Mengenal Dr Terawan Agus Putranto Kepala RSPAD Gatot Subroto
Oleh : Herry Barus | Rabu, 23 Oktober 2019 - 07:30 WIB
INDUSTRY.co.id - Jakarta- Mayjen TNI Dr dr Terawan Agus Putranto Sp.Rad(K) menjadi satu-satunya dokter yang dipanggil Presiden Joko Widodo ke Istana dalam momen "perkenalan" kabinet menteri, Selasa (22/10/2019)
Dia menyatakan bahwa Presiden Joko Widodo menugaskannya sebagai Menteri Kesehatan. Nama dr Terawan tak lagi asing di kalangan publik lantaran inovasinya tentang metode "cuci otak" yang telah terbukti menyembuhkan banyak pasien stroke, ditambah lagi ramai diberitakan media-media nasional karena pernah diisukan dipecat oleh PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Dokter kelahiran Yogyakarta 5 Agustus 1954 tersebut merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) yang kemudian mengabdi menjadi dokter TNI AD dan menjabat Kepala RS Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto sejak 2015-2019. Dalam catatan Antara, sekitar awal April 2018, mencuat kabar dr Terawan, yang dikatakan telah menyembuhkan ribuan pasien stroke bisa sembuh kembali, diberhentikan sementara oleh Mahkamah Kode Etik Kedokteran (MKEK) IDI Pemberhentian tersebut lantaran dr Terawan dianggap melanggar kode etik kedokteran yaitu mengiklankan metode "cuci otak" yang bisa menyembuhkan pasien stroke. Anggapan tersebut dibantah oleh dr Terawan bahwa dirinya tidak pernah sekalipun mengiklankan metodenya. Metode "cuci otak" yang mulai diperkenalkan sejak 2004 dan banyak dilakukan sejak 2011 tersebut sebenarnya merupakan salah satu metode bernama digital subtraction angiography (SDA) yang tujuannya ialah untuk mendiagnostik dan untuk mengevaluasi pembuluh darah otak sehingga bisa diketahui penyakit dari pasien dan menentukan pengobatan yang tepat. Namun Terawan menggunakannya sebagai metode pengobatan stroke dengan memasukan obat heparin dalam proses SDA yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit stroke. Meskipun metode cuci otak melalui DSA telah diuji dalam disertasi dr Terawan di Universitas Hasanuddin Makassar pada 2016, beberapa pakar menilai metode itu masih butuh kajian secara ilmiah lebih mendalam. Kendati demikian, banyak dukungan yang mengalir kepada dr Terawan seperti dari Komisi IX DPR, Kementerian Ristekdikti, masyarakat yang menjadi pasiennya, dan bahkan para pejabat dan tokoh negeri yang merasakan manfaat luar biasa dari metode tersebut.