Transformasi Inklusi Keuangan di Indonesia: Peran AI dalam Meningkatkan Akses Kredit

Oleh : Oleh: Carey Anderson – CEO & Founder 1datapipe | Senin, 14 Oktober 2024 - 17:59 WIB

INDUSTRY.co.id, Dalam webinar tentang Digital Trends Altering Indonesia’s Banking Landscape yang diselenggarakan oleh ISEAS – Yusof Ishak Institute tahun lalu, diperkirakan bahwa sebesar 80% dari 275 juta penduduk Indonesia merupakan masyarakat yang tidak memiliki akses layanan keuangan yang memadai (underbanked) dan masyarakat yang belum memiliki rekening bank (ubanked).

Masyarakat yang belum memiliki rekening bank berada di dasar piramida pendapatan, misalnya individu berpenghasilan rendah, juga mereka yang memiliki usaha mikro seperti pedagang warung makan dan pedagang sayur di pasar tradisional. Untuk mengatasi masalah ini, industri jasa keuangan Indonesia harus memanfaatkan potensi transformatif teknologi dan kerja sama, terutama melalui penggunaan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dan aliansi strategis.

Paradoks Populasi Tanpa Akses Perbankan di Indonesia

Planet Indonesia baru-baru ini menyoroti bahwa sektor keuangan Indonesia tengah bergulat menghadapi imbal hasil yang lebih rendah dari bank-bank tradisional, meningkatnya penghindaran risiko, ketidakpercayaan terhadap lembaga keuangan, dan hambatan budaya. Salah satu kendala perbankan bagi individu yang belum memiliki rekening adalah bahwa mereka tidak memiliki data pribadi tradisional yang terkait dengan kelayakan kredit seperti riwayat pinjaman, sehingga membuat mereka terabaikan ketika model penilaian kredit tradisional diterapkan.

Perusahaan jasa keuangan dapat mengembangkan model kredit yang lebih inklusif dengan berkerja sama erat dengan vendor yang ahli dalam data alternatif, analitik AI, dan inklusi keuangan. Kemitraan semacam ini memastikan bahwa layanan keuangan menjadi lebih mudah diakses dan terjangkau bagi konsumen berpenghasilan rendah dan usaha mikro dan kecil di Indonesia. Konvergensi data, teknologi, dan skala merupakan salah satu satu bidang yang menjanjikan di mana vendor khusus seperti pemberi pinjaman melalui fintech memimpin evolusi ini di sektor perbankan.

Perubahan Transformatif dalam Perbankan Indonesia

Menurut ISEAS – Yusof Ishak Institute, pemberi pinjaman fintech di Indonesia beroperasi sepenuhnya secara digital, menyediakan layanan tanpa perlu kantor cabang fisik, sehingga memungkinkan peningkatan operasional secara signifikan dengan biaya sangat rendah. Hal ini menghasilkan ekosistem keuangan lebih inklusif yang menguntungkan masyarakat di seluruh kepulauan Indonesia yang sebelumnya tidak terjangkau. Seiring dengan banyaknya perusahaan fintech yang menguasai pasar di Indonesia, lembaga keuangan yang mapan harus beradaptasi jika tidak mau menanggung akibatnya.

Upaya Kolaboratif untuk Perluas Aksesibilitas Kredit

Untuk sepenuhnya merealisasikan potensi pasar underbanked di Indonesia, perusahaan jasa keuangan harus berkolaborasi secara strategis. Mereka dapat secara efektif mengatasi kekurangan model penilaian kredit tardisional dan mengembangkan metode yang lebih inklusif untuk mengevaluasi kelayakan kredit di Indonesia dengan membentuk kemitraan strategis dengan vendor-vendor khusus.

