AKR Corporindo Dibayang-bayangi Risiko Penurunan Tambang

INDUSTRY.co.id-Jakarta-PT AKR Corporindo Tbk diperingkat “idAA-†dengan outlook stabil PEFINDO telah menetapkan kembali peringkat “idAA-†untuk PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dan Obligasi Berkelanjutan I Tahun 2017.
Outlook peringkat perusahaan adalah “stabilâ€. Obligor dengan peringkat idAA memiliki sedikit perbedaan dengan peringkat tertinggi yang diberikan, dan memiliki kemampuan yang sangat kuat untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya dibandingkan terhadap obligor Indonesia lainnya. Lansir Pefindo di Jakarta, Selasa (9/3/2021).
Peringkat yang diberikan mencerminkan jaringan infrastruktur logistik Perusahaan yang ekstensif, profil keuangan yang kuat, dan permintaan yang relatif stabil terhadap bahan bakar minyak. Namun, peringkat dibatasi oleh paparan terhadap risiko penurunan dalam industri pertambangan dan risiko pengembangan lebih lanjut pada kawasan industri.
Peringkat akan dinaikkan jika AKRA memperbaiki struktur permodalan, yang ditunjukkan dengan rasio utang terhadap EBITDA kurang dari 2,0x secara berkelanjutan, dan mempertahankan manajemen biaya yang efisien dalam bisnis distribusi bahan bakarnya dan mencapai target penjualan lahan di kawasan industrinya.
Sebaliknya, peringkat dapat diturunkan jika AKRA agresif membiayai ekspansi usahanya dengan utang dalam jumlah yang lebih besar dari yang diproyeksikan, yang dapat melemahkan ukuran-ukuran struktur permodalan dan proteksi arus kasnya, tanpa dikompensasi oleh kinerja bisnis yang lebih kuat, dan jika marjin profitabilitas melemah secara signifikan sehingga menyebabkan arus kas yang dihasilkan lebih rendah.
AKRA bergerak dalam bisnis perdagangan dan distribusi bahan bakar serta kimia dasar di Indonesia. Melalui anak usahanya, Perusahaan juga bergerak dalam bidang usaha logistik, manufaktur, kawasan industri yang terintegrasi, dan pelabuhan. Pada 30 September 2020, pemegang saham Perusahaan terdiri dari PT Arthakencana Rayatama (59,60%), manajemen Perusahaan (0,66%), saham treasuri (1,68%), dan publik (38,06%, masing-masing dengan kepemilikan di bawah 5%)