Menperin Agus Dijadwalkan Lepas Ekspor Perdana Chery ke ASEAN dari Cikarang Dry Port Jababeka

Oleh : Ridwan | Jumat, 01 November 2024 - 08:44 WIB

INDUSTRY co.id -Cikarang – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dijadwalkan akan melepas ekspor mobil Chery Omoda 5 dan E5 ke beberapa negara di kawasan Asia Tenggara. Pelepasan ekspor dilakukan melalui Pelabuhan Cikarang Dry Port, di Kawasan Industri Jababeka (KIJA), Jawa Barat. 

Langkah ini merupakan salah satu cara perusahaan dalam menunjukkan komitmen mereka dalam mengembangkan industri otomotif Tanah Air.

Dipilihnya Omoda 5 dab E5 sebagai model pertama untuk diekspor sebenarnya tidak mengejutkan. Pasalnya, kedua model tersebut memang mendapat respon positif di beberapa negara di Asia Tenggara seperti, Malaysia serta Thailand.

Bahkan Agustus 2024 lalu, Chery Omoda 5 berhasil meraih lima bintang keselamatan dari ASEAN NCAP. Capaian ini mereka dapatkan setelah mencatatkan nilai total 88,64 poin Ketika pengujian Adult Occupant Protection, Child Occupant Protection, Safety Assist hingga Motorcyclist Safety.

Sementara Omoda E5 hadir sebagai salah satu mobil listrik yang cukup banyak peminatnya. Mobil ini menggunakan baterai Lithium Ion Phosphate berkapasitas 60 kWh. Dalam satu kali pengisian daya, kendaraan ini bisa menempuh perjalanan sejaun 430 km.

Pabrikan asal China ini juga sudah menambahkan beberapa fitur keselamatan seperti Autonoms Emergency Braking, Emergency Lane Keeping, Traffic Jam Assist, Forward Collsion Warning dan Lane Departure Prevention.

Cikarang Dry Port

Cikarang Dry Port (CDP) adalah pelabuhan daratan yang terletak di dalam Kota Jababeka di Cikarang, Jawa Barat, Indonesia. CDP didirikan pada tahun 2010 dengan total area seluas 200 hektar. 

CDP dioperasikan oleh PT Cikarang Inland Port, anak perusahaan PT Jababeka Tbk, dan Kawasan Layanan Bea Cukai Terpadu yang pertama dan satu-satunya di Indonesia. 

Sebagai model pelabuhan daratan di pedalaman, CDP berfungsi sebagai perluasan pelabuhan yang menyediakan solusi untuk kemacetan kronis dan penundaan di gerbang ekspor impor utama Tanjung Priok. 

Adapun, tujuan utamanya adalah untuk mengurangi dwell time (waktu bongkar muat barang di pelabuhan) dari 3,2 hari menjadi target pemerintah 2,5 hari.