Ini Hasil Survei Keragaan Produksi dan Harga Beras Nasional Oktober 2024
INDUSTRY.co.id-Jakarta â Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (PATAKA) memaparkan hasil Survei Keragaan Produksi dan Harga Beras Nasional Oktober 2024. Kegiatan pemaparan hasil survei tersebut dihadiri oleh unsur Pemerintahan, Akademisi, Praktisi, Pemerhati Pertanian, Kelompok Tani, Pewarta Media, Mahasiswa, dan Masyarakat. Narasumber dalam pemaparan tersebut adalah Ferry Sitompul, selaku Ketua PATAKA.
Dalam pemaparannya, Ferry menyampaikan tujuan dari penyelenggaraan survei ini salah satunya adalah memperoleh data yang dapat membantu pemerintah, dalam menyediakan data terkini terkait perberasan guna menentukan kebijakan perberasan nasional berbasis ilmu pengetahuan (science-based policy).
Survei Keragaan Produksi dan Harga Beras Nasional PATAKA ini mengambil sampel di 10 Provinsi yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan. Adapun responden yang terlibat dalam survei selama periode bulan Mei-Oktober 2024 ini yaitu Petani sebanyak 1019 responden, Pengepul sebanyak 115 responden, Penggilingan Padi sebanyak 56 Responden, Pedagang Beras sebanyak 235 Responden, Pengamat Pengairan sebanyak 54 Responden dan Pengamat Hama Penyakit Tanaman (HPT) sebanyak 54 Responden.
Hasil survei PATAKA menunjukkan bahwa terkait indikator Kinerja Produktivitas Padi sebagai berikut: 1) Pertumbuhan Produktivitas Padi pada Mei-Oktober 2024 rata-rata naik sebesar 0,95% per bulan; 2) Pertumbuhan Produktivitas Padi pada Agustus-September 2024 rata-rata naik sebesar 2,27% per bulan; 3) Pertumbuhan Produktivitas Padi pada September-Oktober 2024 rata-rata naik sebesar 0,87% per bulan. Kesimpulan indikator Kinerja Produktivitas Padi bahwa Pertumbuhan produktivitas pada September-Oktober 2024 berada dibawah nilai rata-rata produktivitas padi periode sebelumnya yakni Mei-September 2024, serta lebih rendah dibandingkan Agustus-September. Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan pertumbuhan produktivitas padi, yang disebabkan oleh jumlah petani yang panen semakin berkurang, serta kenaikan serangan OPT dan kekeringan.
Selanjutnya, Ferry memaparkan terkait indikator Luas Area Sawah yang Tidak Terairi sebagai berikut: 1) Pertumbuhan Luas Area Sawah yang Tidak Terairi pada Mei-Oktober 2024 rata-rata naik sebesar 28,06% per bulan; 2) Pertumbuhan Luas Area Sawah yang Tidak Terairi pada Juli-September 2024 rata-rata turun sebesar 3,18% per bulan.3) Pertumbuhan Luas Area Sawah yang Tidak Terairi pada September-Oktober 2024 rata-rata naik sebesar 24% per bulan.
Kesimpulan indikator Luas Area Sawah yang Tidak Terairi bahwa Pertumbuhan Luas Area Sawah yang Tidak Terairi pada September-Oktober 2024 berada diatas nilai rata-rata Luas Area Sawah yang Tidak Terairi periode sebelumnya yakni Juli-September 2024, namun dibawah rata-rata Mei-Oktober. Hal ini menunjukkan terjadinya kenaikan luas area sawah yang tidak terairi, atau terjadi peningkatan jumlah luas sawah yang mengalami kekeringan akibat musim kemarau, dan fenomena kurang awan (awan hujan sulit terbentuk).
