Pemerintah Izinkan President University Dirikan Fakultas Kedokteran, Rektor: Terimakasih...
Oleh : Hariyanto | Senin, 28 Agustus 2023 - 08:14 WIB
Kampus President University
INDUSTRY.co.id - Jakarta - Indonesia akan mendapatkan bonus demografinya pada tahun 2030. Ketika itu jumlah penduduk usia produktif (usia kerja) di Indonesia akan lebih banyak dibanding yang tidak produktif. Kondisi ini membuat Indonesia berpotensi memperoleh manfaat ekonomi dari banyaknya penduduk usia produktif. Berkat bonus demografi tersebut, negara kita mencanangkan meraih Indonesia Emas pada tahun 2045.
Pada tahun tersebut Indonesia akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar ke-4 di dunia. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2045 akan mencapai US$9,1 triliun. Saat ini Indonesia masih menempati posisi ke-16 di dunia dengan PDB senilai US$1,29 triliun.
Meski begitu bonus demografi juga bisa menjadi pedang bermata dua. Ia akan menjadi berkah jika berhasil dikapitalisasi.
Tapi, sebaliknya bonus demografi akan berubah menjadi masalah jika salah mengelolanya, yakni tidak berhasil meningkatkan kualitas SDM, termasuk kualitas kesehatannya.
Jadi, bonus akan berubah menjadi malus. Malus artinya pinalti atau konsekuensi negatif.
Demikian ditegaskan Rektor President University (Presuniv) Prof. Dr. Chairy saat merespon terbitnya SK Ditjen Dikti Ristek, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, terkait izin pembukaan Program Studi Kedokteran (Program Sarjana) dan Program Studi Profesi Dokter (Program Profesi), Jumat (25/8). Dua program studi tersebut akan bernaung di bawah Fakultas Kedokteran, Presuniv.
“Kami berterima kasih kepada pemerintah yang telah memberikan izin kepada Presuniv untuk menyelenggarakan pendidikan kedokteran. Dengan adanya izin tersebut, Presuniv akan bisa ikut berkontribusi dalam mewujudkan cita-cita Indonesia Emas melalui bidang kesehatan,” kata Prof. Chairy.
Menurutnya, kesehatan merupakan faktor yang sangat vital dalam meningkatkan produktivitas pekerja baik pada saat ini maupun di masa mendatang. Salah satu isu strategis dalam bidang kesehatan, ungkap Prof. Chairy, adalah ketersediaan tenaga dokter.
Rektor President University (Presuniv) Prof. Dr. Chairy
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), papar Prof. Chairy, saat ini jumlah penduduk Indonesia mencapai 278,69 juta. Standar World Health Organization (WHO) menetapkan rasio ideal jumlah dokter umum terhadap jumlah penduduk adalah 1:1.000. Berdasarkan rasio tersebut, Indonesia membutuhkan 278.690 dokter.
Sementara, menurut data Kementerian Kesehatan per Juni 2023, jumlah dokter baru mencapai 159.977 orang. Jadi, Indonesia masih kekurangan 118.713 dokter.
Selain kekurangan jumlah dokter, masalah lain Indonesia adalah distribusinya yang timpang. Ini karena kondisi geografisnya. Di beberapa kota, terutama di kota-kota besar di Jawa, jumlah dokter lebih dari cukup. Sementara, di sejumlah daerah, terutama di luar Jawa, jumlah dokter masih sangat terbatas.
Kata Prof. Chairy, kehadiran Fakultas Kedokteran, Presuniv, dengan Program Studi Kedokteran dan Program Studi Profesi Dokter Pendidikan Dokter, diharapkan ikut memberikan kontribusi untuk mengatasi kurangnya jumlah tenaga dokter di Indonesia, termasuk distribusinya.
Unggul dalam K3
Menurut data BPS, jumlah pekerja di seluruh Indonesia mencapai 135 juta orang. Sementara, untuk Kabupaten Bekasi dengan jumlah penduduk mencapai 3,2 juta jiwa, sebanyak 1,7 juta atau hampir 47% di antaranya merupakan pekerja. Bagi para pekerja, isu kesehatan dan keselamatan kerja menjadi sangat penting.
Merujuk data global trend of occupational accidents and fatal work related diseases tahun 1027 yang dirilis International Labour Organization, kejadian penyakit akibat kerja (PAK) yang berakibat fatal mencapai 6,3 kali lipat lebih banyak dibandingkan kejadian kecelakaan kerja. Dan, sebanyak 85% mortalitas disebabkan oleh PAK.
Menurut The International Commission on Occupational Health, selama tahun 2022, cedera akibat kerja ternyata dapat menurunkan angka PDB hingga 5,4%. Jadi, cedera akibat kerja bisa menurunkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam konteks itulah Presuniv memandang penting isu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Apalagi Presuniv berada di kawasan industri terbesar se-Asia Tenggara, kawasan industri Jababeka.
Di kawasan ini terdapat lebih dari 2.000 perusahaan nasional, dan multinasional yang berasal dari 30 negara di dunia, seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Prancis, Belanda, China, Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, Vietnam, Taiwan, Singapura, Malaysia, Timor Leste, dan beberapa negara lainnya. Selain Jababeka, di Cikarang juga masih ada enam kawasan industri lainnya, meski tak sebesar Jababeka.
