LPP Agro Nusantara, BPDPKS dan Ditjendun Berikan Pelatihan Menyeluruh Bagi Pekebun Sawit
INDUSTRY.co.id, Jakarta- Di tahun 2024, Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mengeluarkan dana untuk mengadakan pelatihan bagi 6.437 peserta dan beasiswa bagi 3.000 penerima.
Peserta pelatihan terbagi dalam berbagai kelas pelatihan yang terdiri 11 jenis pelatihan, mulai dari pelatihan teknis seperti Budidaya Tanaman Kelapa Sawit; atau Pengelolaan Sarana dan Prasarana Perkebunan hingga pengembangan bisnis seperti Informasi Pasar dan Promosi; atau Manajemen & Administrasi Keuangan. Untuk penyelenggaraan pelatihan, BPDPKS bekerjasama dengan 15 penyedia jasa pelatihan dan pengembangan yang melaksanakan pelatihan dalam periode April – September 2024.
Terkait dengan fokus materi pelatihan, Arfie Thahar, Kepala Divisi Program Pelayanan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, mengungkapkan, apa yang disampaikan dalam materi pelatihan, pihaknya menkankan masih fokus terhadap budidaya.
“Mungkin ke depan akan bisa lebih spesifik lagi. Karena, budidaya itu sangat luas sekali, yang mana budidaya itu dari hulu sampai hilir. Mungkin nanti ke depan bisa dipecah-pecah potensinya budidaya. Umpama untuk tanaman belum menghasilkan, nanti akan seperti apa? Kemudian pengelolaan budidaya untuk tanaman di lahan gambut, seperti apa? Ini ada diferensiasinya juga akan lebih spesifik yang bisa didapatkan oleh para petani di masa yang akan datang,” ungkapnya dalam diskusi bersama media, yang diselenggarakan oleh LPP Agro Nusantara dan BPDPKS, melalui zoom.
Lebih jauh dia menjelaskan, di sistem model pelatihan yang dilaksanakan selain teknik, disampaikan juga materi dalam kelas, yang mana latihan diikuti dengan memperbanyak dengan beberapa sesi yang dilakukan di dalam praktek di lapangan.
“Sehingga mereka juga harus tahu, yang tadi disampaikan di kelas seperti apa implementasinya di lapangan. Oleh karena itu, kami dari LPP membawa peserta ini untuk melihat kondisi realnya di lapangan seperti apa,” katanya.
Selain itu, masih kata Arfie, ada pelatihan seacara hard skill dan soft skill. Yang mana, pelatihan itu meliputi peningkatan dibudidayanya, hasil panennya. “Kemudian latihan juga penumbuhan kebersamaan, kemudian latihan terkait kepemimpinan, pelatihan terkait manajerial dan akuntansi. Jadi memang di sini diberikan bagaimana petani itu bisa mengetahui tentang hasil panennya, kemudian bagaimana juga mereka bisa menghitung-hitung, bagaimana kegiatan pertanian itu bisa menghidupi kebutuhan hidup dari mereka,” imbuhnya.
“Juga pelatihan-pelatihan terkait dengan penerapan ISPO yang mana jika mereka ingin mengusulkan ISPO, sebelum mereka mengusulkan ISPO mereka bisa mengikuti pelatihan bagaimana cara-cara mendapatkan ISPO,” ungkapnya.
Terkait dengan teknologi dan inovasi, Arfie menjelaskan sudah banyak dari hasil penelitian mulai dari penelitian yang terkait dengan hulu ke hilir, bagaimana di sektor hulu pengaplikasian dari perbaikan-perbaikan kegiatan peremajaan perkebunan rakyat yang mungkin saat ini masih banyak masalahnya.
“Bagaimana petani dapat kita bantu dengan sistem pemungutan yang baik dengan menggunakan bahan-bahan yang natural yang berasal dari kebun itu sendiri, kemudian dari hilir kita juga cukup banyak dari hasil penelitian yang sudah diaplikasikan. Misalnya ada satu penelitian yang sudah mengolah tandan kosong menjadi helm dan helmnya bisa dimanfaatkan oleh para pekebun sendiri untuk alat pelindung diri. Kemudian juga bagaimana tandan kosong itu bisa diolah menjadi satu alat seperti baterai dengan kapasitor yang bisa digunakan untuk menggerakkan kendaraan seperti motor listrik. Jadi inovasi-inovasi ini yang ingin kita kembangkan supaya baik dari sisi hulu maupun hilir,” paparnya.
Sementara itu, LPP Agro Nusantara menjadi satu dari 15 penyelenggara pelatihan yang bekerjasama dengan BPDPKS. Sebagai salah satu penyelenggara pelatihan dipercaya BPDPKS untuk menyelenggarakan 43 kelas pelatihan bagi 1.339 peserta yang berasal dari 7 provinsi penghasil sawit di Indonesia. Jumlah ini setara dengan 21% dari total data rekomtek peserta pelatihan.
“Kontribusi LPP Agro Nusantara untuk program ini terus meningkat setiap tahunnya. Tahun lalu BPDPKS mempercayakan 876 peserta dan tahun 2024 meningkat di angka 1.339 peserta,” ujar Pugar Indriawan, SEVP Operation LPP Agro Nusantara.
Secara data, penyelenggaraan pelatihan LPP Agro Nusantara terus meningkat setiap tahunnya. Selain jumlah peserta, peningkatan juga terlihat di jumlah kelas dan lokasi pelaksanaan pelatihan. Tahun 2023, kelas yang berjalan sebanyak 28 kelas di 4 provinsi, sedangkan tahun 2024 pelatihan dilaksanakan di 7 provinsi. Dengan kelas terbanyak di Provinsi Riau sejumlah 23 kelas berjalan.
“Selain pengetahuan teknis, pengembangan bisnis harus menjadi mindset baru pekebun. Bisnis yang dikelola dengan baik dan meningkat skalanya tentu harus segera dimulai,” tambah Pugar.
Hal ini tentu menjadi tujuan bersama dalam lanskap bisnis kelapa sawit di Indonesia. Peran pekebun swadaya harus meningkat baik secara kuantitas dan kualitas. Tidak hanya mampu memproduksi hasil yang lebih baik tapi juga memiliki daya saing dan mampu menghadapi tantangan bisnis.
Dengan pengalaman di bidang Perkebunan sejak tahun 1950, LPP Agro Nusantara turut berkontribusi mengembangkan bisnis Perkebunan di Indonesia. Melalui program strategis pemerintah yang dijalankan BPDPKS ini, LPP Agro Nusantara berharap semakin banyak pekebun yang memiliki akses pada praktik baik perkebunan yang meningkatkan kualitas perkebunan Indonesia. Karena tidak dipungkiri, SDM yang berkualitas memiliki peran penting dalam keberlanjutan industri kelapa sawit di Indonesia.