Hasil survei PATAKA menunjukkan bahwa terkait indikator Kinerja Sawah Terdampak OPT sebagai berikut: 1) Pertumbuhan Area Sawah yang Terdampak OPT pada Mei-Oktober 2024 rata-rata naik sebesar 48,41% per bulan; 2) Pertumbuhan Area Sawah yang Terdampak OPT pada Agustus-September 2024 rata-rata naik sebesar 317% per bulan; 3) Pertumbuhan Area Sawah yang Terdampak OPT pada September-Oktober 2024 rata-rata naik sebesar 20% per bulan. Kesimpulan indikator Kinerja Sawah Terdampak OPT bahwa Pertumbuhan Area Sawah yang yang Terdampak OPT naik secara signifikan pada Agustus-September 2024, dan mengalami penurunan di bulan September-Oktober 2024.
Hal ini karena bertepatan dengan musim panen, sehingga serangan OPT cukup masif dan signifikan. Namun pada bulan Oktober terjadi penurunan signifikan, karena sudah berkurangnya petani yang sudah selesai panen.
Selanjutnya, Ferry memaparkan terkait indikator Kinerja Harga Jual Gabah di Tingkat Petani sebagai berikut: 1) Pertumbuhan Harga Jual Gabah pada Mei-Oktober 2024 rata-rata naik sebesar 2,07% per bulan; 2) Pertumbuhan Harga Jual Gabah pada Agustus-September 2024 rata-rata naik sebesar 2,38% per bulan; 3) Pertumbuhan Harga Jual Gabah pada September-Oktober 2024 rata-rata turun sebesar 2,61% per bulan. Kesimpulan indikator Kinerja Harga Jual Gabah di Tingkat Petani bahwa Harga Jual Gabah mengalami penurunan di bulan September-Oktober dibandingkan periode bulan sebelumnya yakni Agustus-September. Hal ini karena suplai gabah di bulan September tercukupi karena banyak petani yang panen di bulan September.
Hasil survei PATAKA menunjukkan bahwa terkait indikator Kinerja Harga Beli Gabah di Tingkat Pengepul sebagai berikut: 1) Pertumbuhan Harga Beli Gabah pada Mei-Oktober 2024 rata-rata naik sebesar 2,34% per bulan; 2) Pertumbuhan Harga Beli Gabah pada Agustus-September 2024 rata-rata naik sebesar 2,82% per bulan; 3) Pertumbuhan Harga Beli Gabah pada September-Oktober 2024 rata-rata turun sebesar 1,17% per bulan.
Kesimpulan terkait indikator Kinerja Harga Beli Gabah di Tingkat Pengepul bahwa Harga Beli Gabah di Tingkat Pengepul mengalami penurunan karena mengikuti tren dari harga jual gabah di Tingkat Petani. Selanjutnya, Ferry memaparkan terkait indikator Kinerja Harga Jual Gabah di Tingkat Pengepul sebagai berikut: 1) Pertumbuhan Harga Jual Gabah pada Mei-Oktober 2024 rata-rata naik sebesar 0,94% per bulan; 2) Pertumbuhan Harga Jual Gabah pada Agustus-September 2024 rata-rata naik sebesar 1,84% per bulan; 3) Pertumbuhan Harga Jual Gabah pada September-Oktober 2024 rata-rata turun sebesar 1,95% per bulan.
Kesimpulan indikator Kinerja Harga Jual Gabah di Tingkat Pengepul bahwa Harga Jual Gabah di Tingkat Pengepul mengalami penurunan karena mengikuti tren dari Harga Beli Gabah di Tingkat Petani. Hasil survei PATAKA menunjukkan bahwa terkait indikator Kinerja Volume Beli Gabah di Tingkat Pengepul sebagai berikut: 1) Pertumbuhan Volume Beli Gabah pada Mei-Oktober 2024 rata-rata naik sebesar 11,02% per bulan; 2) Pertumbuhan Volume Beli Gabah pada Agustus-September 2024 rata-rata turun sebesar 14,24% per bulan; 3) Pertumbuhan Volume Beli Gabah pada September-Oktober 2024 rata-rata turun sebesar 17,90% per bulan.
