Kendati Ndeso, NPL Terbesar BRI Bukan Berasal dari Segmen Mikro

Oleh : Abraham Sihombing | Rabu, 01 Februari 2017 - 09:13 WIB
Kendati Ndeso, NPL Terbesar BRI Bukan Berasal dari Segmen Mikro

INDUSTRY.co.id - Jakarta- Selama ini, orang awam menganggap PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebagai bank yang paling banyak menyalurkan kredit ke segmen usaha mikro, terutama di daerah pedesaan. Karena itu, citra sebagai bank ndeso senantiasa melekat pada bank BUMN yang juga merupakan emiten Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut.

Di mata para pebisnis pada umumnya, para pengusaha mikro tersebut dikenal sebagai pengusaha yang sering bermasalah dengan keuangan, terutama dengan perbankan selaku pihak yang memberikan pembiayaan bagi usaha mereka. Dengan kata lain, segmen ini seringkali mengalami porsi kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) terbesar dari total kredit yang disalurkan perbankan. Tetapi ternyata, justru kredit ke segmen mikro bukan merupakan NPL terbesar bagi BRI pada 2016.

Menurut Ninies K. Adriani, , Head of BRI Investor Relation, Selasa (31/01/2017), total kredit yang disalurkan BRI pada 2016 tercatat sebesar Rp635,3 triliun, atau lebih tinggi 13,77% dibanding realisasi kredit 2015 sebesar Rp558,4 triliun. Porsi terbesar dari kredit tersebut disalurkan BRI ke segmen mikro yakni sebesar Rp211,5 triliun, atau mencapai sekitar 33,3% dari total kredit yang disalurkan BRI pada 2016.

 

Sekitar 19,8% dari total kredit tersebut, atau sekitar Rp125,7 triliun disalurkan BRI sebagai kredit konsumen, menyusul sebesar Rp100,2 triliun (15,8%) kepada segmen pengusaha kecil, sebesar Rp92,8 triliun (14,6%) ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sebesar Rp84,1 triliun (13,2%) ke berbagai korporasi non-BUMN dan sisanya sebesar Rp21 triliun (3,3%) disalurkan ke segmen pengusaha menengah.

Ninies menuturkan, total NPL kotor BRI pada 2016 tercatat sebesar 2,03%, atau sekitar Rp12,90 triliun, naik 14,36% dibandingkan pada tahun sebelumnya sebesar Rp11,28 triliun, atau sekitar 2,02% dari total kredit BRI pada 2015. “Secara prosentase, NPL kotor tersebut hanya naik tipis 0,01%,” imbuhnya.

Ninies menegaskan, kendati porsi kredit ke segmen mikro merupakan yang terbesar pada 2016, tetapi NPL segmen tersebut pada 2016 hanya sebesar Rp2,09 triliun, atau sekitar 0,99% alias tidak sampai 1% dari total kredit BRI yang disalurkan ke segmen tersebut pada 2016. Sedangkan total NPL segmen mikro yang direstrukturisasi tercatat sebesar Rp236,17 miliar.

“Sebaliknya itu, NPL terbesar pada 2016 dialami oleh kredit yang disalurkan BRI ke segmen pengusaha menengah yang nilainya mencapai Rp1,5 triliun. Adapun total NPL segmen ini yang direstrukturisasi hanya sebesar Rp130,5 miliar,” pungkasnya.***