2017, Investasi Saham di Pasar Modal Capai Rp 212 Triliun
INDUSTRY.co.id - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengungkapkan pada tahun 2017 mendatang industri pasar modal diperkirakan akan mengalami peningkatan permintaan berinvestasi di instrumen saham hingga mencapai Rp 212 triliun. Hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan penempatan dana dari industri dana pensiun maupun perasuransian.
"Demam terhadap saham dari institusi untuk tahun depan bisa mencapai Rp212 triliun," ujarnya, di Jakarta, Rabu (23/11/2016).
Lebih lanjut Ia menuturkan, dana pensiun lah yang akan paling banyak menbutuhkan saham. Mengingat pada tahun depan industri ini akan meningkatkan porsi investasi di saham menjadi 30 persen dari sebelumnya sebesar 13 persen.
"Selain itu, ditambah juga oleh permintaan dari industri asuransi, serta reksa dana saham dan penempatan sebesar 5 persen dana repatriasi," jelasnya.
Hal tersebut pun diyakini akan mampu mewujudkan target BEI meraih 35 emiten baru di 2017. Tito berharap agar pemerintah ikut berpartisipasi mendorong perusahaan-perusahaan BUMN untuk mencatatkan saham di BEI.
"Pak Presiden Joko Widodo bilang bahwa ada kebutuhan dana sebesar Rp4.900 triliun untuk pembangunan infrastruktur. Sementara, pemerintah hanya mampu (menyediakan) Rp1.500 triliun untuk kurun lima tahun. Jadi, (pemerintah) harus memaksimalkan pasar modal,” terangnya.
Menurut Tito, melalui mekanisme penggalangan dana dari pasar modal, maka pemerintah akan mendapatkan dana jangka panjang dari masyarakat. "Caranya, jalankan privatisasi (BUMN). Buktinya jika BUMN diprivatisasi, dividen naik enam kali lipat dan pendapatan juga naik. Itu sudah ada studinya di 21 BUMN go public," ucapnya.
Dirinya juga meminta agar pemerintah tidak berlarut-larut menunggu kondisi tertentu untuk melakukan privatisasi BUMN, apalagi dengan masuknya perusahaan pelat merah ke pasar modal akan memperkuat kinerja bursa saham. ”Jadi, privatisasi akan membuat pasar modal terus membaik,” tukansnya.