Kesimpulan terkait indikator Kinerja Volume Beli Gabah di Tingkat Pengepul bahwa mengacu pada produktivitas yang menurun pada bulan September-Oktober, menyebabkan petani cenderung menyimpan atau menimbun stok gabahnya dikarenakan harga beli dianggap kurang menguntungkan bagi petani. Hal ini mengakibatkan pengepul rata-rata mengalami penurunan volume beli gabah.
Selanjutnya, Ferry memaparkan terkait indikator Kinerja Volume Jual Gabah di Tingkat Pengepul sebagai berikut: 1) Pertumbuhan Volume Jual Gabah pada Mei-Oktober 2024 rata-rata naik sebesar 0,63% per bulan; 2) Pertumbuhan Volume Jual Gabah pada Agustus-September 2024 rata-rata turun sebesar 4,51% per bulan; 3) Pertumbuhan Volume Jual Gabah pada September-Oktober 2024 rata-rata naik sebesar 38,29% per bulan. Kesimpulan terkait indikator Kinerja Volume Jual Gabah di Tingkat Pengepul bahwa Pada September-Oktober 2024 terjadi kenaikan Volume Jual Gabah yang signifikan dibandingkan periode sebelumnya (Agustus-September 2024). Hal ini disebabkan permintaan gabah meningkat di luar wilayah, akibat stok gabah berkurang di tingkat petani.
Hasil survei PATAKA menunjukkan bahwa terkait indikator Kinerja Harga Beli Gabah di Tingkat Penggilingan sebagai berikut: 1) Pertumbuhan Harga Beli Gabah pada Mei-Oktober 2024 naik sebesar 2,16% per bulan; 2) Pertumbuhan Harga Beli Gabah pada Agustus-September 2024 rata-rata naik sebesar 0,85% per bulan; 3) Pertumbuhan Harga Beli Gabah pada September-Oktober 2024 rata-rata turun sebesar 3,56% per bulan. Kesimpulan terkait indikator Kinerja Harga Beli Gabah di Tingkat Penggilingan bahwa Harga Beli Gabah di Tingkat Penggilingan mengalami penurunan karena mengikuti tren dari harga beli dan jual gabah di Tingkat Petani.
Selanjutnya, Ferry memaparkan terkait indikator Kinerja Harga Jual Beras di Tingkat Penggilingan sebagai berikut: 1) Pertumbuhan Harga Jual Beras pada Mei-Oktober 2024 rata-rata naik sebesar 0,92% per bulan; 2) Pertumbuhan Harga Jual Beras pada Agustus-September 2024 rata-rata turun sebesar 0,94% per bulan; 3) Pertumbuhan Harga Jual Beras pada September-Oktober 2024 rata-rata turun sebesar 2,06% per bulan. Kesimpulan memaparkan terkait indikator Kinerja Harga Jual Beras di Tingkat Penggilingan bahwa Harga Jual Beras di Tingkat Penggilingan cenderung menurun meski tidak signifikan. Hal ini karena penyaluran SPHP cukup tinggi, sehingga berpengaruh terhadap Harga Jual Beras di Tingkat Penggilingan.
Hasil survei PATAKA menunjukkan bahwa terkait indikator Kinerja Volume Beli Gabah Setara Beras di Tingkat Penggilingan sebagai berikut: 1) Pertumbuhan Volume Beli Gabah Setara Beras pada Mei-Oktober 2024 rata-rata turun sebesar 8,59% per bulan. 2) Pertumbuhan Volume Beli Gabah pada Agustus-September 2024 rata-rata naik sebesar 29,20% per bulan. 3) Pertumbuhan Volume Beli Gabah pada September-Oktober 2024 rata-rata turun sebesar 29,07% per bulan. Kesimpulan terkait indikator Kinerja Volume Beli Gabah Setara Beras di Tingkat Penggilingan bahwa mengacu pada Volume Beli Gabah di Tingkat Pengepul yang menurun pada bulan September-Oktober, menyebabkan penggiling padi cenderung menyimpan atau menimbun stok gabahnya dikarenakan harga beli dianggap kurang menguntungkan. Hal ini mengakibatkan penggilingan rata-rata mengalami penurunan volume beli gabah.
