Tekan Emisi Gas Rumah Kaca, Ekosistem Motor Listrik Perlu Diakselerasi
INDUSTRY.co.id, Jakarta- Pemerintah berkomitmen mengakselerasi ekosistem motor listrik dengan pengembangan infrastruktur secara masif di tahun-tahun mendatang. Hal ini butuh kolaborasi seluruh pihak, salah satunya adalah keterlibatan bahan baku lokal.
National Project Manager of ENTREV Project Eko Adji Buwono mengatakan, sektor transportasi menjadi salah satu penyumbang utama emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Untuk itu, diperlukan upaya-upaya secara aktif dalam mendorong pengembangan ekosistem motor listrik.
Eko menjelaskan terjadi peningkatan penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil mencapai 153 juta mobil dan motor hingga Februari 2023. Padahal, sektor transportasi selama ini menjadi salah satu penyumbang utama emisi GRK dari sektor energi.
"Perlu ada penguatan sinergi untuk ekosistem Electric Vehicle (EV) antara pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan sektor swasta untuk infrastruktur charging station, operator transportasi dan penyedia teknologi EV," kata Eko dalam Kuliah Umum Telkom University bertajuk Powering The Future: Dive into Electric Vehicle (EV) Technology, Jumat (31/5).
Eko menambahkan, penetrasi pemanfaatan kendaraan listrik masih tergolong rendah dan menghadapi sejumlah tantangan di pasar. Selain tantangan dari sisi harga dan infrastruktur, pengembangan kendaraan listrik juga dihadapkan pada tantangan ketersediaan regulasi yang belum memadai secara khusus untuk sektor pengembangan baterai motor listrik dan pasar kendaraan listrik bekas.
Menurutnya, pengembangan baterai kendaraan listrik di Indonesia sangat potensial apalagi Indonesia merupakan salah satu produsen utama mineral bahan baku baterai kendaraan listrik.
EV Business Development Project Manager of PT SUCOFINDO Ahmad Osman mengatakan, industri Testing, Inspection & Certification (TIC) memiliki sejumlah peran penting dalam mendukung ekosistem kendaraan listrik mulai dari pengujian material, baterai, komponen, TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) hingga soal pengelolaan limbah.
Menurutnya, tantangan keterjangkauan harga kendaraan listrik akan dapat teratasi seiring waktu berjalan dengan kian berkembangnya teknologi.
"Tahun 2030, dengan kian meningkatnya populasi Battery Electric Vehicle (BEV), selisihnya akan mencapai 9% dikarenakan semakin murahnya biaya komponen Baterai sekitar 25% dari total biaya EV," kata Osman.
“Fakultas Teknik Elektro Telkom University berkontribusi dalam menyiapkan generasi muda yang siap untuk berperan serta aktif dan melahirkan inovasi-inovasi dalam mendukung teknologi yang ramah lingkungan. Tidak hanya sebagai pengguna, tetapi juga dapat menciptakan dan mengembangkannya. Riset di lingkungan kampus terus dikembangkan pula agar makin dekat dengan kebutuhan industri dan pemerintah. Untuk itu, green mindset ditanamkan pula kepada mahasiswa, sebagai agen perubahan, sehingga dapat membawanya saat terjun ke masyarakat nantinya” ujar Dekan Fakultas Teknik Elektro Telkom University, Bambang Setia Nugroho.
“Dengan memperhatikan urgensi perlunya percepatan pengembangan ekosistem kendaraan listrik, PT SUCOFINDO mendorong mahasiswa untuk mengembangkan solusi inovatif berbasis teknologi 4.0 melalui kompetisi SUCOFINDO Science Hackathon Festival (SCIence HackFest)” ujar Zulfikar Aspa ketua panitia SCIence HackFest. Kompetisi ini dapat diikuti oleh pihak eksternal (mahasiswa atau komunitas teknologi), maupun berkolaborasi dengan pihak internal (pegawai SUCOFINDO) dalam penyelesaian permasalahan di dunia industri EV.