Kisah Muhammad Risma Mahasiswa IT President University dari Wilayah 3T yang Sukses Raih Dana Inkubasi Bangkit USD10.000

Oleh : Hariyanto | Selasa, 15 Oktober 2024 - 10:49 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Muhammad Risma, mahasiswa aktif President University Prodi Teknologi Informasi (IT) angkatan tahun 2021 berhasil meraih pendanaan sebesar USD 10.000 atau sekitar Rp140 juta dari Google dan Dikti.

Risma, anak muda yang berasal dari daerah terluar, perbatasan, dan tertinggal (3T) dari Kabupaten Kapuas Hulu, sebuah kabupaten terpencil di Kalimantan Barat yang berbatasan dengan Malaysia, berhasil mengembangkan SkinCheck.AI, sebuah aplikasi mobile yang menggunakan AI dan validasi ahli untuk menganalisa masalah kulit dan merekomendasikan solusi perawatan kulit yang sesuai.

Inovasi ini mengantarkan Risma dan timnya mendapatkan dana inkubasi dari Google dan Dikti.

"Saya merasa sangat bangga dan bersyukur bisa menjadi bagian dari tim yang berhasil mendapatkan pendanaan sebesar 140 juta Rupiah dari Google dan DIKTI. Kemenangan ini tidak hanya membuktikan kemampuan teknis dan inovasi yang kami ciptakan, tetapi juga menjadi sebuah pencapaian besar bagi kami sebagai mahasiswa," kata Risma melalui keterangannya di Jakarta, Selasa (15/10/2024).

Risma pemiliki IPK sempurna 3.90 ini mengemukakan bahwa dengan tekad dan ketertarikan yang kuat terhadap teknologi mampu merubah ide-idenya menjadi kenyataan.

"Doa dan dukungan dari orang tua menjadi kekuatan besar yang terus memotivasi saya untuk tidak menyerah dan berusaha memberikan yang terbaik. Tidak bisa dipungkiri, keberhasilan ini adalah hasil dari kolaborasi, kerjasama tim, kerja keras, dan semangat untuk terus belajar," ungkapnya.

Dijelaskan Risma lebih lanjut bahwa pendidikan di President University sangat berperan dan menjadi bekal utama dalam kesuksesan ini.

"Saya mengambil spesialisasi di Artificial Intelligence, dalam konsentrasi ini, saya mendapatkan dasar-dasar yang kuat dalam bidang AI melalui kelas-kelas yang komprehensif dan bimbingan dari dosen-dosen pembimbing yang berpengalaman, terutama dalam mempermudah proses konversi SKS serta memberikan saran dan bimbingan yang relevan," jelas Risma.

"Semua ini menjadi modal penting bagi saya untuk mengembangkan Skincheck.AI dan menjadikannya solusi teknologi yang lebih matang dan berdampak nyata," tambah Risma.

Adapun terkait project besutannya Skincheck.AI, Risma berharap agar aplikasi ini dapat bisa terus berkembang dan membawa dampak positif yang lebih luas di masyarakat khususnya dibidang kesehatan kulit.

Dirinya optimistis proyek ini tidak hanya berhenti di tahap inovasi, tetapi juga bisa diterapkan secara nyata dan membantu lebih banyak orang dalam mendeteksi masalah kulit lebih dini.

"Saya juga berharap semakin banyak mahasiswa di President University yang berani bermimpi besar, mengembangkan passion mereka, dan mendapatkan kesempatan yang sama seperti yang saya dan tim rasakan. Saya ingin melihat lebih banyak generasi muda Indonesia yang mampu mengubah ide-ide mereka menjadi inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat," tutup Risma.

Sebagai informasi, Risma, anak bungsu dari tiga bersaudara yang tumbuh di tengah keterbatasan wilayah 3T di Kalimantan memiliki hasrat yang besar terhadap teknologi dan ilmu data di luar pengembangan web.

Pada tahun 2023, Risma bergabung dengan Bangkit Academy untuk mengasah keterampilan dan pengalaman serta mendapatkan sertifikasi TensorFlow Developer (TFD).

Risma berfokus pada pembelajaran mesin (Machine Learning). Di Bangkit Academy selain aplikasi SkinCheck.AI. Risma juga berhasil menciptakan dua model AI yang mengesankan: satu untuk mendeteksi penyakit mata dan satu lagi untuk menentukan tingkat keparahan katarak.  

Tujuannya adalah untuk membantu mereka yang menghadapi keterbatasan finansial atau keterbatasan lainnya untuk mendapatkan diagnosis masalah mata hanya dengan sebuah aplikasi.

Sebagai Ilmuwan Data muda, ia juga mengembangkan chatbot yang dipersonalisasi menggunakan model bahasa besar (LLM) untuk meningkatkan pengalaman pengguna dan menyederhanakan akses informasi.          

Chatbot ini dirancang untuk digunakan di WhatsApp, dengan mempertimbangkan penggunaan dan aksesibilitas platform ini secara luas. Jadi, pengguna dapat berinteraksi dengan chatbot untuk mengajukan pertanyaan, melacak kemajuan dokumen, dan menerima tanggapan yang dipersonalisasi.

Saat ini Risma bekerja di Kementerian Keuangan Indonesia (Kemenkeu) di bawah program magang dari President University dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud).

Wakil Rektor Akademik, Riset, dan Inovasi President University, Dr. Adhi Setyo Santoso, S.T., MBA., menyampaikan apresiasi kepada Risma yang telah berhasil memenangi kompetisi dan mengatasi seluruh tantangan yang ada.

"Kami bangga atas pencapaian Risma. Ia merupakan sosok mahasiswa yang cerdas yang fokus pada bidang tekonologi dan AI," imbuh Dr. Adhi.