Budget Dan Business Strategy di Era High Cost Economy di Indonesia 2024

Oleh : Dr. Josep Ginting, Economist President University | Rabu, 28 Februari 2024 - 11:49 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Pengelolaan perusahaan khususnya industri kecil dan menengah termasuk institusi non korporasi sering mengabaikan 2 (dua) hal penting yaitu Budget dan Business Strategy. Hal ini berdampak kepada pengelolaan usaha yang tidak terarah dalam menyusun langkah-langkah riil yang harus dilakukan dalam periode waktu berjalan. Akibatnya organisasi sering menghadapi kendala : 1). Rencana Kerja sering tidak berjalan (jika sudah ada rencana kerja), 2). Rencana Kerja sudah ada, tetapi tidak sejalan dengan Anggaran Keuangan, 3). Rencana Kerja tidak mendukung pencapaian Kinerja Keuangan dan 4). Rencana Kerja tidak berkesinambungan sehingga Nilai Usaha diragukan dan sulit menarik investor ataupun kepercayaan perbankan.

Salah satu yang menarik adalah kenapa perusahaan yang memiliki entitas Perseroan Terbatas (PT) ataupun surat berharga yang diterbitkan PT tersebut harus di”rating” oleh lembaga pemeringkat baik international (S&P, Moodys, Fitch dan lainnya) ataupun lembaga pemeringkat domestik (PEFINDO) untuk menarik investor ataupun bahkan menjadi lampiran dalam proposal pinjaman ke perbankan. Hal ini disebabkan oleh persepsi investor ataupun perbankan bahwa perusahaan harus memiliki, dalam kaca mata akuntansi, tingkat “Going Concern” stabilitas pertumbuhan yang tinggi. Rencana Kerja maupun Kinerja perusahaan baik finansial maupun operasional harus berkesinambungan dalam jangka panjang yang diiringi oleh Good Corporate Governance. Jika tidak maka umumnya rating perusahaan ataupun surat utang perusahaan akan maksimal di bawah investible level (single A). Tentunya ini penyebab banyak hal yang tidak menguntungkan. 

Salah satu yang dapat dilakukan dalam pengelolaan entitas yang profesional, apalagi perusahaan tidak memiliki aset tetap yang dapat dijaminkan adalah menyusun budget yang selaras dengan business strategy. Dengan penyelarasan tersebut maka semua potensial masalah seperti perhitungan Pajak yang buruk, Pengukuran Rencana Arus Kas yang tidak tepat, akuntansi dan keuangan yang tidak selaras, Perhitungan Cost dan Expense yang tidak dimengerti (Accrual dan Cash Basis), sistem kerja yang tidak terprogram, dapat diselesaikan dengan baik, terlebih pada era high cost economy 2024.

Apa yang dimaksud dengan high cost economy, kenapa di tahun 2024 digolongkan dalam high cost economy ?

High cost economy dapat diartikan dengan proses ekonomi di suatu negara yang memerlukan biaya yang lebih tinggi diakibatkan oleh kebijakan pemerintah maupun given factors yang berasal dari luar negeri (global impact). Pada kondisi high cost economy kondisi suatu negara sangat tidak stabil di mana GDP deflator akan sangat tinggi akibat demand pull dan cost push inflation. Tingginya GDP deflator diakibatkan GDP Nominal meningkat sangat tajam. 

Indonesia di tahun 2024, sangat mungkin mengalami GDP deflator yang sangat tinggi yang diakibatkan terbesar adalah mengimpor inflasi dari negara lain, atau memang negara-negara lain berusaha mengekspor inflasi ke Indonesia. Tentunya ini bisa terjadi mengingat kondisi Indonesia yang sangat lemah. Hot economy yang terjadi di negara lain dapat diredam oleh pemerintahnya dengan mengekspor inflasi dengan memperbesar ekspor untuk mencapai trade of balance yang positif dan memberikan pinjaman dengan bunga yang sangat tinggi dalam jangka panjang. Hal ini telah dan sedang terjadi di Indonesia. Setiap negara akan berusaha membuat Balance of Payment nya positif dengan berusaha meningkatkan nilai positif balance of trade dan balance of finance. Tiongkok misalnya memiliki kedua hal ini yang nyaris sempurna yaitu balance of trade yang positif baik dan balance of finance yang baik, dengan membentuk kerja sama BRICS dan semua negara yang tertarik di mana CNY menjadi mata uang untuk nilai tukar selain USD. Masalahnya adalah Tiongkok bisa menjadi pengekspor inflasi yang sangat signifikan mengingat pertumbuhan ekonomi yang sudah mulai membaik. Diperkirakan Tiongkok dan India adalah negara di Asia yang memiliki GDP growth yang akan tertinggi.

