Usaha Kecil Indonesia Catat Pertumbuhan Tertinggi dalam 5 Tahun, Siap Tancap Gas di 2025

Oleh : Nina Karlita | Senin, 14 April 2025 - 15:18 WIB
Usaha Kecil Indonesia Catat Pertumbuhan Tertinggi dalam 5 Tahun, Siap Tancap Gas di 2025

INDUSTRY.co.id - Jakarta – Sektor usaha kecil Indonesia menunjukkan performa luar biasa sepanjang 2024 dengan mencatatkan tingkat pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. 

Berdasarkan laporan survei tahunan CPA Australia, 83% usaha kecil di Indonesia melaporkan pertumbuhan positif, naik dari 80% pada 2023. Tren ini diprediksi akan terus menguat, dengan 87% pelaku usaha kecil optimistis akan pertumbuhan bisnis mereka di 2025.

Laporan tersebut menempatkan Indonesia di posisi tiga besar pasar usaha kecil dengan prospek pertumbuhan terbaik dari 11 negara yang disurvei, termasuk Australia, Tiongkok, India, hingga Singapura. Keyakinan terhadap ekonomi dalam negeri juga terbilang tinggi, dengan 76% pelaku usaha kecil yakin ekonomi Indonesia akan tumbuh positif, jauh di atas rata-rata Asia Pasifik sebesar 67%.

“Usaha kecil Indonesia termasuk yang tumbuh paling cepat di kawasan ini,” ujar Dr. Hendro Lukman, Ketua Komite Penasihat CPA Australia di Indonesia. 

Tahun 2024 menjadi tahun transformasi digital bagi sektor usaha kecil. Sebanyak 68% pelaku usaha yang berinvestasi pada teknologi digital mengaku profit bisnisnya meningkat. Adopsi pembayaran digital seperti OVO, GoPay, ShopeePay, dan Dana juga semakin meluas, dengan 74% usaha kecil mencatatkan lebih dari 10% penjualannya dari kanal digital, naik tajam dari 54% sebelum pandemi.

Usaha kecil Indonesia juga menjadi salah satu yang paling inovatif, dengan 37% berencana meluncurkan produk, layanan, atau model bisnis baru di 2025, baik untuk pasar domestik maupun internasional.

“Dengan 85% pemilik usaha berusia di bawah 50 tahun, sektor ini didorong oleh pengusaha muda yang berpikir visioner, cepat beradaptasi, dan fokus pada inovasi serta pelanggan,” ungkap Dr. Hendro.

Namun, pertumbuhan pesat ini juga membawa tantangan, terutama di bidang keamanan siber. Laporan mencatat 50% usaha kecil mengalami kerugian akibat serangan siber pada 2024, lebih tinggi dari rata-rata kawasan sebesar 40%. Ironisnya, hanya 48% yang meninjau sistem keamanan siber mereka dalam enam bulan terakhir.

“Usaha kecil harus mengambil langkah proaktif untuk melindungi bisnis mereka dari potensi kerugian besar,” tegas Dr. Hendro.

Sementara itu, akses pembiayaan juga menjadi tantangan tersendiri. Meskipun 75% pelaku usaha kecil mencari pembiayaan eksternal, lebih dari sepertiganya kesulitan mengakses dana, dengan bank sebagai sumber paling umum. 59% di antaranya mencari dana khusus untuk pertumbuhan usaha.

Untuk mengatasi ini, CPA Australia telah meluncurkan ‘Panduan Pengelolaan UMKM’ sebagai bagian dari upaya peningkatan literasi keuangan. “Dengan meningkatnya kebutuhan pembiayaan, penting bagi pelaku usaha untuk memahami manajemen keuangan dengan lebih baik,” tambah Dr. Hendro.

Di tengah dinamika global, salah satu tantangan yang dihadapi adalah tarif impor 32% dari AS terhadap produk Indonesia. Dr. Hendro menyarankan agar pelaku usaha mengevaluasi strategi ekspor dan mempertimbangkan pasar non-AS sebagai alternatif pertumbuhan.

“Pelaku usaha kecil yang visioner akan melihat hambatan ini sebagai tantangan sementara, bukan penghalang jangka panjang,” tutupnya.