Ini Wujud Nyata Kemenperin Bikin Industri Kakao Makin Manis
INDUSTRY.co.id -Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong kebijakan hilirisasi industri kakao. Pasalnya, kebijakan tersebut terbutki menarik investasi dengan tumbuhnya produsen industri pengolahan kakao nasional.
Kemampuan daya saing industri pengoahan kakao menjadikan Indonesia sebagai eksportir produk kakao olahan terbesar ke-4 dunia dengan pangsa pasar utama India, Amerika Serikat, Uni Eropa, Tiongkok, dan Malaysia.
“Pada tahun 2023, nilai ekspor produk kakao olahan Indonesia mencapai lebih dari 1,2 miliar dolar AS dan berkontribusi pada share market global sebesar 3,92%,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika dalam acara Lokakarya Nasional dengan tema “Strategi Rantai Nilai Kakao untuk Memperkuat Daya Saing Kakao Indonesia di Pasar Domestik dan Global” di Jakarta, Rabu (15/1).
Disisi lain, pertumbuhan industri cokelat artisan di dalam negeri juga menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Pada tahun 2023 terdapat 15 industri cokelat artisan dan meningkat menjadi 47 industri pada tahun 2024.
“Tentunya, hal ini menunjukkan sinyal positif bahwa industri cokelat premium mempunyai potensi untuk berkembang di masa depan,” jelasnya.
Menurut Putu, biji kakao Indonesia memiliki keistimewaan dan keragaman cita rasa yang khas pada setiap daerah penghasil seperti, Jembrana dengan karakter honey, Nusa TenggaraTimur dengan nutty, dan Sulawesi dengan floral nya yang khas.
“Saat ini terdapat 600 cita rasa cokelat Indonesia yang bisa dieksplorasi untuk promosi dan branding,” ungkap Putu.
Lebih lanjut, Dirjen Agro Kemenperin menyebut bahwa industri pengolahan kakao dan cokelat menghadapi tantangan yang luar biasa di tahun 2024. Gagal panen akibat perubahan iklim di Ghana dan Pantai Gading yang merupakan produsen utama kakao dunia mengakibatkan harga kakao di pasaran dunia meningkat secara drastis.
Tercatat pada tahun 2023 harga biji kakao masih diangka USD 3.280 per ton dan terus merangkak naik secara fluktuatif di sepanjang tahun 2024 dengan nilai rerata tertinggi pada akhir tahun yang mencapai USD 10.556 per ton.
“Kenaikan harga bahan baku tentu memberikan pukulan telak bagi industri pengolahan kakao. Dengan demikian, diperkirakan utuilisasi tahun 2024 turun jika dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 61%. Disisi lain, kondisi ini menjadi peluang untuk membangkitkan sektor hulu perkakaoan Indonesia,” paparnya.
Sebagai langkah nyata mendukung pengembangan hulu-hilir kakao berkelanjutan, Kemenperin berhasil menginisiasi pembentukan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP). Adapun, salah satu kegiatan yang telah diinisiasi adalah program pengembangan kompetensi SDM untuk memperkuat rantai pasok bahan baku industri berkelanjutan (Cocoa Doctor).
“Pada tahun 2024, Kemenperin telah sukses menghasilkan 37 Cocoa Doctor yang telah mendapatkan pelatihan di Mars Cocoa Academy selama 1 bulan. Mereka (Cocoa Doctor) juga telah melakukan pembinaan ke mitra petani Training of Trainers (ToT) lebih dari 3.700 orang petani,” ungkap Putu.
Kemenperin juga tengah menyusun program pencapaian swasembada kakao untuk mencapai kemandirian industri pengolahan kakao nasional.
“Saat ini kami tengah menyusun konsep dan menyiapkan langkah-langkah strategis bersama industri dan Kementerian/Lembaga, salah satunya pemanfaatan lahan perhutanan social untuk memproduksi bahan baku biji kakao. Lahan-lahan potensial tersebut tersebar di berbagai wilayah di Indonesia,” kata Putu.
Dirinya berharap Lokakarya Nasional ini dapat memperkuat sinergi dan kolaborasi antar stakeholder hulu-hilir kakao.