Yayasan Bina Swadaya bersama Dompet Dhuafa Gelar FGD: Transformasi Kebudayaan sebagai Pendekatan Dalam Pemberdayaan
INDUSTRY.co.id - Jakarta, Yayasan Dompet Dhuafa Republika (YDDR) bekerja sama dengan Yayasan Bina Swadaya kembali menyelenggarakan serial Fokus Grup Diskusi (FGD) Kebudayaan ke-4 yang berlangsung di Gedung Sasana Budaya Dompet Dhuafa yang bertempat di Philantropy Building, Rabu 13 November 2024.
Pada kesempatan ini, tema yang diangkat adalah Kepemimpinan Profektif Untuk Pemberdayaan Masyarakat yang dikemas dalam bentuk refleksi budaya dan pentas seni budaya dengan misi mengaplikasikan nilai-nilai luhur kepemimpinan.
Ketua Pengurus YDDR, Ahmad Juwaini dalam sambutannya mengatakan, Dompet Dhuafa memilih transformasi kebudayaan sebagai pendekatan dalam pemberdayaan. Yang mana menurutnya, dengan pendekatan budaya, pemberdayaan akan mengakar lebih kuat, lebih terasa, dan lebih natural.
Selain itu, acara ini merupakan refleksi budaya, sekaligus pentas seni budaya Yang tidak hanya menampilkan kekayaan tradisi kita, tetapi juga menjadi simbol perwujudan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari.
"Melalui seni budaya, kita berharap bisa memperlihatkan keindahan dari semangat gotong royong rasa saling menghormati, keberagaman, serta menguatkan kepemimpinan profetik yang dapat memberdayakan masyarakat," ujarnya.
Akhir kata, Ahmad Juawaini menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah mendukung pelaksanaan FGD Kebudayaan ini.
"kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terlaksananya kegiatan ini. Semoga kegiatan seperti ini dapat terus kita lanjutkan di masa-masa yang akan datang," ungkapnya.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Emilia Setyowati selaku Sekretaris Yayasan Bina Swadaya mengatakan, jalan panjang yang telah dilalui Bina Swadaya dan Dompet Dhuafa, dirinya berharap FGD Kebudayaan dapat memberikan dampak yang sangat luar biasa untuk bangsa Indonesia, terutama masyarakat yang masih ada di bawah garis kemiskinan.
Menurutnya, tema kepemimpinan kali ini diambil karena kepemimpinan, bak sebuah akar tunjang dari sebuah pohon, pohon ini bernama Indonesia. Pohon kuat, akarnya kuat, tentu akan membawa akar-akar serabutnya kembali pada sebuah negara yang kuat, negara Indonesia.
"Dan kami sangat berharap pemimpin yang menginspirasi, pemimpin yang dapat memberikan manfaat bagi rakyatnya, tentu adalah pemimpin yang memberdayakan, bukan memperdayakan," ujar Emilia.
Tak hanya itu, dirinya berharap dari semua PILKADA yang akan berlangsung, akan lahir pemimpin-pemimpin yang akan memberdayakan rakyat Indonesia, semua untuk keberpihakan kepada rakyat, terutama rakyat kecil.
Lebih lanjut Emilia menyoroti tentang fenomena Joseon yang menjangkiti kaum milinial bahkan sebagian orang tua. Menurutnya, kebudayaan modern Korea telah menjadi acuan gaya hidup generasi-generasi muda.
"Jadi, ini yang terjadi di negara ini, akan sangat luar biasa bila Dompet Dhuafa dan Bina Swadaya mempromosikan budaya - budaya kita. Karena budaya kita seperti kediri, yang dipentaskan dalam pentas seni ketoprak ini tidak jauh lebih buruk, bahkan jauh lebih bagus dibandingkan Joseon yang sekarang ada," ungkapnya.
"Jadi, mari kita mempromosikan budaya-budaya ini untuk teman-teman kita, untuk adik-adik kita, generasi-generasi muda, bahwa budaya ini benar-benar luar biasa. Budaya-budaya ini akan membawa kita pada kemakmuran bangsa Indonesia. Kita yakin bahwa Indonesia mampu berjaya di kancahnya saat ini," tambahnya.
Sebagai informasi, FGD Kebudayaan ini menyuguhkan pentas seni Ketoprak yang mengusung tema Ande Ande Lumut yang didukung para seniman senior dari Jawa Timur berkolaborasi dengan artis-artis muda Indonesia.
Parni Hadi selaku Inisiator dan Ketua Pembina YDDR turut meriahkan gelaran pentas seni refleksi kebudayaan dengan memerankan Raja Jenggala, diikuti Widyanto Dwi Nugroho sebagai Ande Ande Lumut, lalu Maria Lusiani Tjahjanadewi sebagai Klenting Kuning.
Tak hanya itu, gelaran pentas seni juga menampilkan Special Guest seperti Bambang Ismawan, Suprawoto, Marcella Zalianty, Olivia Zalianty, Bella Fawzi, dan Ikang Fawzi. Turut hadir pula Dwiki Dharmawan dan Ita Purnamasari.