Ketika Dana dan Investasi Berderap ke Kawasan Industri Vietnam

Oleh : Dhiyan W Wibowo | Jumat, 03 November 2017 - 14:31 WIB

INDUSTRY.co.id - Vietnam, Dalam satu dekade terakhir, Vietnam telah dipandang sebagai gadis molek di Asia Tenggara oleh para investor. Negara ini dinilai  mampu menawarkan sejumlah insentif dan kemudahan untuk berinvestasi. Di negeri Paman Ho ini pula, kawasan industri bertumbuh sangat pesat berbasis segala kelebihan dan layanan perizinan serta insentif yang menarik.

Soal daya tarik Vietnam yang bisa membelokkan arah investasi para investor dari Indonesia memang kerap disampaikan para pelaku industri di Tanah Air. 

Sanny Iskandar, Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI) beberapa waktu lalu sempat mengemukakan bahwa  pemerintah  Vietnam siap menawakan  insentif bagi investor yang berinvestasi di  kawasan industri di sana. Soal  pengurusan perizinan yang lebih mudah dan cepat, serta insentif keringanan pajak jadi salah satu daya tarik utama bagi investor untuk membenamkan dananya di sana.

Keistimewaan lainnya yang ditawarkan bagi para penanam modal asing di Vietnam adalah tawaran masa pengelolaan hingga 100 tahun. "Bandingkan dengan izin pengelolaan di Indonesia yang hanya diperbolehkan hingga 30 tahun," katanya  Sanny Iskandar dalam satu kesempatan kepada INDUSTRY.co.id.

Upah pekerja yang lebih rendah juga masuk dalam jajaran nilai lebih untuk investasi. Kendati lebih murah, para pekerja negeri Paman Ho ini juga dinilai jauh lebih produktif ketimbang para pekerja di Indonesia. Belum lagi harga tanah yang masih lebih murah dibanding di Indonesia.

Sejumlah daya tarik dan kelebihan inilah yang membuat para pengembang kawasan industri asing di luar Vietnam pun ikut berbondong-bondong masuk, dan mengembangkan industrial estate disana. Kawasan industri memang telah menjadi kebutuhan tersendiri bagi pengembangan ekonomi negara Vietnam. 

Maka wajar saja dalam kurun waktu beberapa tahun saja jumlah kawasan industri di Vietnam meningkat pesat, melampaui jumlah kawasan industri yang dikembangkan di Indonesia.

Berdasarkan catatan Vietnam-briefing.com, hingga  Juli 2015 saja, sudah terdaftar sebanyak  299 kawasan industri di Vietnam, yang  212 kawasan di antaranya telah efektif beroperasi.

Salah satu investor asing yang datang ke Vietnam untuk mengembangkan kawasan industri adalah pengembang besar asal Thailand Amata VN Pcl. Pada tahun lalu perusahaan yang telah mengembangkan banyak kawasan industri di Asia ini telah menyiapkan dana investasi sebesar US$200 juta untuk membangun kawasa industri di Vietnam.

Seperti dilansir Reuters,  Amata VN Pcl meniapkan dana US$200 juta untuk membangun dua kawasan industri. Amata VN memilih mengembangkan kawasan industri di Vietnam mengingat tingginya kebutuhan investor akan kehadiran kawasan industri yang komprehensif di Vietnam. 

Dua kawasan industri yang  dibangun adalah Amata City Bien Hoa, dan kawasan indusri khusus teknologi  bernama Amata City Long Thanh, yang lokasinya berdekatan dengan  Ibukota Ho Chi Minh. Sebelumnya  Amata VN, yang masuk dalam tiga teratas jajaran pengembang asing di Vietnam, telah mengucurkan dana US$60 juta di  Bien Hoa, demikian chief executive officer Somhatai Panichewa.

Perusahaan juga telah menandatangani kontrak penjualan 7,4 hektare lahan pada kuartal pertama tahun lalu.  Perusahaan telah memperoleh izin pengembangan kawasan industri keduanya pada tahun  2015, di atas lahan  410 hektare, dan diproyeksikanakan siap buat para tenant pada tahun ini. 

Selain Amata yang hadir di Vietnam, Singapura juga eksis lewat skema kerja sama dengan pemerintah Vietnam dan membentuk  Kawasan Industri Vietnam-Singapura atau Vietnam-Singapore Industrial Park (VSIP), yang proyek keeempatnya  dibangun  di Hai Phong, kota ketiga terbesar di Vietnam .

