Siloam Hospitals ASRI: Mengatasi Kasus Batu Ginjal yang Sulit dengan Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS)

Oleh : Herry Barus | Rabu, 05 Juni 2024 - 16:24 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta– Siloam Hospitals ASRI melakukan edukasi layanan unggulan di bidang urologimenggunakan Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS) untuk mengatasi kasus batu ginjal yang sulit seperti batuginjal dengan ukuran besar, batu yang terlalu keras dan yang sulit dijangkau tanpa operasi. Metode RIRS n menjadi salah satu inovasi yang memberikan keuntungan, khususnya bagi pasien, karena prosedurnya dilakukan lebih cepat, tidak meninggalkan bekas luka pada tubuh pasien, pemulihan lebih cepat, minim rasa nyeri, dan risiko infeksi lebih rendah dibanding metode bedah terbuka.

RIRS memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi karena dapat mengakses langsung ke ginjal dan menghancurkan batu ginjal menjadi fragmen-fragmen kecil, berbentuk seperti pasir hingga debu. dr. Grace Frelita Indradjaja, M.M., Medical Managing Director Siloam Hospitals Group dalam sambutannya mengatakan, ”Siloam Hospitals Group Indonesia telah didirikan 25 tahun yang lalu dan memiliki misi untuk menjadi destinasi pilihan terpercaya untuk layanan kesehatan holistik berkelas dunia, edukasi kesehatan dan penelitian. Dengan visi untuk menyediakan layanan kesehatan yang berkualitas internasional, terjangkau, terukur, dan dilandasi kasih sayang Ilahi, Siloam Hospitals Group berkomitmen untuk menyediakan layanan kesehatan berkualitas internasional di Indonesia.”  Demikian informasi dihimpun oleh Dessy, tim  Redaksi.

”Siloam Hospitals Group dikenal sebagai rumah sakit yang mengoperasikan beberapa rumah sakit terbaik di Indonesia, seperti pusat kanker terlengkap yakni MRCCC di Jakarta Selatan dan pusat neurosains pertama di Indonesia di Siloam Lippo Village di Tangerang. Saat ini, Siloam memiliki pusat keunggulan di bidang prosedur transplantasi ginjal di Siloam Hospitals ASRI dan menjadi Rumah Sakit Swasta pertama yangmendapatkan lisensi dari Kementerian Kesehatan sebagai salah satu pusat transplantasi ginjal di Indonesia.

Dengan keunggulan layanan transplantasi ginjal, Siloam Hospitals ASRI memiliki sistem Hub & Spoke, dimana Siloam Hospitals ASRI menjadi pusat rujukan (Hub) bagi unit rumah sakit lainnya (Spoke). Dalam penanganan pasien tranplantasi ginjal, Siloam ASRI berpegang teguh pada kerjasama tim multidisiplin, berkerjasama dengan spesialis di bidang lain dalam proses advokasi, persiapan operasi hingga pasca operasi. Hingga saat ini, Siloam Hospitals ASRI telah melakukan lebih dari 360 transplantasi ginjal dengan tingkat kelangsungan hidup 1 tahun (one year survival rate) sebesar 97.4% dan tingkat keberhasilan graft 1 tahun (one year graft survival rate) sebesar 99.1% (Data per akhir Mei 2024) dan hasil ini sudah mencapai benchmark dari ERA (European Renal Association) 2020. Kualitas hidup pasien pasca tindakan juga dijaga dengan baik, dengan adanya layanan rehabilitasi medik yang komprehensif di unit pelayanan ginjal, sertalayanan homecare,” jelasnya.

Ia juga mengatakan, “Terdapat berbagai tantangan dalam pelayanan transplantasi ginjal di Indonesia, antara lain belum ada sistem pencarian donor, kurangnya tenaga ahli di bidang transplantasi, serta belum adanya regulasi tentang donor jenazah (cadaver donor). Namun Siloam Hospitals ASRI terus berkomitmen

meningkatkan pelayanan transplantasi dengan mengembangkan Patient Registry yang diperuntukkan khusus pada pasien transplantasi ginjal, yakni Kidney Transplant Registry yang akan diluncurkan di Siloam

ASRI pada kuartal kedua 2024 ini. Selain itu juga menambah fasilitas dengan memperluas gedung, serta melengkapinya dengan alat medis diagnostik dan terapeutik terkini, seperti pemeriksaan HLA typing (Human Leukocyte Antigen), Robotic Transperineal Biopsy dan Laser Thulium.”

