Berdampak Positif, Asaki: Importir Keramik Akhirnya Dukung BMAD Keramik lewat Investasi
INDUSTRY.co.id - Jakarta - Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki)Â menyebut bahwa rencana penerapan Bea Masuk Andtidumping (BMAD) keramik dengan besaran mulak dari 100,12% sampai 158,78% untuk produsen keramik Tiongkok yang kooperatif dan 199,88% untuk produsen yang tidak kooperatif telah memacu dua investor untuk membangun pabrik di Indonesia.
Adapun, kedua investor tersebut yaitu, PT Superior Porcelain Sukses dengan kapasitas total 21,6 juta meter persegi (m2) yang berlokasi di Subang, dan PT Rumah Keramik Indonesia dengan kapasitas total 20 juta m2 yang berlokasi di Batang.
Adapun, total kapasitas baru dari kedua investor tersebut sebesar 41,6 juta m2, dan menelan biaya investasi mencapai Rp3 triliun, serta menyerap tenaga kerja hingga 10.000 karyawan.
Direktur PT Superior Porcelain Sukses, Billy Law mengaku bahwa dorongan membangun pabrik di Indonesia sudah sejak satu tahun yang lalu, dipicu adanya rencana pemerintah Indonesia menerapkan antidumping terhadap produk keramik impor dari Tiongkok.Â
"Pada saat mengurus perizinan kami diberi keyakinan bahwa pemerintah Indonesia pasti akan melindungi industri dalam negeri dari serbuan impor untuk menciptakan iklim investasi yang baik di Indonesia," jelas Billy.
Secara terpisah, Direktur PT Rumah Keramik Indonesia, Akiat menyebut bahwa perusahaan dahulu merupakan salah satu pemain impor sejak tahun 2013, namun seiring adanya program dari pemerintah untuk melakukan substitusi impor dan program percepatan P3DN.Â
"Kami akan terus mendukung program pemerintah. Oleh karenanya, tahun 2022 kami memulai pembangunan pabrik di Indonesia," jelas Akiat.
Dirinya menyakini bahwa pihaknya bersama produsen lokal sangat sanggup memenuhi kebutuhan nasional dengan produk yang lebih baik dan bervariasi dibanding produk impor.Â
"Kami yakin bahwa Asaki dan pemerintah akan melakukan yang terbaik untuk kepentingan industri nasional," tambahnya.
Asaki menyambut baik transformasi kedua pabrik baru tersebut yang sebelumnya adalah trader dan importir keramik.Â
"Dipastikan investasi baru yang akan beroperasi di kuartal ketiga tahun 2024 ini akan meningkatkan volume kepasitas produksi keramik homogeneus tile yang saat ini tercatat sebesar 207 juta m2 per tahun akan meningkat menjadi sekitar 250 juta m2 per tahun," kata Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto di Jakarta, Kamis (25/7).
Dirinya mengungkapkan bahwa dampak positif dari BMAD tidak hanya sekedar menyelamatkan industri keramik nasional, akan tetapi terbukti telah berhasil menjadi 'magnet' bahi investasi-investasi baru sehingga konsumen dalam negeri akan diberikan banyak pilihan produk keramik yang berkualitas dan inovatif dengan harga yang wajar dan terjangkau.
"Industri keramik adalah pasar persaingan sempurna dimana terdapat sekitar 40 pabrik, sehingga penentuan harga jual keramik sepenuhnya lewat mekanisme pasar yakni dipengaruhi oleh yang namanya hukum penawaran dan permintaan," jelas Edy.
Asaki sangat menyayangkan opini-opini negarif yang cenderung 'misleading' informasi seperti akan terjadinya kekurangan supply keramik dan harga keramik pasca BMAD akan meningkat tajam oleh sekelompok importir.
"Hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena akan terjadi persaingan antar sesama produsen keramik lokal untuk meningkatkan kembali tingkat utilisasi khusus produk homogeneus tile yang saat ini terpuruk sangat dalam di level 40%, disamping itu juga tentj ada persaingan harga dengan produk impor dari India dan Vietnam," papar Edy.
"Daripada membuat bingung mesyarakat dengan opini-opini yang salah, jika ada keberatan tentang BMAD ada jalurnya, bisa layangkan keberatan ke WTO dan Asaki siap menghadapinya dengan data dan fakta," tutup Edy Suyanto yang juga menjabat sebagai Wakomtal Kadin Industri Semen dan Keramik.