Indeks Harga Rumah Sekunder per Februari Mengalami Kenaikan 0,9 Persen Secara Tahunan

INDUSTRY.co.id - Jakarta – Flash Report Edisi Maret 2025 mencatat bahwa indeks harga rumah sekunder per Februari secara umum mengalami kenaikan sebesar 0,9% secara tahunan. Dalam laporan ini, sebanyak sembilan dari 13 kota mengalami kenaikan harga secara tahunan. Kenaikan harga tahunan terbesar terjadi di Yogyakarta dengan kenaikan tahunan mencapai 8,9%.
“Kota Yogyakarta terus menunjukkan daya tariknya sebagai kawasan potensial untuk investasi properti di tahun 2025. Sejak Juli 2024, Yogyakarta menunjukkan tren pertumbuhan harga tahunan yang signifikan. Secara umum pertumbuhan harga rumah seken di Yogyakarta berkisar antara 3,8% (Juli 2024) hingga 10,8% (tertinggi bulan November 2024).” kata Head of Research Rumah123, Marisa Jaya yang dikutip pada, Kamis (27/3/2025).
Berdasarkan data pencarian di Rumah123 sepanjang Januari 2024 – Februari 2025, preferensi pencarian properti di Yogyakarta didominasi oleh rumah tapak sebesar 70,4%, diikuti oleh tanah sebesar 15,5%, dan ruko sebesar 5,5%. Sementara itu, apartemen masih memiliki kontribusi kecil terhadap total permintaan (3%) karena pasokan yang terbatas dan rendahnya kebutuhan terhadap hunian high-rise di kota ini. Selain itu properti lainnya adalah gudang (2,6%), ruang usaha (1,7%), kantor (1,2%) dan pabrik (0,1%).
Adapun dari segi lokasi, tren pencarian menunjukkan bahwa area populer umumnya terkonsentrasi di wilayah Timur dan Barat Yogyakarta. Lima area dengan permintaan tertinggi di Kota Yogyakarta adalah Umbulharjo (25,8%), Gondokusuman (11,7%), Wirobrajan (9,9%), Jetis (9,3%), dan Mantrijeron (8,8%).
Dari segmen preferensi harga, Umbulharjo dan Mantrijeron lebih banyak menarik segmen pasar menengah hingga menengah atas, sementara Wirobrajan cenderung diminati oleh pasar menengah ke bawah. Gondokusuman memiliki daya tarik bagi pasar menengah atas hingga atas, yang menunjukkan potensi ekonomi yang lebih tinggi di kawasan tersebut.
Jetis, di sisi lain, menampilkan karakteristik yang unik dengan permintaan tinggi baik di segmen menengah-bawah (<Rp 400 juta sebesar 40,23%) maupun di segmen >Rp 5 miliar (15,58%), mencerminkan pasar yang sangat beragam.
Selain faktor lokasi dan preferensi konsumen, pertumbuhan properti di Yogyakarta juga berpotensi semakin terdorong oleh pengembangan infrastruktur strategis. Keberadaan rute tol Solo-Yogyakarta-Kulonprogo, yang nantinya akan terintegrasi dengan tol Yogyakarta-Bawen, akan meningkatkan konektivitas Yogyakarta dengan wilayah Semarang dan Solo. Infrastruktur ini diharapkan dapat memperlancar mobilitas dan mendorong aktivitas pariwisata yang lebih terintegrasi di seluruh kawasan Jawa Tengah, sehingga turut memperkuat daya tarik investasi di sektor properti di Yogyakarta.
“Dengan adanya peningkatan infrastruktur dan tren permintaan properti yang kuat di beberapa area utama, Yogyakarta semakin menunjukkan potensinya sebagai destinasi investasi properti yang menarik. Kombinasi antara permintaan tinggi di segmen rumah tapak, perkembangan wilayah strategis, dan aksesibilitas yang semakin mudah menjadikan kota ini sebagai pilihan yang patut dipertimbangkan bagi pencari properti yang ingin mencari tempat tinggal atau properti untuk investasi,” ujar Marisa.
Pertumbuhan harga properti di tiga kota besar, yaitu Jakarta, Bekasi, dan Surabaya, masih menunjukkan tren yang melambat sejak akhir tahun 2024. Jakarta mencatatkan kenaikan harga tahunan sangat tipis sebesar 0,1%, sementara Bekasi mengalami penurunan sebesar -0,6%. Surabaya juga masih berada dalam tren penurunan dengan koreksi harga sebesar 1,2% dibandingkan tahun sebelumnya.
Di sisi lain, beberapa kota masih mengalami pertumbuhan harga properti tahunan yang cukup signifikan pada Februari 2025. Selain Yogyakarta, terdapat Denpasar yang mencatatkan kenaikan sebesar 8,9%, serta Semarang dengan pertumbuhan 3%. Tren ini juga telah terlihat sejak Januari 2025, di mana Yogyakarta mengalami kenaikan harga sebesar 9,4%, Denpasar 8,2%, dan Semarang 3,1%, menjadikan ketiga kota ini sebagai daerah dengan pertumbuhan harga properti tertinggi secara tahunan di awal tahun 2025.
Per Februari 2025, jika ditinjau dari selisih antara pertumbuhan harga properti dan laju inflasi tahunan, mayoritas kota mencatatkan pertumbuhan harga yang melampaui tingkat inflasi. Beberapa kota dengan selisih pertumbuhan harga properti yang tertinggi dibandingkan inflasi tahunan adalah Yogyakarta (+8,8%), Denpasar (+7,2%), Semarang (+3,1%), Depok (+2,5%), Bandung (+1,4%), Tangerang (+1,2%), Surakarta (+1,0%), Jakarta (+0,7%), dan Bogor (+0,1%).
Secara keseluruhan, pertumbuhan harga properti tahunan pada Februari 2025 yang berada di level 0,9% sedikit lebih rendah dibandingkan Januari 2025 yang mencapai 1,4%. Namun, jika dibandingkan dengan inflasi di masing-masing kota, harga properti tetap menunjukkan tren positif di sebagian besar wilayah.
“Kenaikan harga properti yang lebih tinggi dari inflasi mengindikasikan bahwa sektor properti tetap menjadi instrumen investasi yang menarik. Kota-kota seperti Yogyakarta dan Denpasar, yang mencatatkan pertumbuhan harga tertinggi, menunjukkan daya tarik tinggi bagi investor dan pembeli properti, terutama dengan meningkatnya aktivitas pariwisata dan pengembangan infrastruktur di kedua wilayah tersebut,” tutur Marisa.