Bahaya Krisis Air Dunia Jadi Sorotan, Indonesia Bawa Enam Isu di World Water Forum ke-10 2024
Oleh : Kormen Barus | Rabu, 21 Februari 2024 - 10:46 WIB
DOK. Shutterstock Ilustrasi krisis air bersih
INDUSTRY.co.id, Jakarta– Indonesia mendorong enam isu untuk dibahas pada World Water Forum ke-10 di Bali pada 18 hingga 24 Mei 2024. Keenam isu itu adalah Water Quality Assessment and Ekosistem Health, Water Quality Improvement, Public Health, Protection of Fresh Water, Ground Water and Marine Ecosystem, Source Control (Point & Diffuse Source Pollution), dan Ecohydrological Nature-Based Solutions (EH-NBS).
Demikian dikatakan Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Dirjen PPKL KLHK) Sigit Reliantoro, saat Konferensi Pers Road to 10th World Water Forum bertajuk “Jaga Kualitas Air, Jaga Indonesia” yang digelar Forum Medan Merdeka Barat 9 (FMB9) secara daring di Jakarta, Selasa (20/2/2024).
Water Quality Assessment and Ekosistem Health di sini, menurut Sigit berkaitan dengan bagaimana sebaiknya kualitas air tidak hanya di Indonesia, melainkan juga di seluruh dunia.
“Ini akan lebih berbicara mengenai sistem monitoring berbicara mengenai bagaimana kita bisa bertukar menukar data untuk memperkuat upaya kita mengendalikan kualitas air,” imbuhnya.
Sementara Water Quality Improvement adalah bagaimana upaya semua pemerintah yang ada di seluruh dunia untuk memperbaiki kualitas lingkungan kualitas air. Kemudian Public Health adalah berkaitan dengan bagaimana mengendalikan dari sumber-sumber pencemaran.
“Nanti kita akan bicara bagaimana pengalaman Indonesia mengendalikan dari sumber-sumbernya bisa menjadi bahan pembelajaran bagi negara-negara yang lain. Kemudian bagaimana upaya untuk memulihkan lingkungan itu dilakukan dengan pendekatan yang belajar dari alam,” ungkapnya.
Isu keempat Protection of Fresh Water, Ground Water and Marine Ecosystem berkaitan dengan perlindungan sumber air yang telah dilakukan oleh KLHK melalui Direktorat PPA, yaitu dengan melakukan pemulihan danau, perlindungan mata air, program kali bersih, dan pembangunan ekoriparian.
Isu kelima, yakni Source Control (Point & Diffuse Source Pollution) akan membahas penggunakan SPARING (Sistem Pemantauan Air Limbah Dalam Jaringan).
“SPARING adalah sistem pemantauan secara otomatis, terus menerus, dan dalam jaringan, yang digunakan untuk memantau, mencatat, dan melaporkan kegiatan pengukuran suatu parameter dan atau laju aliran pembuangan air limbah ke media air,” kata Sigit.
Sedangkan isuss keenam, Ecohydrological Nature-Based Solutions (EH-NBS) akan membahas ekoriparian sebagai salah satu Nature Based Solutions.
Ekoriparian merupakan fasilitas pengendalian pencemaran sesuai dengan sumber pencemar yang ada serta fasilitas lingkungan lainnya yang tidak mengganggu ekosistem yang ada dan menjadi tempat wisata yang dikelola oleh masyarakat sehingga meningkatkan ekonomi masyarakat.
“Nanti ada praktek-praktek terbaik yang sudah dilakukan oleh kita semua, baik di pusat maupun di daerah yang akan bisa memberikan inspirasi bagi para peserta,” ujar Sigit.
Saat yang sama Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Dirjen IKP) Kementerian Kominfo Usman Kansong mengatakan perhelatan World Water Forum ke-10 2024 perlu didukung maksimal karena menyangkut kepentingan seluruh umat manusia.
“Kita perlu menyuarakan pentingnya acara ini karena air itu merupakan kepentingan seluruh umat manusia,” tuturnya.
Terlebih, katanya, tema WWF ke-10 ini adalah Water for Shared Prosperity atau bagaimana mengelola air sebagai sumber kesejahteraan bersama.
“Kita tahu persoalan air itu dari mulai aksesnya ke sumber-sumber air sampai bagaimana kita menjaga kualitas air. Di banyak tempat harus kita akui kualitas air tidak begitu baik karena sumbernya yang tidak baik. Sementara di tempat lain, di Afrika dan negara yang bergurun seperti di Timur Tengah, air sangat sulit di dapat,” tuturnya.
Meski di Indonesia air masih melimpah karena dukungan alam serta memiliki curah hujan yang lumayan tinggi, kata Usman, tetapi jika tidak menjaga pencemaran pada sumber-sumber air, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan Indonesia pun akan kekurangan air, terutama ketika musim kemarau.
“Di Indonesia problemnya di musim kemarau kita kekurangan air di musim hujan kita kelimpahan air sampai banjir begitu. Nah ini saya kira juga problem yang mestinya bisa kita atasi,” jelas dia.
World Water Forum ke-10 2024 akan digelar di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) pada 18 hingga 24 Mei 2024. Diperkirakan akan ada 350 sesi di forum yang akan dihadiri sekitar 30.000 peserta. Sebanyak 32 kepala negara anggota WWC juga akan hadir dengan 190 di antaranya adalah pejabat setingkat menteri serta 60 organisasi.
Sementara mitra kerja sama yang akan hadir adalah UNEP, GIZ, World Bank, UNESCO, Deltares, ICHARM, HELP, JICA, KOICA, K-Water, ADB, ERIA, OECD, PT. PII, IWRA.
Komentar Berita