“Selain transplantasi ginjal, Siloam ASRI dikenal luas akan layanan Endourology untuk penyakit batu ginjal. Menurut data Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) tahun 2020, prevalensi penyakit batu ginjal di Indonesia tercatat sebanyak 3.8% atau sebesar 739.208 jiwa. Metode perawatan kesehatan dalam bidang urologi dan nefrologi terus berkembang baik secara global maupun nasional. Di Indonesia sendiri, metode perawatan terbaru untuk urologi di bidang batu ginjal yaitu Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS). RIRSsendiri merupakan sebuah tindakan operasi tanpa bekas luka sehingga pasien yang menjalani prosedur ini bisa pulih lebih cepat dan bisa melaksanakan aktivitas kembali secara normal. Tindakan RIRS sendiri sudah banyak dilakukan di Siloam Hospitals ASRI. Dengan didukung oleh tim multidisiplin yang terdiri dari berbagaispesialisyang berpengalaman dan andal di bidangnya, inovasi teknologi, dan sistem pengelolaan klinis dan operasional dari jaringan Siloam Hospitals ASRI, masyarakat Indonesia diharapkan tidak perlu lagi ke luar negeri untuk mendapatkan layanan seputar urologi dan nefrologi yang optimal dan berkualitas,” ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Prof. Dr. dr. Nur Rasyid, SpU-K, Spesialis Urologi Siloam Hospitals ASRI menyatakan, “Penderita batu ginjal sering kali tidak merasakan adanya gejala atau keluhan. Oleh sebab itu, tanpa disadari batu ginjal bisa menjadi besar. Beberapa gejala yang sering dirasakan oleh penderita batu ginjal yaitu nyeri pinggang yang hilang timbul meskipun tidak melakukan gerakan berlebih, kencing berwarnakemerahan atau kencing darah, kencing keruh berpasir atau keluar batu kecil, dan bila terjadi infeksi akan menyebabkan demam serta nyeri saat berkemih.”

Prof. Nur juga menambahkan, seseorang akan berisiko lebih tinggi terkena batu ginjal jika salah satu anggota keluarga pernah menderita batu ginjal. ”Faktor risiko lainnya yaitu dehidrasi atau tubuh kurang cairan, apalagi bagi orang yang tinggal di iklim hangat dan kering sehingga mereka cenderung berkeringat dan malah banyak mengeluarkan cairan. Mengonsumsi makanan yang tingkat protein, natrium (garam) dan gula berlebihan dapat meningkatkan risiko beberapa jenis batu ginjal. Berikutnya, mereka yang obesitas, memiliki penyakit pencernaan, pernah melakukan prosedur pembedahan sebelumnya, atau kondisi medis lain seperti asidosis tubulus ginjal, sistinuria, hiperparatiroidisme, dan infeksi saluran kemih berulang, sering mengonsumsi suplemen dan obat-obatan tertentu, juga memperbesar risiko terjadinya batu ginjal ini,” jelasnya.

Dalam presentasinya, ia menjabarkan, “Pada dasarnya RIRS adalah prosedur penghancur batu ginjal dengan menggunakan laser. Sebelum dilakukan prosedur RIRS, pasien harus menjalani pemeriksaan laboratorium terlebih dahulu, dilanjutkan pemeriksaan dengan CT scan. Pemeriksaan menggunakan CT scan saat ini sudah mudah dijangkau dan menjadi standar pemeriksaan batu saluran kemih. Selain mengetahui letak dan ukuran

batu, informasi tambahan penting adalah kekerasan batu dengan satuan HU (Hounsefield Unit).”

”Dalam memilih prosedur RIRS, dokter akan mempertimbangkan faktor-faktor seperti ukuran dan jenis batu, serta kondisi kesehatan umum pasien. Informasi kekerasan batu merubah algoritma dan anjuran dokter spesialis urologi dalam penanganan batu saluran kemih, dimana penggunaan ESWL semakin terbatas, karena batu dengan kekerasan lebih dari 1000 Hounsfield Unit (HU), tidak disarankan lagi meskipun ukurannya tidak besar. RIRS dapat dilakukan pada batu ginjal berukuran kurang dari 3 cm, batu dengan kekerasan tinggi (kekerasan batu lebih dari 1000 HU),” terangnya.

Ia menekankan, “Adanya Flexible URS single Use, menjadi pilihan terapi yang cepat berkembang karena dapat mengatasi masalah pada batu saluran kemih yang sangat keras sekalipun. Demikian pula perkembangan alat batu dan laser untuk pemecah batu semakin meningkatkan keberhasilan penanganan batu pada ginjal dan menurunkan risiko komplikasi.”

Perkiraan waktu yang diperlukan untuk tindakan RIRS maksimal 2 jam guna menghindari gejala komplikasi seperti sepsis atau pengaruh panas dari laser yang berlebihan. Apabila diperlukan tindakan ulang atau lanjutan dapat dilakukan 1 minggu kemudian tetapi dapat ditunda paling lama 2 bulan setelah prosedur.

”Tindakan RIRS menggunakan flexible URS selain dapat memecahkan batu menjadi ukuran yang halus seperti pasir, pada kasus batu yang sangat keras maksimal ukuran pecahan kurang dari 1mm, sehingga dapat dievakuasi pada saat tindakan. Selain itu dengan alat ini dapat pula diperoleh contoh batu untuk pemeriksaan analisa batu, agar dapat mengetahui jenis batu dan menentukan pengobatan untuk pencegahan kekambuhan batu saluran kemih,” tutupnya.