Paparkan Sejumlah Informasi Penting Terkait Perkembangan Teknologi Seputar Aging dan Regenerative Medicine, Prodia Gelar Seminar Kolaborasi bersama Akademisi

Oleh : Kormen Barus | Senin, 16 September 2024 - 12:07 WIB

INDUSTRY.co.id, Medan- Sebagai bagian dari komitmen dalam mewujudkan visi Centre of Excellence, PT Prodia Widyahusada Tbk (Prodia) menggelar seminar dan diskusi ilmiah sebagai buah kolaborasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU).

Prodia telah banyak berperan sebagai penyedia sarana literatur dan prasarana pendukung penelitian bagi mahasiswa, dokter, dan dosen di berbagai universitas. Seminar ini menjadi wadah untuk berbagi pengetahuan mengenai perkembangan terbaru dalam tata laksana dan penanganan penyakit yang melibatkan rekayasa jaringan serta pendekatan multidisiplin ilmu dalam upaya terapeutik.

Adapun fokus utama dalam seminar ini memaparkan sejumlah informasi penting terkait perkembangan teknologi seputar aging dan regenerative medicine. Seminar berlangsung di JW Marriott Hotel Medan (06/09) yang dihadiri oleh Dekan dan Dosen FK USU, Kepala Program Studi Sp1, Sp2, S2, dan S3, Ketua Departemen FK USU, serta sejumlah akademisi dan praktisi Dokter Spesialis dan Dokter Umum.

Dalam sambutannya, Founder dan Komisaris Utama Prodia, Drs. Andi Wijaya, PhD, MBA, mengatakan “Aging dan regenerative medicine adalah bidang yang terus berkembang dengan potensi luar biasa untuk meningkatkan kualitas hidup di usia lanjut. Melalui inovasi dalam terapi regeneratif ini, kita dapat memperlambat proses penuaan dan memperbaiki jaringan yang rusak, serta memberikan harapan baru bagi pasien dengan kondisi degeneratif.

Teknologi ini memungkinkan kita tidak hanya merawat penyakit, tetapi juga memulihkan fungsi tubuh yang hilang. Prodia percaya bahwa masa depan kesehatan terletak pada bagaimana kita bisa mengintegrasikan inovasi dalam aging and regenerative medicine ke dalam praktik klinis. Dengan mendukung penelitian dan pengembangan di bidang ini, kami berkomitmen membantu masyarakat menjalani kehidupan yang lebih sehat dan lebih lama.”

Berangkat dari pernyataan Andi, perwakilan Universitas Sumatera Utara (USU), Prof. Dr. dr. Dharma Lindarto, Sp.PD-KEMD, FINASIM mengatakan “Seminar ini merupakan langkah strategis untuk memastikan bahwa para praktisi medis di Medan dan sekitarnya selalu memiliki akses terhadap informasi terbaru terhadap inovasi terbaru di bidang aging dan regenerative medicine.

Dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman, kita dapat meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan memperpanjang harapan hidup yang sehat bagi masyarakat. Terlebih, kolaborasi antara akademisi dan praktisi menjadi kunci dalam menghadapi berbagai tantangan baru di dunia kesehatan. Dengan demikian, seminar ini tidak hanya memperkuat sinergi ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan manfaat nyata layanan kesehatan di masa depan.”

Pada kesempatan yang sama, Andi Wijaya juga menekankan pentingnya kesehatan dan kesejahteraan sebagai aset emas, terutama di kalangan lansia, karena seiring bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk memelihara dan memperbaiki jaringan semakin menurun. Dari tujuh pilar penuaan, salah satu tantangan medis utama yang dihadapi adalah masalah sel punca dan regenerasi.

Untuk mengatasi tantangan ini, perkembangan ilmu medis telah memperkenalkan pengobatan regeneratif, seperti MSC – EV (Vesikel Ekstraseluler) turunan. Sebagai contoh lainnya, Andi menjelaskan bahwa pada penderita diabete melitus, masalah kaki sering kali berujung pada amputasi akibat kompleksitas patologi seperti gangguan penghalang, infeksi, dan stres oksidatif. Namun, dengan pendekatan pengobatan regeneratif seperti MSC-EV, proses penyembuhan luka dapat ditingkatkan secara signifikan, memberikan harapan baru bagi pasien dengan kondisi kompleks tersebut.

Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP(K), juga memaparkan mengenai pentingnya etika dalam dunia medis yang menjadi kerangka kerja bagi para profesional kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan paripurna. Etika ini mencakup aspek preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif yang didasarkan pada pengetahuan, keterampilan, perilaku profesional (professional behaviour), etik (bioethics), serta moral dan hukum. Selanjutnya, Prof. Dr. dr. Dharma Lindarto, Sp.PD-KEMD, FINASIM, membahas sindrom metabolik yang dipicu oleh gaya hidup westernisasi, termasuk konsumsi makanan cepat saji dan porsi yang berlebihan, sedangkan Dr. Cynthia Retna Sartika, M.Si, menyoroti masalah medis seperti penuaan, cacat bawaan, dan trauma, serta pentingnya pengobatan regeneratif, seperti stem cells, untuk memulihkan jaringan dengan fungsi dan struktur yang sama seperti aslinya.

Hingga saat ini Prodia telah mendukung lebih dari 4.500 penelitian, melahirkan 580 tes riset, dan menjalin kerja sama dengan 50 universitas di Indonesia. Hal ini mengukuhkan peran Prodia sebagai sumber informasi terkini mengenai perkembangan ilmu kedokteran dan laboratorium bagi dokter, peneliti, akademisi, dan masyarakat umum melalui Forum Diagnosticum, Info Laboratorium, The Indonesian Biomedical Journal, seminar nasional, diskusi ilmiah, dan penyuluhan kesehatan. Prodia juga berinovasi menghadirkan aplikasi Prodia for Doctor dengan tujuan memberikan pengalaman yang lebih baik bagi dokter untuk menunjang layanan kesehatan yang diberikan kepada pasien dengan menawarkan kemudahan bagi dokter dalam membuat rujukan pemeriksaan kesehatan ke Prodia, memberikan konsultasi kepada pasien, memantau riwayat hasil pemeriksaan kesehatan pasien, hingga menjadi wadah para dokter mendapatkan informasi mengenai diagnostik.

Prodia berharap untuk dapat terus membangun hubungan baik dengan FK USU dengan proses transfer knowledge juga berjalan dengan lebih lancar melalui kerja sama dengan menyediakan layanan khusus untuk mendukung riset dan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa, akademisi, dan dokter yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan penelitian-penelitian terbaru yang bermanfaat bagi layanan kesehatan masa depan. Sehingga, Prodia terlibat secara aktif dalam mendukung penelitian dokter, akademisi, dan mahasiswa dengan tujuan akademik, studi epidemiologi, hingga publikasi.

Laboratorium klinik Prodia didirikan pertama kali di Solo pada 7 Mei 1973 oleh beberapa orang idealis berlatar belakang pendidikan farmasi. Sejak awal, Dr. Andi Widjaja, MBA beserta seluruh pendiri lainnya tetap menjaga komitmen untuk mempersembahkan hasil pemeriksaan terbaik dengan layanan sepenuh hati.

Sebagai pemimpin pasar, sejak 2012 Prodia merupakan satu-satunya laboratorium dan klinik di Indonesia dengan akreditasi College of American Pathologists (CAP). Sehingga kualitas hasil tes dari laboratorium Prodia sejajar dengan laboratorium internasional.

Pada 7 Desember 2016, Bursa Efek Indonesia (BEI) meresmikan pencatatan saham perdana Prodia sebagai emiten ke-15 di tahun 2016, dengan kode saham “PRDA. Dalam aksi korporasi itu, Prodia telah menawarkan saham perdana sebanyak 187,5 juta lembar saham. Dengan demikian, dana yang diraih dari penawaran umum perdana saham (IPO) perseroan mencapai sebesar Rp1,22 triliun.

Hingga 30 Juni 2024, Prodia telah mengoperasikan jejaring layanan sebanyak 321 outlet, di 80 kota dan 34 provinsi dan di seluruh Indonesia, beberapa diantaranya merupakan Prodia Health Care (PHC) yakni layanan wellness clinic yang berbasis personalized medicine serta specialty clinics yang terdiri dari Prodia Children’s Health Centre (PCHC), Prodia Women’s Health Centre (PWHC) dan Prodia Senior Health Centre (PSHC).