Selain faktor GDP deflator yang tinggi yang terhubung dengan proses impor inflasi, perekonomian Indonesia juga akan berdampak kepada pemenuhan kebutuhan keuangan yang diakibatkan tingginya utang. Tentunya ada dua hal yang sangat mungkin dilakukan oleh pemerintah antara lain 1). Mengoptimalkan nilai utang dengan membandingkan dengan Anggaran dan GDP Indonesia, jika ini dilakukan maka juga sangat tidak baik mengingat GDP Indonesia juga adalah estimasi, 2). Meningkatkan Tax Rate dan memperluas jumlah Objek Pajak, hal ini bisa berakibat fatal jika tidak dipertimbangkan secara baik. Jika Tax Rate dinaikkan maka jangka pendek terkumpul sejumlah dana tetapi dalam jangka menengah panjang industri akan mati dan konsumsi akan turun akibat meningkatnya jumlah dan variasi objek pajak, akibatnya perekonomian akan terkunci. Di satu sisi jangka pendek mengimpor inflasi di sisi lain konsumsi berkurang. Indonesia akan mengalami kontaksi lagi dengan inflasi yang rendah diakibatkan GDP growth yang rendah. 

Lalu apa yang harus dilakukan oleh dunia usaha khususnya UMKM berbentuk PT atau CV atau lembaga non PT atau non CV ? Dalam hal kondisi high cost economy di tahun 2024 semua pihak perlu mengerti keseimbangan antara “Budget” dan “Business Plan”. Mengingat manajemen itu adalah science dan art maka adalah penting untuk memikirkan sesuai dengan karakter dan budaya perusahaan sendiri, tidak disarankan untuk bertanya ke chat GPT, tidak akan menemukan jawaban untuk solusi.

Apa yang dimaksud dengan Budget, apa manfaat dan risikonya bagi entitas ?

Budget sering dimaksudkan dengan Anggaran Keuangan (pendapatan dan pengeluaran) yang terintegrasi dan terhubung baik berupa operational budget maupun financial budget. Anggaran Keuangan yang terintegrasi dan terhubung artinya adalah segala sesuatu dimulai dari target akhir yang akan dicapai. Ada banyak kekeliruan dalam proses pembentukan budget yang disebut dengan budgeting. kekeliruan dapat terlihat dari penyusunan angka di mana sesuatu yang keliru adalah di mana angka yang dimasukkan dalam budget adalah angka berdiri sendiri hasil spontan. Budget yang benar adalah anggaran keuangan di mana angka yang terbentuk adalah akibat adanya kegiatan yang berkesinambungan, misalnya pada perusahaan manufaktur, budget selalu dimulai dengan Sales Budget, kenapa ? Jawaban yang pasti adalah karena Sales Budget adalah sejumlah pendapatan yang telah direncanakan yang telah disetujui oleh Komisaris atau beberapa telah dipresentasikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Seterusnya Sales Budget diikuti dengan Production Budget yang terdiri dari Raw Material Budget, Labor Cost dan Factory Overhead. Hal ini akan membentuk Cost of Good Manufactured. Di sisi lain Financial Budget berjalan sejajar di mana akan menggunakan Cost of Good Manufactured menjadi Cost of Good Sold. Cost of Good Sold menjadi dasar pada Financial Statement Proforma. 

Untuk mengatasai kendala pengontrolan sebaiknya Budget sebaiknya ditata dengan static budget ataupun flexible budget agar lebih bisa terkontrol. Apa saja masalah perusahaan ketika terjadi high cost economy ? Apa yang harus dilakukan dengan budget ketika negara sedang dan akan mengalami kondisi high cost economy ? Bagaimana jika budget dibentuk dengan angka yang berdasar subjektif dan tidak terprogram ? 