Kurangnya data yang komprehensif menjadi kendala utama dalam meningkatkan penerimaan masyarakat dalam kategori underbanked. Teknologi analitik berbasis AI dan data alternatif dapat membantu mengatasi kendala tersebut dengan memberikan wawasan dari sumber data yang tidak konvensional, seperti pembayaran utilitas, penggunaan ponsel, dan aktivitas media sosial. Lembaga keuangan dapat memberikan kredit kepada masyarakat Indonesia yang sebelumnya mungkin ditolak jika mereka menggunakan data alternatif dalam prosedur penyaringan kredit mereka. Hal ini mendorong perluasan bisnis dan menargetkan kelompok masyarakat yang sebelumnya terabaikan. Dengan menerapkan proses berbasis AI, biaya operasional dapat dikurangi secara signifikan, memungkinkan profitabilitas sekaligus melayani nasabah berpenghasilan rendah di berbagai wilayah Indonesia. Selain itu, model penilaian risiko berbasis AI dapat membantu mengidentifikasi masyarakat Indonesia yang layak kredit yang sebelumnya terabaikan oleh sistem kelayakan kredit tradisional.

Mengatasi Hambatan dengan Solusi Kreatif di Indonesia

Masyarakat Indonesia yang masuk kategori unbanked menghadapi sejumlah kendala dalam memperoleh pembiayaan, termasuk pengembalian yang rendah, persepsi risiko yang meningkat, rendahnya tingkat kepercayaan terhadap lembaga keuangan, dan perbedaan budaya. Kita dapat langsung mengatasi kendala tersebut dengan memanfaatkan teknologi AI dan data alternatif:

•          Pengembalian yang rendah: Dengan menerapkan proses berbasis teknologi AI, biaya operasional dapat dikurangi secara signifikan, memungkinkan profitabilitas sekaligus melayani klien berpenghasilan rendah di berbagai wilayah di Indonesia

•          Meningkatnya kesadaran akan risiko: Dengan memanfaatkan data alternatif dan teknologi analitik canggih, risiko dapat ditaksir dengan tepat, sehingga dapat mengidentifikasi masyarakat Indonesia yang layak kredit yang sebelumnya terabaikan oleh sistem kelayakan kredit tradisional.

•          Kurangnya kepercayaan: Dengan menawarkan materi edukasi serta meningkatkan transparansi, platform digital dapat membantu masyarakat Indonesia yang kurang mampu untuk mengembangkan rasa percaya.

•          Kendala budaya: Produk keuangan dan strategi komunikasi dapat disesuaikan lebih baik dengan norma budaya serta preferensi tertentu pasar Indoensia dengan memanfaatkan teknologi AI.

Pentingnya Inisiatif Keuangan Terpadu di Indonesia

Prakarsa keuangan terpadu merupakan hal penting dalam mendorong inklusi keuangan serta meningkatkan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Kolaborasi antara vendor dan lembaga keuangan berpotensi dalam meningkatkan estimasi total pendapatan nasabah, meningkatkan peluang pendapatan, dan memperkuat loyalitas brand di pasar Indonesia.

Selain itu, akses kredit usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) memungkinkan mereka untuk memperluas usaha, memasuki pasar baru, dan memanfaatkan peluang ekspor, sehingga menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Menurut Pusat Studi Kebijakan Indonesian, UMKM menyumbang sekitar 97% lapangan pekerjaan dalam negeri dan 99% bisnis di Indonesia.

Kesimpulannya, kerjasama dan penggunaan teknologi AI yang strategis akan menjadi komponen utama upaya industri jasa keuangan di Indonesia untuk meningkatkan ketersediaan kredit dan perluasan usaha. Lembaga keuangan harus bekerja sama secara erat dengan perusahaan pemasok, otoritas, dan pemangku kepentingan lainnya guna mengembangkan solusi kreatif yang mengatasi masalah unik yang dihadapi oleh masyarakat kurang mampu di Indonesia. Dengan merangkul pendekatan kerjasama berbasis AI, Indonesia dapat menciptakan masa depan keuangan yang sejahtera, inklusif, dan mudah diakses bagi setiap masyarakat Indonesia.