Selanjutnya, Ferry memaparkan terkait indikator Kinerja Volume Jual Beras di Tingkat Penggilingan sebagai berikut: 1) Pertumbuhan Volume Jual Beras pada Mei-Oktober 2024 rata-rata turun sebesar 9,19% per bulan; 2) Pertumbuhan Volume Jual Beras pada Agustus-September 2024 rata-rata turun sebesar 6,23% per bulan. 3) Pertumbuhan Volume Jual Beras pada September-Oktober 2024 rata-rata naik sebesar 0,10% per bulan. Kesimpulan terkait indikator Kinerja Volume Jual Beras di Tingkat Penggilingan bahwa Volume Jual Beras di Tingkat Penggilingan berada diatas rata-rata periode sebelumnya (Agustus-September 2024). Hal ini disebabkan penggiling padi cenderung mengeluarkan stok gabahnya, karena permintaan yang meningkat akibat berkurangnya suplai gabah di pasaran.
Hasil survei PATAKA menunjukkan bahwa terkait indikator Kinerja Harga Beras Premium di Tingkat Pedagang Beras sebagai berikut: 1) Pertumbuhan Harga Beras Premium pada Mei-Oktober 2024 rata-rata naik sebesar 0,56% per bulan. 2) Pertumbuhan Harga Beras Premium pada Agustus-September 2024 rata-rata naik sebesar 0,24% per bulan. 3) Pertumbuhan Harga Beras Premium pada September-Oktober 2024 rata-rata naik sebesar 0,67% per bulan. Kesimpulan terkait indikator Kinerja Harga Beras Premium di Tingkat Pedagang Beras bahwa Harga Beras Premium pada September-Oktober 2024 meningkat dan berada diatas periode sebelumnya (Agustus-September 2024). Hal ini karena suplai gabah untuk diolah menjadi beras premium di pasaran menurun. Selanjutnya, Ferry memaparkan terkait indikator Kinerja Harga Beras Medium di Tingkat Pedagang Beras sebagai berikut: 1) Pertumbuhan Harga Beras Medium pada Mei-Oktober 2024 rata-rata naik sebesar 0,45% per bulan; 2) Pertumbuhan Harga Beras Medium pada Agustus-September 2024 rata-rata turun sebesar 0,24% per bulan; 3) Pertumbuhan Harga Beras Medium pada September-Oktober 2024 rata-rata turun sebesar 0,31% per bulan. Kesimpulan terkait indikator Kinerja Harga Beras Medium di Tingkat Pedagang Beras bahwa Harga Beras Medium pada September-Oktober 2024 menurun namun tidak signifikan dan berada diatas periode sebelumnya (Agustus-September 2024).
Hal ini karena pemerintah tetap menyalurkan beras SPHP dan menjalankan program Gerakan Pangan Murah, sehingga dapat menghambat laju kenaikan Harga Beras Medium.
Hasil survei PATAKA menunjukkan bahwa terkait indikator Kinerja Harga Beras Curah Tertinggi di Tingkat Pedagang Beras sebagai berikut: 1) Pertumbuhan Harga Beras Curah Tertinggi pada Mei-Oktober 2024 rata-rata naik sebesar 0,59% per bulan; 2) Pertumbuhan Harga Beras Curah Tertinggi pada Agustus-September 2024 rata-rata turun sebesar 1,86% per bulan;
3) Pertumbuhan Harga Beras Curah Tertinggi pada September-Oktober 2024 rata-rata naik sebesar 1,83% per bulan. Kesimpulan terkait indikator Kinerja Harga Beras Curah Tertinggi di Tingkat Pedagang Beras bahwa Harga Beras Curah Tertinggi mengalami kenaikan namun tidak signifikan dan berada diatas periode sebelumnya (Agustus-September 2024). Hal ini karena stok yang sedikit, namun permintaan yang meningkat dari masyarakat yang secara umum cenderung lebih mudah mengakses beras curah.
