Menperin Agus Beberkan Tiga Kendala Minimnya Pemanfaatan Potensi Sagu di Indonesia

Oleh : Ridwan | Senin, 29 Juli 2024 - 19:35 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu pemanfaatan potensi sagu di Indonesia. Pasalnya, pemanfaatan sagu di Tanah Air dirasa masih sangat rendah. 

Rendahnya pemanfaatan sagu di Indonesia disebabkan beberapa kendala antar lain, pertama; alur rantai pasok bahan baku sagu. Dimana areal sagu di Indonesia didominasi oleh perkebunan rakyat yang infrastrukturnya masih sangat sederhana. 

"Hal ini menyebabkan rantai suplai sagu dari hulu ke hilir menjadi sangat terbatas," ungkap Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita saat membuka acara 'Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu' di Jakarta, Senin (29/7).

Kendala kedua yaitu minimnya kapasitas dan keterampilan sumber daya manusia (SDM) industri pengolahan sagu. 

Ketiga, rendahnya popularitas komoditas sagu yang justru menjadi penghambat proses pengembangan dan riset yang pada akhirnya membatasi pencapaian potensi komoditas sagu. 

"Padahal, sagu dapat menjadi alternatif sumber karbohidrat dan industrinya dapat dikembangkan agar Indonesia menjadi salah satu pemasok pati terbesar di dunia," jelas Menperin.

Saat ini, Malaysia menjadi negara eksportir pati sagu terbesar di dunia dengan nilai ekspor pada tahun 2023 sekitar USD 15 juta. Sedangkan Indonesia sendiri pada tahun 2023 menduduki posisi ke-2, dengan nilai ekspor sekitar USD 9 juta.

"Nilai ini menurut saya masih sangat kecil," kata Menperin Agus.

Oleh karena itu, dirinya berharap potensi yang belum termanfaatkan ini dapat dimanfaatkan oleh seluruh stakeholders, terutama untuk membuka, menciptakan, dan mengisi pasar sagu nasional dan global bagi pelaku yang terlibat dalam agribisnia sagu Indonesia.

Dalam rangka mendorong percepatan pengembangan industri pengolahan sagu, pemerintah telah menjadikan program peningkatan pengelolaan sagu nasional sebagai salah satu program prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Menurut Business Research Insight, pada tahun 2031 pertumbuhan pasar pati sagu secara global diproyeksikan mencapai USD 557,13 juta. Hilirisasi industri sagu diharapkan tidak hanya berhenti sampai di pati sagu, tetapi juga dapat memacu pertumbuhan produk hilir lainnya. 

Sagu dapat diolah menjadi beragam produk, mulai dari produk pangan seperti pati sagu, mie, beras analog, modified starch, sampai dengan produk non-pangan seperti biopackaging.

"Penguatan riset dan inovasi produk diharapkan dapat mendukung pengembangan hilirisasi sagu," kata Agus.

Kemenperin berkomitmen untuk terus meningkatkan hilirisasi komoditas sagu melalui pengembangan diversifikasi produk, fasilitasi kerja sama antara industri pengolahan sagu dengan industri pengguna, mendorong program sertifikasi TKDN, dan program restrukturisasi mesin atau peralatan bagi industri pengolahan sagu. 

"Kami (Kemenperin) juga terus berupaya untuk selalu bersinergi dengan pemangku kepentingan lainnya, dari pusat maupun daerah, sebagai langkah mendorong percepatan pengembangan industri pengolahan sagu," tuturnya.

Menperin Agus berharap Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu ini dapat meningkatkan awareness masyarakat maupun para stakeholders tentang potensi dan pentingnya hilirisasi sagu. 

"Ingat, terdapat potensi yang sangat besar dari hilirisasi sagu ini, yaitu Value Added Creation dan Jobs Creation. Dua hal fundamental yang perlu ditingkatkan untuk mencapai tujuan Generasi Emas 2045," tandas Menperin.