Ciputra Perkuat Positioning Bisnis Lewat Merger

Oleh : Arya Mandala | Selasa, 04 April 2017 - 13:05 WIB

INDUSTRY.co.id - Ada warna baru tertulis dalam catatan sejarah industri properti nasional. Ciputra Group yang menorehkannya pada awal tahun 2017 dengan menyulap PT Ciputra Development Tbk menjadi pengembang raksasa baru berkapitalisasi pasar sebesar Rp 20,44 triliun. Nilai itu terbentuk atas penggebungan (merger) tiga anak usaha properti Ciputra dalam satu wadah.

Entitas PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) dan PT Ciputra Property Tbk (CTRP) dilebur dalam PT Ciputra Development Tbk (CTRA) melalui skema konversi saham. Ini dilakukan lantaran tiga perusahaan tersebut merupakan perusahaan terbuka (publik) yang sebagain sahamnya dimiliki masyarakat. Publik yang memiliki saham CTRS dan CTRP diberikan hak untuk menukar saham mereka ke saham CTRA sebagai perusahaan penerima penggabungan. Rasio yang ditetpkan masing-masing 1:2,13 untuk saham CTRS dan 1:0,54 untuk saham CTRP.  

Sementara pada pemegang saham publik yang tidak menggunakan haknya, Ciputra melakukan buy back, alias membelinya secara tunai sesuai harga pasar. Aksi korporasi tersebut telah dieksusi pada tanggal 17 Januari 2017 lalu, setelah sebelumnya disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tiga perusahaan pada tanggal 27 Desember 2016 lalu, disusul dengan Surat Keputusan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pada Rabu, 18 Januari 2017 lalu.

Bagi pemegang saham publik, penggabungan tersebut membawa berkah. Bukan hanya peningkatan nilai investasi tapi juga likuiditas pasar saham CTRA di bursa saham. Pasalnya tingkat kapitalisasi pasar CTRA melonjak cukup signifikan. Berdasarkan laporan penilaian independen dalam rangka merger, per 30 Juni 2016 NAV per saham CTRA sebesar Rp 3.629.

Adapun jumlah saham baru yang diterbitkan sebagai hasil konversi saham publik CTRS dan CTRP adalah sebanyak 3,1 miliar saham, sehingga total saham CTRA setelah merger akan menjadi 18,5 miliar saham. Dengan demikian market capitalization CTRA secara teoritis akan bertambah sekitar 20% atau sekitar Rp 20,44 triliun.

Lebih dari itu pemegang saham mendapat prospek saham yang gemilang, sebab akan ada efek positif bagi pengembangan bisnis CTRA di masa datang. Harapannya tentu saja berdampak pada capaian kinerja CTRA yang akhirnya meningkatkan harga saham di pasar. Untuk diketahui, setelah merger tersebut Ciputra akan menguasai sebanyak 25,48%, selebihnya dipegang investor publik.

Sementara bagi Grup Ciputra, merger tersebut merupakan langkah strategis dalam mewujudkan ambisi menjadi salah satu pengembang terintegrasi terbesar di Tanah Air. “Merger akan memperkuat posisi CTRA sebagai salah satu perusahaan properti terintegrasi yang terbesar di Indonesia dengan kemampuan pengembangan properti dan pengelolaan aset sebanyak 76 proyek di 33 kota di seluruh Indonesia,” kata Candra Ciputra CEO Grup Ciputra dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu.

Chandra juga mengatakan merger juga membuat CTRA sebagai salah satu pengembang properti dengan total cadangan lahan (landbank) terbesar seluas 6.250 hektare. Jumlah anak usaha CTRA juga akan bertambah menjadi 24 entitas, dari sebelum merger yang mengendalikan 10 entitas usaha.

Terkait dampak positif penggabungan usaha bagi pengembangan bisnis properti, manajemen CTRA memberi contoh kongkret, misalnya bila ada proyek baru yang akan dikembangkan Ciputra, maka manajemen tidak lagi dipusingkan untuk memilih perusahaan mana yang akan menjadi pengembangnya. Malah, dengan struktur perusahaan baru nanti, bakal ada kejelasan, mana proyek yang akan masuk ke Ciputra Surya atau Ciputra Properti.

