Geram Proyek Kereta Cepat Dikuasai China, Andre Rosiade: Masa Rel Kereta Aja Harus Impor, Apa Kita Tidak Mampu Bikin?

Oleh : Candra Mata | Senin, 06 September 2021 - 21:35 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Andre Rosiade, Komisi VI DPR RI melontarkan kritikan tajam terhadap pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, karena hanya menempatkan 1 perusahaan lokal sedangkan sisanya perusahaan China. 

"Dalam proyek ini ada tujuh kontraktor, tetapi hanya satu perusahaan lokal, sedangkan 70 persennya dari China," ungkap Andre seperti dikutip redaksi INDUSTRY.co.id dari keterangannya di rapat dengar pendapat Komisi VI DPR RI dengan direksi PT KAI di Gedung DPR RI, Senayan, beberapa waktu lalu.

Sejatinya, menurut Andre, secara konsorsium PT PSBI memiliki saham 60 persen di kereta cepat Jakarta Bandung, kemudian yang 40 persen dimiliki oleh konsorsium China yaitu Beijing Yawan.

Tak hanya itu, bahkan Andre juga menyayangkan penggunaan rel kereta cepat tersebut yang 100% bahannya impor.

Menurutnya hal ini berbanding terbalik dengan program pemerintah saat ini yang selalu menggaungkan pentingnya peningkatan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN)

"Apa kita tidak mampu bikin rel keretanya? Ini pekerjaan yang sederhana bikin rel, apakah Indonesia tidak mampu membuat rel kereta api? Sehingga harus impor dari Cina," ujarnya.

Menurut Ketua DPD Gerindra Sumatera Barat ini, solusi dari pe-er besar yang dimiliki pemerintah saat ini adalah menciptakan industri dalam negeri yang bergerak di bidang pembuatan rel perkeretaapian.

Sebab menurutnya, masalah ini menjadi kontradiktif dengan narasi pemerintah yang selalu membanggakan diri bisa melakukan ekspor stainless steel ke luar negeri.

“Jadi tolong saya minta relnya lokal. Kasihlah industri dalam negeri. Masa rel kereta api aja pakai impor segala, macam tidak bisa produksi itu," ujarnya.

"Apalagi ngakunya di berita-berita kita baca, pemerintah telah mampu ekspor besi, stainless steel, negara dapat untung banyak. Kan berbeda antara pernyataan stainless steel ekspor berhasil tapi rel masih impor,” tandas Andre.