President University Gelar Sharing Session Bersama Bhikkhu Dhammasubho Mahathera, Bahas Pentingnya Pikiran, Jiwa, Raga dan Moralitas

Oleh : Ridwan | Rabu, 04 Desember 2024 - 07:00 WIB

INDUSTRY.co.id - Cikarang - Spiritualitas dan ilmu tidak pernah bisa bertemu. Spiritualitas itu selalu kuno, sedangkan ilmu selalu diperbaharui. Ini sama dengan orang-orang tua dan anak-anak muda. 

Orang-orang tua selalu melihat jauh ke belakang, sementara anak-anak muda selalu menatap jauh ke depan. Perbedaan inilah yang sering menimbulkan konflik.

Hal tersebut diungkapkan oleh Bhikkhu Dhammasubho Mahāthera dalam acara sharing session bertema Memupuk Rasa Ikut Memiliki yang diselenggarakan di President University Convention Center, Jababeka, Cikarang, Bekasi, Kamis, 28 November 2024. 

Hadir dalam acara tersebut pendiri President University (Presuniv) yang juga Presiden Direktur PT Jababeka Tbk. Setyono Djuandi Darmono, Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Universitas Presiden Prof. Budi Susilo Soepandji, DEA, Rektor Presuniv Handa S. Abidin, dan seluruh jajaran rektorat, para dekan dan ketua program studi, dosen, serta ratusan staf dan mahasiswa. 

Dhammasubho Mahāthera adalah bhikkhu senior di Saṅgha Theravāda Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Saṅghanāyaka atau Ketua Umum Saṅgha Theravāda Indonesia periode 2000-2006. 

Bhikkhu Dhammasubho ditahbiskan menjadi bikkhu pada 27 Desember 1986 di Wat Bovoranives Vihara, Bangkok, Thailand, dengan nama penahbisan Dhammasubho. 

Pada 11 Maret 2024, Bhikkhu Dhammasubho Mahāthera menerima gelar kehormatan Sri Dhammasobhana dari Sasanodaya Sangha Council Kandy, Srilanka.

Gelar yang diberikan atas atas jasa-jasa Bhikkhu Dhammasubho dalam menyebarkan ajaran Buddha melalui seni budaya di Indonesia dan Asia itu disampaikan di sela-sela rangkaian acara Peringatan Māghapūjā 2567 TB/2024 di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Dalam sambutannya di acara sharing session, Darmono menegaskan bahwa Presuniv didirikan untuk mengajarkan berbagai materi kepada para mahasiswa. Mulai dari yang bersifat teknis hingga administratif. 

“Namun, dari seluruh materi tersebut, yang diutamakan oleh Presuniv adalah pendidikan karakter. Ilmu pengetahuan memang penting, tetapi pendidikan karakter tidak boleh ditinggalkan,” tegas Darmono.

Menyangkut materi sharing session, menurut Darmono, permasalahan dalam suatu organisasi sering terjadi karena kurangnya rasa memiliki dari seluruh anggotanya.

“Ini sering kali menyebabkan kinerja organisasi menjadi kurang efektif. Sebaliknya jika setiap anggota mempunyai rasa memiliki yang kuat, paparnya, organisasi akan mampu bekerja dengan baik. Setiap anggota akan berkontribusi sesuai bidangnya masing-masing. Kalau itu terjadi, kita pasti bisa meraih prestasi,” ucap Darmono. 

Mengawali sharing session-nya, Bhikkhu Dhammasubho menegaskan bahwa, setiap orang itu ada zamannya, dan setiap zaman ada orangnya. 

"Ini akan selalu terjadi, berganti-ganti. Dan, karena perubahan inilah akan selalu ada perbedaan cara pemikiran," tegasnya.

Perbedaan ini terlihat jelas dalam berbagai bagian kehidupan. Misalnya, seperti yang ia tegaskan, spiritualitas dan ilmu yang tidak pernah bertemu. Namun, Bhikkhu Dhammasubho juga menegaskan bahwa meski ada perbedaan cara berpikir, manusia tetaplah manusia.

“Manusia yang paling kuat, atau paling terkenal sekalipun, mereka pada dasarnya tetap sama dengan manusia lainnya,” kata Bikkhu Dhammasubho. 

Ia menguraikan bahwa setiap manusia terdiri dari tiga hal, yakni pikiran, jiwa, dan raga. “Jika salah satunya tidak ada, manusia tidak dapat bertahan hidup,” ucapnya. 

Lebih lanjut, dari tiga hal tersebut, masing-masing memerlukan asupan yang berbeda. “Misalnya, untuk menjaga raga agar tetap sehat, dibutuhkan asupan gizi, seperti nasi dan juga lauk pauk. Kemudian, untuk menjaga agar pikiran tetap sehat, diperlukan asupan pengetahuan. Sedangkan untuk menjaga kesehatan jiwa, diperlukan asupan rasa,” urai Bikkhu Dhammasubho, panjang lebar. 

Untuk menjadi individu yang sehat, ungkap Bikkhu Dhammasubho, tiga hal tersebut penting untuk dijaga dan dirawat. “Untuk membangun pikiran, jiwa, dan juga raga yang sehat, itu bisa diperoleh jika manusia mampu menjaga keseimbangan,” tukasnya. 

Setiap orang, ucap Bikkhu Dhammasubho, perlu memiliki keseimbangan perasaan dan kecerdasan.

“Kalau hanya memiliki salah satunya, itu tidak baik. Jika seorang manusia memiliki perasaan yang terlalu tinggi, namun tidak memiliki kecerdasan, ia dapat dengan mudah dimanfaatkan orang lain. Itu karena rasa ibanya yang terlalu tinggi," ucapnya.

Begitu juga jika seseorang memiliki kecerdasan yang terlalu tinggi, tapi tidak memiliki perasaan, dia akan selalu berhitung untung dan rugi. “Orang seperti ini tidak dapat membantu orang lain dengan ikhlas,” ucapnya.

Bhikkhu Dhammasubho Mahāthera juga menjelaskan bahwa seseorang dapat memilih kehidupan seperti apakah yang ingin mereka miliki. 

“Semua yang kita inginkan itu memerlukan niat. Jadi, tidak ada hal yang tiba-tiba jatuh dari langit. Dan untuk meraih sesuatu, diperlukan tak hanya niat, tapi juga upaya yang dilakukan dengan sepenuh hati,” papar Bikkhu Dhammasubho. 

Begitu juga dengan kesuksesan. “Jika ingin sukses, kita harus bisa menjadi orang yang bijaksana dalam berpikir, dan mau berusaha. Kita boleh meminta bantuan orang lain, tapi jangan menggantungkan diri kepadanya. Sebab diri kitalah yang menentukan hasilnya,” kata Bikkhu Dhammasubho. 

Ia juga mengingatkan, Jangan melupakan moralitasmu. Merujuk ajaran para leluhur, menurut Bikkhu Dhammasubho, moralitas atau pagar hati sangat penting dimiliki oleh setiap orang. 

“Moralitas harus menjadi dasar pengambilan keputusan seseorang. Sebab moralitaslah yang dapat melindungi dirinya,” tegas dia. 

Jika tanpa moralitas atau pagar hati, lanjut dia, kita dapat melupakan prioritas, dan malah mungkin melewati batas.

“Jika kita tidak memiliki batasan, dunia akan dipenuhi oleh kekacauan,” tutup Bikkhu Dhammasubho.