Sementara pada kesempatan berbeda Direktur dan Sekretaris Perusahaan CTRA, Tulus Santoso memastikan, setelah merger perusahaan ini masih tetap berada di bisnis properti dan fokus pada proyek real estate. Di sisi lain, Tulus mengatakan penggabungan entitas diharapkan dapat menurunkan biaya dana bila perseroan menggalang pendanaan dari penerbitan surat utang. Dia mengestimasi, entitas tunggal bakal menaikkan peringkat surat utang sehingga tingkat kupon juga lebih rendah.

Mengacu pada asumsi tadi manajemen CTRA optimistis kedepannya kinerja perseroan akan makin kuat dengan target marketing sales tumbuh sebesar 20% di tahun ini menjadi Rp 8,5 triliun. Pada tahun 2016 lalu angka pra penjualan CTRA tercatat sebesar Rp 7,19 triliun. proyek-proyek yang berada di Jakarta disebut akan tetap menjadi sandaran bagi penjualan CTRA tahun ini. Menyusul proyek-proyek diluar Jakarta. “Kontribusi terbesar masih dari proyek Jakarta karena pembelinya paling banyak,” tandasnya.

Enam Proyek Baru Siap Meluncur

Bagi Ciputra bisnis properti kembali berdenyut sejak kuartal IV 2016. Indikasinya terlihat dari angka penjualan yang mencapai Rp 800 juta per bulan, padahal pada kuartal I 2016 hanya sekitar Rp 400 juta perbulan. Mencermati perkembangan itu Presiden Direktur CTRA Chandra Ciputra yakin kondisinya akan makin positif tahun ini.

Apalagi faktor global yang sempat dikhawatirkan, terutama dari Amerika Serikat, ternyata tidak berdampak negatif. "Presiden Amerika Serikat Donald Trump adalah seorang pebisnis. Negaranya tidak akan membaik jika ekonomi negara lain negatif," katanya. Dari dalam negeri, Chandra menilai positif kenaikan harga komoditas.

Kondisi itu akan mendorong daya beli di setiap daerah, sehingga turut berdampak positif pada sejumlah proyek perseroan. "Kami juga ada banyak proyek di luar Jawa, yang semestinya daya beli masyarakatnya naik karena harga komoditas membaik," ujarnya. Dilandasi optimisme tersebut, tahun ini CTRA berencana melakukan ekspansi dengan meluncurkan enam proyek residensial baru, sekaligus mulai membangun dua proyek komersial yang sebelumnya sudah di launching.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan CTRA, Tulus Santoso menyebutkan enam  proyek residensial tersebut terdiri dari Citra Plaza Jakarta, proyek mixed-use apartemen dan kantor seluas 1,4 hektar (ha), CWJ 2 Extension-The Newton 2, apartemen seluas semi-gross sekitar 30 ribu m2, Cintraland Cibubur seluas 86 ha, Citra Plaza Batam, proyek mixed-use 4 ha, CitraLand Tallasa Makassar 116 ha dan Sadana Bali, proyek vila bagian dari Ciputra Beach Resort seluas 4 hektare. “Sedangkan 2 proyek komersial yang akan dibangun yakni Ciputra Mall dan Yello Hotel yang berlokasi di Citra Raya, Tangerang,” imbuhnya.

Untuk membiayai proyek-proyek tersebut, perusahaan properti ini telah menyiapkan dana belanja modal sekitar Rp 1,5 triliun. Sumber pendanaan capex sendiri, nantinya akan didukung dari kombinasi antara kas internal perusahaan dan pinjaman perbankan "Komposisinya, sekitar 50 persen dari total belanja modal akan bersumber dan kas internal dan sisanya 50 persen lagi dari pinjaman perbankan," ujarnya. Peluncuran proyek-proyek baru tersebut dikatakan Tulus merupakan upaya mencapai target pertumbuhan marketing sales sebesar 15% - 20% tahun ini.