VSIP di Hai Phong berdiri di atas lahan seluas 1.600 hektare,  terpisah dari kawasan industri lainnya, dengan gaya khas Singapura dan diperuntukkan bagi pasar Vietnam.

VSIP Hai Phong  merupakan integrasi antara kawasan industri dan kawasan perkotaan, dimana 1.100 hektare di antaranya dialokasikan untuk pengembangan residensial dan komersial, sedangkan 500 hektare lainnya untuk kawasan industri dan kawasan bisnis. Investasi yang dikucurkan pada tahap pertama senilai US$ 100 juta.

Kawasan Industri Vietnam-Singapura keempat ini dibangun, menyusul keberhasilan tiga VSIP sebelumnya. Secara keseluruhan, kawasan industri terdahulu berhasil menarik investasi bernilai US$2,5 miliar, dengan 380 perusahaan dari 20 negara dan mempekerjakan sekitar 60.000 orang.

Alexandra Herbert dalam tulisannya memaparkan, sebagian besar kawasan industri Vietnam terletak di kawasan utama di Utara, Selatan dan Pusat, dengan okupasi hingga 84 ribu hektare, dan 66% di antaranya didesain menjadi kawasan sewa industrial.  

Untuk memutuskan di kawasan industri mana sebuah operasi perusahaan modal asing akan ditempatkan, sejumlah faktor yang menjadi pertimbangan bagi mereka tentunya antara lain lokasi geografis, lahan, buruh, infrastruktur, industri dan lingkungan usaha serta insentif.

Terkait lokasi, sejauh ini Alexandra dalam tulisannya di  vietnam-briefing.com menyebut bahwa lokasi teratas yang menjadi pilihan para investor sejauh ini adalah Provinsi Da Nang, Provinsi Dong Thap, Provinsi Lao Cai,  Ho Chi Minh City, dan Provinsi Quang Ninh.

Sementara soal tenaga kerja, Alexandra mengungkapkan bahwa  Vietnam merupakan negara dengan ketersediaan tenaga kerja yang cukup banyak. Blessing in disguise, banyak kawasan industri berdiri di atas lokasi yang tak jauh dari pusat pendidikan semisal universitas atau akademi. Sehingga pelaku industri tak kesulitan mendapatkan tenaga kerja fresh graduate dengan keterampilan tinggi di lokasi mereka beroperasi.

Pada tahun 2015 lalu, upah buruh di Vietnam berkisar antara  (Vietnam Dong) VND 2,15 juta -  VND 3,1 juta atau sekitar  US$95,59 hingga US$137,83 per bulan, tergantung daerah mana lokasi operasi industri.  Upah minimum untuk Regional I Hanoi dan Ho Chi Minh City adalah VND 3,1 juta per bulan.

Sementara regional II termasuk kota-kota provinsi adalah sebesar VND 2,75 juta. Sebagian besar kawasan industri beroperasi di regional I dan II.

Untuk pekerja terlatih di Hanoi, mereka bisa dibayar sekitar   US$110 – US$ 252 tergantung pada keterampilan dan industrinya.

Persoalan ketersediaan infrastruktur yang menjadi perhatian utama  para investor, kini justru menjadi fokus utama  pemerintah Vietnam dalam menarik masuk investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI).  “Pemerintah Vietnam terus berupaya menarik minat para investor dengan meningkatkan kualitas infrastruktur di kawasan industri. 

“Peningkatan termasuk kualitas bangunan pabrik dan gudang, jaminan pasokan listrik dan air, pengolahan limbah, pencegahan kebakaran, hingga akses logistik yang lebih baik.  Banyak kawasan industri di Vietnam berlokasi dekat dengan jalan bebas hambatan yang menghubungkan bandara, pelabuhan laut, rel kereta api demi memudahkan transportasi,” kata Alexandra.

Nah, soal insentif, pemerintah Vietnam sejauh ini telah melansir sejumlah kebijakan yang diharapkan mendorong investasi baik asing maupun lokal. Kebijakan tersebut termasuk pengurangan dan penghilangan pajak pendapatan perusahaan,   pajak pertambahan nilai dan tarif impor untuk periode tertentu. Kebijakan ini diterapkan berdasarkan jenis industri dan lokasi investasi.