Ekspor Teh Indonesia Berpeluang Meningkat di Tengah Perang Dagang AS-China

Oleh : Ridwan | Rabu, 19 Juni 2019 - 15:25 WIB

INDUSTRY.co.id - Las Vegas – Indonesia berpeluang meningkatkan ekspor teh di tengah perang dagang Amerika Serikat-China. Peluang tersebut dimanfaatkan salah satunya dengan mengikuti pameran World Tea Expo (WTE) 2019 pada 11-13 Juni, kemarin di Las Vegas, Amerika Serikat (AS). 

Hasilnya, Indonesia meraih potensi transaksi sebesar USD 529 ribu dalam pameran tersebut dan diprediksi akan meningkat. 

Hal ini disampaikan Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Los Angeles Antonius Budiman.

"Perang dagang AS-China merupakan momentum yang memberikan peluang lebih besar bagi para produsen teh seluruh dunia, termasuk Indonesia. Hal ini dikarenakan teh hijau dan teh hitam China dengan kemasan di bawah 3 kg kemungkinan besar akan dikenakan tarif 25 persen, sehingga hal tersebut menjadi celah teh Indonesia merebut pangsa pasar teh China yang dikenakan tarif," ujar 

Anton.

Paviliun Indonesia menampilkan tujuh perusahaan, untuk kategori produk teh dan minuman herbal terdiri dari lima perusahaan yaitu Harendong Tea Estate, PT Bukit Sari, PT Kepala Djenggot, Mustika Ratu, dan Rowadu. 

Sedangkan, untuk kategori produk makanan ringan terdiri dari dua perusahaan, yaitu Jans Food dan Ladang Lima dengan produk-produknya yaitu sweet potato chips, salted butter cookies, Danish cookies dan vegan almond cookies.

Paviliun Indonesia mendapatkan lokasi strategis, yaitu di depan pintu masuk pameran. Hal ini memberikan keuntungan tersendiri, yaitu bisa mendapatkan eksposur yang tinggi terhadap para pembeli.

Gaya hidup sehat generasi muda AS menggeser gaya konsumsi minuman soda ke produk teh siap minum. Hal tersebut mempengaruhi perkembangan produk minuman teh yang semakin berinovasi misalnya blended tea yang menggunakan bunga (bunga telang/butterfly pea, mawar, melati, dan lavender) sebagai campuran teh, teh rempah instan dengan berbagai kemasan yang menarik, teh untuk diet keto, chia seeds bubble tea, cider tea, sparkling tea, kombucha, dan teh rasa buah-buahan tropik seperti sirsak. 

Teh kombucha mengalami pertumbuhan pesat sejak 2017 karena digadang sebagai minuman “elixir of life” yang memberikan manfaat kesehatan untuk sistem pencernaan dan detoksifikasi. 

Nilai pasar teh Kombucha diperkirakan mencapai USD 556 juta pada 2018. "Tidak hanya importir daun teh, industri teh siap minum, khususnya Kombucha di AS juga dapat dibidik sebagai buyer sasaran," imbuh Anton.

Pameran kali ini diikuti 260 peserta pameran (eksportir dan label privat) dari 22 negara dan dihadiri 100 ribu buyer yang terdiri atas distributor, peritel, pemilik kedai teh, pemilik restoran, pemasok jasa makanan/restoran. Beberapa paviliun negara selain Indonesia adalah China, Sri Lanka, India, Jepang, Taiwan, Inggris, dan Kanada.

Sekilas Data Perdagangan Minuman AS-Indonesia Indonesia berada di peringkat ke-12 pemasok teh dengan nilai ekspor USD 7,1 juta yang terbagi menjadi ekspor teh hitam senilai USD 5,1 juta dan USD 2 juta untuk teh hijau. Pasar teh paling besar di AS adalah teh hitam dan teh fermentasi yang merupakan bahan pembuatan teh kombucha. 

Berdasarkan data Departemen Perdagangan Amerika Serikat, total nilai impor produk teh AS dari seluruh dunia pada 2018 tercatat sebesar USD 467 juta, dengan rincian nilai impor teh hitam USD 302,4 juta dan teh hijau USD 165,3 juta. 

Total impor teh AS dari China tertinggi di antara negara-negara lain yaitu sebesar USD 89,9 juta. Impor teh hijau AS dari China senilai USD 48,1 juta dan impor teh hitam yang telah difermentasi tercatat sebesar USD 41,8 juta. 

Tingginya nilai impor teh yang telah difermentasi ini sejalan dengan tren minuman teh siap minum di AS, khususnya untuk produksi teh kombucha siap minum.