Peran Orang Tua dan Perpustakaan Didorong untuk Tingkatkan Budaya Membaca di NTB

Oleh : Nina Karlita | Kamis, 24 Oktober 2024 - 14:36 WIB

INDUSTRY.co.id - Mataram, NTB – Tantangan besar dalam mengembangkan budaya membaca di Nusa Tenggara Barat (NTB) kini semakin kompleks seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Peran orang tua dan perpustakaan di satuan pendidikan dirasa masih belum optimal dalam meningkatkan minat baca di kalangan masyarakat, terutama anak-anak dan pelajar.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Amir, menyampaikan pentingnya keterlibatan orang tua dalam mendampingi anak-anak mereka dalam kegiatan membaca dan menulis.

“Orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anak dalam membaca. Terlalu sering kita melihat orang tua asyik bermain gadget, sementara anak-anak tidak mendapatkan arahan yang tepat,” ujar Amir dalam acara gelar wicara bersama Duta Baca Indonesia di Mataram, Kamis (24/10/2024).

Selain itu, Amir juga mengakui bahwa peran perpustakaan di sekolah-sekolah masih jauh dari ideal. Banyak perpustakaan dipenuhi dengan buku-buku kurikulum yang kurang bervariasi, sementara bacaan penunjang yang dapat memperkaya pengetahuan siswa sangat terbatas. 

Menurut Amir, perpustakaan seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang lebih luas dengan mendorong siswa untuk mencari referensi di sana.

"Saat ada tugas, guru seharusnya dapat meminta siswa untuk mencari referensi di perpustakaan, sehingga mereka terbiasa menjadikan perpustakaan sebagai sumber pengetahuan," tambahnya.

Amir juga menyoroti masalah mahalnya harga buku yang dinilai menjadi salah satu penyebab mengapa minat baca masyarakat menurun. Harga buku yang tinggi, menurutnya, kalah bersaing dengan biaya paket internet, sehingga masyarakat lebih memilih membeli pulsa daripada buku bacaan.

“Di NTB, hanya sekitar 6-7 persen perpustakaan yang memenuhi standar ketersediaan bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” ungkap Amir.

Kondisi serupa juga ditemukan di kalangan mahasiswa. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Masnun Tahur, menyebutkan bahwa mahasiswa seringkali lebih fokus memperbarui status di media sosial daripada memperkaya pengetahuannya melalui membaca. Hal ini terlihat dari minimnya referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi atau tugas ilmiah.

"Sayangnya, referensi yang digunakan dalam penulisan tugas ilmiah sering kali sangat terbatas, mencerminkan rendahnya minat membaca di kalangan mahasiswa," kata Masnun.

Namun, ada upaya untuk mengatasi tantangan ini. Kepala Perpustakaan UIN Mataram, Jamaludin, memperkenalkan Metode Bhatatsa, sebuah metode berbasis Al-Qur'an yang bertujuan untuk menumbuhkan tradisi membaca dan berpikir kritis di kalangan masyarakat Lombok yang dikenal agamis.

“Metode ini sudah diterapkan selama lebih dari lima tahun dan menunjukkan bagaimana kegiatan mengaji dapat mendorong kebiasaan membaca dan menulis,” jelas Jamaludin.

Sementara itu, Ahmad Junaidi, Dosen FKIP Universitas Mataram, menambahkan bahwa menulis adalah bagian dari proses merapikan pikiran. Ia menekankan pentingnya menulis dengan gaya yang tepat, menghindari penggunaan kata-kata sensasional, dan fokus pada inti dari tulisan.

“Kita bisa memulai tulisan dengan kutipan yang kuat, ide pokok, atau bahkan provokasi terukur untuk menarik perhatian pembaca,” tutup Junaidi.

Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, diharapkan sinergi antara orang tua, sekolah, dan perpustakaan dapat semakin memperkuat upaya meningkatkan budaya literasi di NTB.