam dunia sastra dan memastikan bahwa berbagai cerita dan sudut pandang didengar dan dihargai.
Tentang buku ini
Sapaan Sang Giri menyajikan sebuah narasi yang menyentuh, mendalami babak sejarah yang kurang dikenal namun memiliki dampak yang sangat besar: perbudakan di Afrika Selatan yang melibatkan orang-orang Nusantara dan asal mulanya suatu komunitas multikultural di Afrika Selatan – kaum Cape Malay. Pertama kali diterbitkan pada bulan September 2020 (Penerbit Ombak), kisah ini telah juga diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul Mountains More Ancient (Kabar Media 2022). Novel ini dengan lugas menggambarkan pengalaman orang-orang yang tercerabut dari tanah air dan secara paksa masuk ke dalam dunia yang penuh eksploitasi dan penindasan. Pembaca diajak melintasi waktu, berjalan beriringan dengan seorang anak perempuan dan ayahnya dari Jawa, menjelajah kehidupan mereka di tanah rantau yang saat itu sedang dikembangkan sebagai koloni oleh VOC. Edisi kedua Sapaan Sang Giri diluncurkan pada Mei 2024 oleh Kabar Media Books.
Tentang cerita buku ini
Ceritanya berkisar pada Parto dan Wulan, yang mendapati diri mereka diperbudak di Tanjung Harapan, Afrika Selatan karena ketidakmampuan Parto membayar utang. Bersama rekan-rekan buruh perkebunan, mereka berupaya mempertahankan budaya dan cara hidup Jawa di lingkungan asing tersebut. Melalui penceritaan yang rumit dan pengembangan karakter yang bernuansa, Sapaan Sang Giri tidak hanya menggali kerinduan para karakter terhadap tanah airnya tetapi juga memberikan gambaran sekilas tentang sejarah Jawa dan Cape Colony.
Pembaca diperkenalkan pada pengaruh abadi ajaran spiritual Jawa, yang membimbing para protagonis melalui perjuangan mereka. Selain itu, novel ini menggambarkan tahap awal berkembangnya masyarakat multikultural di Afrika Selatan, yang dikenal sebagai komunitas Cape Malay. Setiap halaman Sapaan Sang Giri menjadi sebuah pengingat yang menyentuh akan ketangguhan umat manusia dan pencarian identitas yang terus berlanjut di tengah arus sejarah yang bergejolak.
Komunitas Cape Malay
Komunitas Cape Malay di Afrika Selatan melacak akarnya kembali ke abad ke-17 dan ke-18 ketika individu-individu yang diperbudak dari berbagai bagian Asia Selatan dan Tenggara, khususnya kepulauan Nusantara, dibawa ke Cape Colony oleh Perusahaan Hindia Timur Belanda. Meskipun menghadapi kondisi perbudakan yang keras, komunitas Cape Malay berhasil mempertahankan identitas budaya mereka melalui perpaduan tradisi leluhur, pengaruh lokal, dan elemen Eropa. Setelah penghapusan perbudakan, komunitas ini menghadapi tantangan sosial-ekonomi tetapi terus berkembang, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keragaman budaya Afrika Selatan.
Hari ini, komunitas Cape Malay tetap dirayakan karena warisan budayanya yang kaya, dengan festival dan acara yang menampilkan budaya yang dinamis dan semangat yang tak tergoyahkan.
Bagi mereka yang mencari wawasan tentang ketahanan dan adaptabilitas budaya Jawa di berbagai konteks, serta pemahaman yang lebih mendalam tentang sejarah komunitas Cape Malay di Afrika Selatan yang sering terabaikan, Sapaan Sang Giri memiliki makna yang mendalam. Individu seperti jurnalis kelahiran Afrika Selatan, Haydé Adams, yang bersemangat untuk mengungkap narasi tersembunyi dari bangsanya, dan Roberta Joy Rich, seorang seniman keturunan Afrika Selatan yang ingin terhubung kembali dengan warisan Cape Malay-nya saat tinggal di Yogyakarta, menemukan kenyamanan dalam halaman-halaman narasi yang menggugah ini.
Demikian pula, penemuan Mountains More Ancient - edisi bahasa Inggris dari buku ini - oleh mahasiswa doktoral Universitas Stanford, Mpho Calachan Molefe, menyoroti peran penting buku ini sebagai sumber bagi mereka yang mencari wawasan komprehensif tentang sejarah yang saling terkait antara Afrika Selatan dan Indonesia. Saat penyelidikan ini bertemu, Sapaan Sang Giri muncul sebagai jalur penting untuk menerangi warisan budaya Jawa yang abadi dan jalinan kaya warisan komunitas Cape Malay.
Putu Oka Sukanta, Penyair dan Pengiat Hak Azasi Manusia mengatakan bahwa dengan Sapaan Sang Giri, “Isna Marifa telah memberikan nyawa, menghidupkan, serpihan sejarah penindasan kolonial di tanah Jawa dan Tanjung Harapan, Afrika Selatan. Novel ini merupakan perpaduan hasil penelitian yang cermat dan garapan sastrawi, sehingga menjadi bacaan yang berbobot dan lancar dibaca.”
Feby Indirani, Penulis 'Bukan Perawan Maria' dan 'Memburu Muhammad' mengatakan: “Selain mengeksplorasi tema yang jarang digarap, Sapaan Sang Giri juga menarik dari segi format, menggabungkan puisi dan prosa untuk mengungkapkan suara dari tokoh-tokoh berbeda. Novel ini penting: mengingatkan kita bahwa sejarah juga terjalin dari kegiatan dan kisah-kisah ‘wong cilik’ yang kesulitan menentukan nasib mereka sendiri.”
Sapaan Sang Giri diterbitkan oleh Kabar Media Books, sebuah penerbit yang berlokasi di Indonesia. Perusahaan ini didirikan dengan visi untuk menciptakan publikasi berkualitas tinggi dan menarik secara visual yang berbagi cerita tentang masyarakat dan ruang. Hingga saat ini Kabar Media Books telah menerbitkan buku-buku tentang Indonesia dalam bahasa Inggris dengan tujuan mengantarkannya ke pembaca mancanegara. Sapaan Sang Giri merupakan terbitan berbahasa Indonesia pertama mereka.
Masuki dunia Sapaan Sang Giri yang menggugah dan mulailah perjalanan tentang keberanian dan ketangguhan, serta juga welas asih.
Komentar Berita