Gaya Hidup Sehat Kuliner Tanpa Hewani Diminati

Oleh : Wiyanto | Sabtu, 16 November 2024 - 20:49 WIB

INDUSTRY.co.id-Jakarta- Pelaksanaan "The 12th WVO Conference and International Vegan Festival 2024" yang akan berlangsung pada 12 hingga 17 November 2024 di Mall Taman Anggrek, Jakarta.

President of World Vegan Organisation (WVO) & Vegan Society of Indonesia (VSI), Susianto, mengatakan akan ada banyak perbedaan dalam pelaksanaan Vegan Festival kali ini. Jika sebelumnya konferensi dan festival vegan dilangsungkan dalam skala nasional, tapi kali ini akan dibuat dalam skala yang lebih besar yakni dengan mengundang komunitas vegan dari level internasional.

"Acara kali ini memang lebih besar karena berskala internasional. Kali ini kita berbahagia sekali karena ini bisa jadi satu kegiatan untuk tindak lanjut dan menjadi wadah untuk merayakan Hari Vegan Nasional tanggal 1 Oktober," ujar Susianto.

Dalam festival ini nantinya akan menampilkan ratusan kuliner vegan khas nusantara yang dapat menunjukkan betapa kayanya ragam kuliner nusantara yang berbasis vegan. Kuliner vegan nusantara itu akan disajikan dalam parade dan pameran kuliner vegan nasional.

"Jadi sebenarnya kalau kita ingat makanan nusantara kita ini ada berbasis nabati, tapi karena pengaruh dari luar sehingga jadilah banyak yang mencampur dengan makanan hewani. Jadi kalau kita lihat seperti ketoprak, gado-gado, nasi pecel, gudeg ini adalah berbasis nabati dan gizinya sangat tinggi," ujar Susianto.

Hal senada dikatakan Chair of The 12th WVO Conference & International Vegan Festival 2024, Yenny Halim. Ia mengatakan nantinya festival ini akan menjadi ajang berkumpul bagi kaum vegetarian dan vegan. Kendati demikian, acara ini juga terbuka untuk masyarakat umum sehingga dapat mengetahui atau bahkan mencoba makanan berbasis vegan.

"Kami menyusun rangkaian program acara, salah satunya bazar. Di bazar ini kami akan menghadirkan berbagai macam menu vegetarian dan vegan yang disajikan UMKM sekreatif mungkin dan bisa dinikmati bukan hanya kaum vegetarian dan vegan tapi semua kalangan itu bisa mencoba dan menikmatinya," ujar Yenny Halim.

Direktur Event Nasional dan Internasional Kemenparekraf/Baparekraf, Fransiskus Handoko, mengatakan event ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai tuan rumah yang ramah bagi komunitas vegan, serta mendorong kolaborasi dengan UMKM lokal yang memproduksi makanan vegan dan produk kreatif.

Kegiatan ini juga akan mendukung pengembangan wellness tourism dan menciptakan lapangan kerja baru. Kolaborasi dengan UMKM akan memperkuat ekosistem ekonomi kreatif, khususnya di bidang kuliner vegan yang semakin berkembang pesat di Indonesia.

"Tentu saja kami mengapresiasi ini sehingga kita tidak hanya mengakomodir teman-teman vegan tapi juga meningkatkan kemanfaatan untuk menyediakan makanan-makanan yang berbasis nabati kepada wisatawan. Dukungan kami tentunya dalam bentuk amplifikasi promosi sehingga diharapkan ke depan ini juga bisa memperkuat potensi wisata wellness di Indonesia," kata Frans.

Dr. Susianto, Pendiri & Presiden Organisasi Vegan Dunia (WVO) mengatakan, ‘Gaya hidup vegetarian yang dinilai lebih sehat karena tidak mengkonsumsi protein hewani seperti daging dan telur, siap menjadi bisnis yang prospektif di Indonesia saat ini dan di masa datang. Diluar itu.jumlah komunitas vegetarian dan vegan di Indonesia saat ini diperkirakan sudah mendekati 1 persen dari total populasi masyarakat.

Angka tersebut setara dengan 2,7 juta orang Ini karena peminat gaya hidup vegetarian di Indonesia semakin meningkat. Saat ini ada 2000 rumah makan, restoran yang bergerak di bidang vegan termasuk yang dikelola pemilik usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM.

"Selama pandemi industri rumahan makanan vegan tumbuh pesat," kata dia didampingi Karim Taslim, Wakil Sekjen Indonesia Vegetarian Société (IVS), komunitas penganut gaya hidup vegetarian di Indonesia

Lebih lanjut Susianto menjelaskan, tahun 2018 kita dirikan organisasi World Vegan Organization Pemahaman bahwa makan menu vegan di restoran fine dining lebih mahal dengan non vegan restoran sebenarnya salah. Begitu juga persepsi menu vegan hanya cocok untuk usia dewasa tidak betul karena bisa disajikan/dikonsumsi oleh segala usia termasuk anak-anak," bebernya. jumlah komunitas vegetarian dan vegan di Indonesia saat ini diperkirakan sudah mendekati 1 persen dari total populasi masyarakat.

Tahun 2018 kita dirikan organisasi World Vegan Organization Pemahaman bahwa makan menu vegan di restoran fine dining lebih mahal dengan non vegan restoran sebenarnya salah. Begitu juga persepsi menu vegan hanya cocok untuk usia dewasa tidak betul karena bisa disajikan/dikonsumsi oleh segala usia termasuk anak-anak," bebernya. Sementara itu Karim Taslim menjelaskan, anggota IVS saat ini hampir 180 ribu orang tersebar di 63 cabang di seluruh. "Kita banyak lakukan edukasi, pola makan dan lifestyle sehat. Kita juga bantu Germas dan kegiatan penyelamatan lingkungan," ungkapnya.

Apakah gaya hidup vegan kini sudah menjadi industri yang baru? Karim mengatakan tren ini baru tren awal, tapi potensi pasarnya sanhat besar.

"Di Amerika Serikat, gaya hidup vegan sudah jadi industri dan sudah bisa bikin menu artifizial dan perusahaannya sudah IPO [menjual sebagian sahamnya ke lantai bursa] dan sahamnya diserap kuat pasar," Karim mencontohkan.

"Harus ada sinergi antara industri dan komunitas agar gaya hidup dan industri vegan ini bisa berkembang kuat di Indonesia," imbuhnya.