Itu sebabnya, menurut Prof. Chairy, kehadiran Fakultas Kedokteran dan Program Studi Kedokteran di Kabupaten Bekasi menjadi sangat penting. Katanya, “Apalagi Fakultas dan Program Studi Kedokteran, Presuniv, ingin meraih keunggulan dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja.”
Selain itu dengan lokasi yang berada di kawasan industri terbesar se-Asia Tenggara, dan kawasan industri lainnya, ungkap Prof. Chairy, ini akan memberikan dampak yang positif bagi para lulusan Fakultas Kedokteran, Presuniv.
“Banyaknya perusahaan yang ada di kawasan ini sekaligus akan membuka kesempatan bagi para lulusan untuk berkontribusi pada bidang kesehatan dan keselamatan kerja,” katanya.
Beberapa Kelebihan
Dekan Fakultas Kedokteran, Presuniv, Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K), M.Kes, lebih jauh menjelaskan bahwa pihaknya akan mengembangkan sejumlah kelebihan. Di antaranya, Fakultas Kedokteran akan mengembangkan Academic Health System (AHS). Prof. Budi memaparkan, “AHS merupakan ekosistem kolaborasi yang melibatkan berbagai pihak, yakni penyedia layanan kesehatan yang ada di Kabupaten Bekasi, seperti klinik, Puskesmas, rumah sakit, kalangan industri, pemerintah dan Fakultas Kedokteran, Presuniv.”
Jadi, tegas Prof. Budi, Presuniv tidak hanya mendirikan Fakultas Kedokteran, tetapi juga ingin membangun AHS di Kabupaten Bekasi.
Selain itu Prof. Budi menegaskan bahwa visi Fakultas Kedokteran adalah ingin memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dengan pendekatan kesehatan dan keselamatan kerja, serta unggul di tingkat nasional dan internasional. Itu sebabnya Fakultas Kedokteran, Presuniv, mengusung tagline From Bekasi, for Indonesia, to the World.
Prof. Budi menjelaskan lebih detail beberapa kelebihan lainnya dari Fakultas Kedokteran, Presuniv. Di antaranya, Fakultas Kedokteran, akan menggunakan bahasa Inggris dalam kegiatan perkuliahannya. “Sejak tahun pertama perkuliahan di Presuniv sudah menggunakan bahasa Inggris. Jadi Fakultas Kedokteran harus ikut dengan tradisi tersebut,” kata Prof. Budi.
Menurut Prof. Budi, penggunaan bahasa Inggris dalam perkuliahan di Fakultas Kedokteran akan berdampak positif. Katanya, banyak jurnal dan publikasi ilmiah, seminar atau kegiatan internasional lainnya, yang berbahasa Inggris.
“Dengan fasih berbahasa Inggris, akses mahasiswa ke berbagai publikasi ilmiah atau event internasional menjadi lebih terbuka,” ucap Prof. Budi.
Penguasaan bahasa Inggris juga mempermudah mahasiswa memperluas jejaring ke lingkungan internasional. Katanya, jejaring semacam ini sangat penting bagi lulusan Fakultas Kedokteran yang ingin berkarier di luar negeri, atau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di sana.
Senada dengan Prof. Chairy, Prof. Budi juga melihat lokasi Fakultas Kedokteran di kawasan industri Jababeka dengan sekitar 1 juta orang yang bekerja di dalamnya, termasuk kalangan ekspatriat, akan memberikan keuntungan tersendiri.
“Fakultas Kedokteran, Presuniv, ingin unggul dalam kedokteran K3. Kami akan menaruh perhatian yang besar terhadap isu-isu kesehatan dan keselamatan kerja,” tegas Prof. Budi.
Fakultas Kedokteran, Presuniv, juga menerapkan early exposure sejak tahun pertama perkuliahan. Sejak awal mahasiswa diperkenalkan dengan kondisi kerja, termasuk ekosistem kesehatan.
Beberapa kegiatan pembelajaran, selain dilaksanakan di kampus, juga dilakukan di fasilitas layanan kesehatan, seperti Puskesmas, klinik swasta, klinik industri, serta rumah sakit swasta dan pemerintah.
“Dengan early exposure, mahasiswa diharapkan memperoleh gambaran tentang jenjang karier yang akan ditempuh ketika lulus dari Fakultas Kedokteran, Presuniv,” kata Prof. Budi.
Ia juga menegaskan bahwa Fakultas Kedokteran, Presuniv, akan mengembangkan layanan kesehatan primer.
“Kami akan fokus pada upaya pencegahan dan promotif kesehatan dan keselamatan kerja,” kata Prof. Budi.
Ia juga menegaskan bahwa Fakultas Kedokteran, Presuniv, tak hanya akan menjalankan fungsi pendidikan.
“Kami ingin kehadiran Fakultas Kedokteran juga memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat sekitar. Ini akan kami lakukan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan penelitian,” katanya.
Komentar Berita