Pak Prabowo Tolong! Harga Gas Selangit, Industri Gelas Kaca Nasional Babak Belur

Oleh : Ridwan | Senin, 06 Januari 2025 - 14:12 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - PT Perusahaan Gas Negara atau PGN kembali mengeluarkan kebijakan yang membuat sejumlah industri menjerit. 

Berdasarkan surat resmi yang diterima Asosiasi Produsen Gelas Kaca Indonesia (APGI), PGN memberlakukan harga gas regasifikasi sebesar USD 16,77 per MMBTU dan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari - 31 Maret 2025. 

Mahalnya harga gas regasifikasi tersebut membuat industri gelas kaca nasional semakin terhimpit. Terlebih telah berakhirnya kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) dan belum adanya kepastian perpanjangan dari kebijakan tersebut. 

"Ini sangat mengkhawatirkan bagi kami. Kebijakan harga gas regasifikasi yang sangat mahal menambah kelamnya industri gelas dalam negeri," kata Ketua APGI, Henry Susanto saat dihubungi INDUSTRY.co.id di Jakarta, Senin (6/1/2025).

Menurutnya, dengan harga gas yang sangat mahal membuat industri gelas kaca nasional susah bersaing, ditambah lagi dengan daya beli dalam negeri yang tengah melemah dan kompetisi yang sangat sengit di negara-negara tetangga.

"Kami dari asosiasi sangat mengkhawatirkan kelangsungan industri gelas nasional," terangnya.

Oleh karena itu, APGI memohon agar pemerintah segera memperpanjang Peraturan Presiden tentang HGBT agar industri nasional dapat bersaing dengan negara-negara lainnya.

"Dengan harga gas yang tidak kompetitif ini dikhawatirkan akan memperburuk situasi industri nasional," jelas Henry.

Sementara itu, Ketua Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB), Yustinus Gunawan mengatakan, kebijakan harga gas regasifikasi yang sangat tinggi dapat langsung menjegal pertumbuhan ekonomi nasional di tahun 2025, dan dimulainya pengeroposan manufaktur sebagai fondasi ekonomi menjelang target pertumbuhan ekonomi 8% di tahun 2027.

"PGN selalu berdalih hanya sebagai penyalur. Selangitnya harga gas regasifikasi mengindikasikan atau seakan membuktikan pemerintah tidak berdaulat terhadap ketahanan energi bumi pertiwi, karena tersandera oleh ulah PGN," tutur Yustinus.