Tahun 2021 Saatnya Retail Fashion Bangkit
INDUSTRY.co.id - Kini vaksin telah didistribusikan, pergerakan ekonomi mulai menggeliat, masyarakat mulai melakukan aktifitas di luar rumah namun tetap disertai dengan protokol kesehatan yang ketat. Mall dan pusat perbelanjaan mulai terlihat pengunjungnya. Kita optimis perekonomian Indonesia akan kian membaik.
Tak terasa sudah satu tahun kita bergumul dengan covid-19, imbas yang diberikan sungguh tidak main-main. Seluruh aspek kehidupan merubah polanya menyesuaikan dengan pergerakan si virus, sebelumnya aktifitas luar rumah dan berbelanja di mall merupakan hal lumrah, namun disaat virus mulai mengganas, angka jumlah pasien di rumah sakit makin meningkat dan dengan adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dicanangkan oleh pemerintah semua hening berdiam di rumah masing-masing.
Aktifitas di rumah menjadi fokus utama masyarakat, begitu pula dengan berbelanja, trend belanja online makin digemari masyarakat. Pada Retail fashion yang memiliki sumber pendapatan utama berasal dari penjualan di mall dan pusat perbelanjaan, tentunya mengalami dampak yang cukup signifikan hasil imbas dari pembatasan jam operasional mall dan pusat perbelanjaan selain itu ada rasa enggan masyarakat untuk berbelanja ke tempat ramai terkecuali dalam keadaan mendesak dikarenakan protokol social distancing.
Banyaknya toko retail yang tutup di beberapa mall, menunjukkan bagaimana perusahaan-perusahaan retail mulai mengetatkan sabuk mereka. Pada toko yang tak mampu menutupi biaya operasionalnya perusahaan tak segan memutuskan masa kontrak dengan pihak Mall, Perusahaan berusaha seefisien mungkin mengelola biaya operasional mereka demi mempertahankan bisnis.
oleh karenanya dari sini kita dapat belajar dari perusahaan retail yang masih bertahan hingga saat ini bahwa tentunya mereka memiliki strategi dalam menghadapi masa pandemi dan mampu bertahan hingga kuartal pertama di tahun 2021.
Berikut beberapa strategi yang diambil penulis dari berbagai sumber berkaitan dengan bagaimana sebuah perusahaan retail membenahi dan mengantisipasi perubahan ekonomi di masa pandemic.1. Menyiapkan strategi penjualan pada masa pandemik seperti perencanaan penjualan dengan memberdayakan seluruh flatform berbasis digital sebagai sikap yang fokus pada solusi inovatif dan budaya yang cepat tanggap terhadap perubahan
2. Menyusunan rencana dan menggencarkan promosi produk serta menyusun target penjualan saat program berlangsung. Sebagai catatan, perusahaan harus benar-benar berhati-hati dalam dalam program pemberian diskon yang sebenarnya ditujukan untuk menstimulus pembelian, karena mampu menjadi boomerang bagi perusahaan untuk jangka panjangnya seperti jurnal yang dibawakan Zeelenberg dan Putten (2005) berkenaan dengan sisi gelap diskon.
3. Secara strategis memberdayakan sumber daya manusia yang dibawah naungan perusahaan sebagai duta seller perusahaan. Di saat pandemi mulai menghantam ada sebuah perusahaan yang mampu memberdayakan dan mengembangkan skill para karyawannya menjadi sales produk perusahaan tersebut dan secara tidak langsung mengasah jiwa entrepreneurship para karyawan dan tentunya mereka pun mendapatkan insetif prosentase penjualan, berdasarkan cerita dari karyawan dari perusahaan tersebut bonus insentif ini 3x lipat lebih besar dari besaran gaji yang mereka terima setiap bulannya. Disini kita dapat melihat bagaimana perusahaan pun berkontribusi untuk membantu karyawan mereka menghadapi masa krisis.
4. Meninjau kembali kebiasaan baru para konsumen (consumer behavior) di masa pandemi, tentunya para konsumen saat melakukan aktifitas berbelanja sangat memperhatikan protokol kesehatan, para pemilik usaha tentunya harus benar-benar menyiapkan SOP yang sesuai untuk kenyaman konsumen, seperti menyiapkan standard service bagi sales promotion yang berada di toko untuk menggunakan masker dan face shield, menjelaskan bahwa penggunaan fitting room untuk retail fashion sementara ditiadakan atau meyakinkan konsumen bahwa toko telah menerapkan aturan untuk setiap pakaian yang dicoba oleh konsumen segera disterilkan karena tingkat ketidaknyamanan terhadap produk display atau sudah dipakai oleh orang lain akan menimbulkan keenganan konsumen dalam berbelanja dan mencoba produk kita seperti yang diutarakan oleh Argo, Dahl & Morales (2006) tentang kontaminasi konsumen, apalagi di masa pandemic saat ini, tentunya tingkat keenganan konsumen kian meningkat dan tentunya ini mempengaruhi intensitas penjualan produk, seperti yang diutarakan oleh Mutte, salah seorang Fashion Assistan di salah satu store fashion di Aeon Mall BSD, Tanggerang.
Mutte mengungkapkan bagaimana konsumen selalu memastikan bahwa produk yang akan mereka beli benar-benar baru dari rak stok atau jikalau itu adalah display mereka akan menunggu produk tersebut disterilkan dan dikemas rapi sebelum diberikan kepada mereka.
Strategi diatas tentunya hanya segelitir dari banyaknya strategi lain yang dilakukan oleh sebuah perusahaan yang berhasil survive dalam masa ini dan tentunya dapat kita terapkan kedalam usaha yang sedang kita rintis. 2021 tentunya akan menjadi momentum bagi para usahawan untuk kembali membangkitkan semangat mereka. Kita optimis 2021 adalah awal kebangkitan bagi usaha retail fashion.
Penulis: Suci Thesi Siana, Mahasiswi MM in Tech President University