Selanjutnya, Ferry memaparkan terkait indikator Kinerja Harga Beras Curah Terendah di Tingkat Pedagang Beras sebagai berikut: 1) Pertumbuhan Harga Beras Curah Terendah pada Mei-Oktober 2024 rata-rata naik sebesar 0,85% per bulan;
2) Pertumbuhan Harga Beras Curah Terendah pada Agustus-September 2024 rata-rata turun sebesar 0,73% per bulan; 3) Pertumbuhan Harga Beras Curah Terendah pada September-Oktober 2024 rata-rata naik sebesar 0,41% per bulan.
Kesimpulan terkait indikator Kinerja Harga Beras Curah Terendah di Tingkat Pedagang Beras bahwa Harga Beras Curah Terendah mengikuti pola tren Harga Beras Curah Tertinggi.
Ferry menekankan bahwa Hasil Temuan Utama survei Bulan November 2024 ini sebagai berikut:
1. Pada bulan Oktober 2024, yang seharusnya musim penghujan, namun ternyata di beberapa wilayah masih mengalami kekeringan akibat fenomena kurang awan.
2. Petani akan cenderung menjual gabah di kisaran harga yang menurut petani menguntungkan, sehingga pemerintah perlu memperhatikan penentuan harga pembelian pemerintah (HPP).
Dalam penutupan pemaparan hasil survei PATAKA, Ferry menyampaikan saran kebijakan pertama, Pemerintah perlu mempertimbangkan untuk memiliki suatu program yang jelas dan terukur, dalam rangka penanganan dan pengendalian hama penyakit tanaman yang komprehensif dan berkelanjutan. Pemerintah agar melakukan penanggulangan dan pengendalian OPT Hama pada daerah-daerah yang sedang panen.
Kedua, Pemerintah perlu mempertimbangkan untuk menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), dengan memperhatikan Harga GKP Petani Agustus-Oktober 2024 yang selalu melebihi HPP, agar penyerapan GKP untuk dijadikan CPP dapat dilaksanakan sepanjang tahun.
Ketiga, Pemerintah perlu mempertimbangkan untuk memiliki program atau road map yang jelas terkait penanganan dampak kekeringan, terutama penyediaan air melalui program revitalisasi saluran irigasi, dan pompanisasi serta memastikan saluran irigasi teknis berfungsi dengan baik,
Keempat, Pemerintah perlu mempertimbangkan untuk menyusun program Penguatan dan pembinaan kelembagaan di tingkat petani (Kelompok tani dan Koperasi tani), Hal tersebut dalam rangka memastikan kesejahteraan petani terlindungi dari pihak lain yang mengambil keuntungan dari petani secara illegal, serta dalam rangka menjamin stabilitas harga dan stok gabah di tingkat petani.
Kelima, Dalam pelaksanaan program swasembada pangan saat ini, Pemerintah perlu mempertimbangkan kondisi dan karakteristik masing-masing wilayah seperti kondisi lahan dan kebutuhan petani local, serta memperhatikan konversi dan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan.
Keenam, Pemerintah perlu mempertimbangkan perbaikan permasalahan ketahanan pangan yaitu produksi, distribusi, pasar dan tata niaga pertanian, dalam rangka mewujudkan tiga pilar ketahanan pangan, yaitu ketersediaan (availability), keterjangkauan (accessibility) baik secara fisik maupun ekonomi, dan stabilitas (stability), yang harus tersedia dan terjangkau setiap saat dan setiap tempat.