Keluarga Buddhayana Indonesia Mengutuk Keras Kekejaman Rezim Militer Myanmar di Rakhine

Oleh : Nandi Nanti | Minggu, 03 September 2017 - 11:12 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Keluarga Buddhayana Indonesia (KBI) wadah bagi Sangha Agung Indonesia (Sagin) dan Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) mengutuk keras kekerasan yang kembali terjadi di Rakhine, Myanmar.

"Ini kerjaan Rezim Militer Myanmar yang menghancurkan nama Aung San Su Kyi dan Pemerintah sipil yg dipilih secara demokratis, dikesankan bahwa Pemerintah Sipil tdk berfungsi, ya seperti begitulah caranya kalau kalangan Rezim Militer sudah lama berkuasa mendadak kehilangan kekuasaan nya dan mendadak ingin Kembali Berkuasa", Kata Budiman , perwakilan KBI dalam rilis yang diterima redaksi INDUSTRY.co.id, Minggu (3/9).

Menurutnya, Tindakan yang dilakukan oleh satuan keamanan Myanmar adalah biadab dan pengecut. Bagaimana mungkin pasukan bersenjata lengkap beraninya hanya dengan wanita, anakanak bahkan bayi.

"Hal yg sama (rezim militer myanmar-red) juga bisa dilihat dengan kembalinya Rezim Militer Angkatan Darat yang sekarang berkuasa kembali di Thailand dengan membuat Raja Thailand yang drug trafficker jadi boneka Pemerintah Rezim Militer, Thailand kembali menjadi Pemerintah Rezim Diktator Militer dengan undang-undang baru yang sangat Otoriter Militer," pungkas Budiman.

Atas kekejaman Rezim militer Myanmar, KBI menilai, Myanmar tidak pantas lagi mengklaim sebagai negara Buddhis. Perbuatan biadab dan pengecut itu akan memetik karma yang sangat berat (Garukha) sehingga mereka akan terlahir di neraka yang paling jahanam (Avicci).

Pernyataan juga disampaikan oleh perwakilan KBI dalam pertemuan Majelis-majelis Agama Buddha pada tanggal 30 Agustus 2017 di Jakarta Selatan dalam acara pernyataan sikap Majelis-majelis Agama Buddha di Indonesia terhadap krisis kemanusiaan di Rakhine, Myanmar.

Pertemuan tersebut dilakukan untuk merespon dan mengkutuk kekerasan dan krisis kemanusiaan yang melampaui batas kemanusiaan, di Rakhine Myanmar yang telah terjadi berulang kali.

Berikut adalah himbauan dan sikapKeluarga Buddhayana Indonesia (KBI) :

1. Agar semua umat Buddha di Indonesia untuk turut bahu membahu dengan segenap komponen masyarakat dan komunitas lintas agama di tiap daerah untuk mengumpulkan bantuan kemanusiaan guna membantu saudara- saudara kita Rohingya yang kini mengalami penderitaan luar biasa.

2. Mendorong pemerintah agar turut aktif memfasilitasi perdamaian di Myanmar melalui forum ASEAN dan PBB sehingga kekerasan dapat segera dihentikan sehingga tercapai keamanan, perdamaian dan stabilitas berkelanjutan di Myanmar demi kepentingan umat manusia.

3. Kekerasan dan Kejahatan kemanusiaan adalah musuh bersama semua agama. KBI tidak mendukung segala tindak kekerasan atas nama agama apapun dan dimanapun.

4. KBI mengajak semua komponen masyarakat untuk bersama-sama memikirkan langkah lanjutan untuk membantu krisis kemanusiaan ini antara lain dengan turut meringankan beban para pengungsi korban-korban kekerasan tersebut dengan bekerjasama dengann komunitas lintas agama dan pemerintah.

5. KBI sebagai komponen Agama Buddha Indonesia sejak dahulu hingga sekarang telah mempraktikkan hidup bersama dalam keanekaragaman sebagaimana yang dijadikan semboyan persatuan bangsa: Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa. Karya leluhur yang diwariskan oleh leluhur bangsa Indonesia lewat karya Mpu Tantular ini menjadi panutan umat Buddha yang hidup dengan penuh harmonis dengan agama agama lain serta semua komponen bangsa lainnya di Indonesia. Konflik di Myanmar

yang melibatkan agama dan etnis sama sekali telah menabrak budaya luhur bangsa dan

kehidupan beragama yang telah lama dibangun di Indonesia.

6. Perbuatan jahanam dan pengecut yang dilakukan oleh aparat keamanan Myanmar lebih

dari pantas untuk dihukum sebagai kejahatan internasional atas kemanusiaan.

KBI mengharapkan melalui pernyataan sikap ini dapat menjadi suatu dorongan bagi segenap jajaran KBI untuk terus mendukung segala upaya luhur dengan memberikan bantuan

kemanusiaan kepada saudarasaudara kita, Rohingya, guna meringankan penderitaan korban kekerasan di Rakhine serta turut aktif mendorong terciptanya perdamaian dan keamanan di Rakhine,Myanmar.