Ada banyak masalah yang akan terjadi di perusahaan dalam masa high cost economy di tahun 2024, misalnya manajemen akan kesulitan dalam menetapkan harga jual produk, manajemen akan kesulitan menghitung biaya tetap maupun biaya variabel, perusahaan akan kesulitan dalam membuat Tax Planning, manajemen sendiri akan bingung mau mengerjakan aktivitas apa berdasarkan urutan dan skala prioritas. Apabila ini terjadi maka pada akhirnya akan terbentuk Laporan Manajemen yang tidak baik dan tentunya Laporan Keuangan yang “diragukan”,  yang berakibat kepada tidak ada investor yang tertarik untuk bergabung dan bahkan perbankanpun tidak akan pernah menyentuh. Perbankan akan hanya menyentuh jika 1). Ada agunan fixed asset yang besar dan berlipat ganda dari jumlah pinjaman mengingat risiko potensial yang akan dihadapi, 2). Bunga pinjaman yang dibebankan akan semakin tinggi dan tidak masuk akal. Akibat perlakukan bank tersebut maka perusahaan akan mengalami Debt To Equity Ratio yang tinggi dan meningkat di mana Cash in flow yang diharapkan dari Operating Activities tidak akan mampu memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang atau dapat diartikan internal financing tidak akan mampu menangani kebutuhan modal dengan pendapatan usaha perusahaan akibatnya akan berfikir tentang external financing yang tentunya tidak mudah dan terlalu berisiko.

Ketika high cost economy terjadi maka budget disusun dengan dua bagian yaitu static budget dan kedua adalah flexible budget. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengontrolan penggunaan internal financing maupun external financing. Sebaiknya kebutuhan dan kewajiban jangka pendek dilakukan dengan internal financing yaitu dengan cash in flow yang berasal dari operasi perusahaan. Tidak disarankan untuk meningkatkan external financing baik untuk kebutuhan jangka pendek ataupun jangka panjang, kecuali turn over of inventory dan Account Receivable Turn Over sangat tinggi yang dihitung secara harian Days of Inventory Turn Over dan Day’s of Account Receivable tidak lebih dari 30 hari. Tentunya desire allowance for doubtfull account nya harus disusun seminimal mungkin. Biasanya perusahaan menjaga tidak lebih dari 20%. Selain menjaga dengan ketat angka-angka pada cash flow statement maka pada high cost economy, perlu menyusun Business strategy yang masuk akal dan tertata, tidak sekedar mengucapkan strategi tanpa mempertimbangkan angka yang masuk akal, sehingga mengurangi hayalan.

Sehubungan dengan penyusunan Business Strategy maka budget yang termasuk dalam strategi keuangan perusahaan harus berdasarkan perencanaan yang berkesinambungan bukan sistem plotting tanpa perhitungan. Sekali lagi investor dan perbankan akan sangat melihat hal tersebut. Apa yang dimaksud dengan sistem plotting ? Pada penyusunan budget (budgeting) sering angka yang disebutkan adalah angka “kira-kira” untuk membuat pemegang saham bergembira, tanpa melihat hubungan ke periode sebelumnya dan rencana untuk beberapa periode ke depan. Jika ini terjadi bulan madu pengelolaan perusahaan hanya sebentar saja.

Apa yang dimaksud dengan Business Strategy dan apa hubungannya dengan Budget ?

Business Strategy adalah langkah-langkah yang tepat untuk dilakukan untuk mencapai keinginan perusahaan yang meliputi penetapan tujuan yang tepat, mengembangkan rencana-rencana aksi dan bagaimana mengalokasikan keseluruhan sumber daya perusahaan baik financial maupun non financial secara efektif. Lebih tepatnya ada perencanaan strategi dan ada implementasi strategi dengan tujuan posisi perusahaan yang baik di pasar yang berdampak kepada pertumbuhan perusahaan. 

Pada era high cost economy, teman bisnis yang perlu banyak. Sehingga perlu diformulasikan banyak kerjasama dengan pihak yang memberikan dampak positif saja. Banyak bentuk kerjasama yang dapat dilakukan alliance, modal ventura dan akuisisi adalah hal yang lumrah. Hal ini dilakukan untuk mendorong penyusunan dan pelaksanaan implementasi dalam keuangan, pemasaran, umum termasuk personalia serta strategi produksi. Jika alliance, modal ventura ataupun akuisisi dapat dilakukan maka ini akan sangat membantu external financing dengan biaya murah tetapi sambil berjalan akan diperoleh keuntungan dan manfaat yang stabil, belum berfikir high growth, hanya stability of earning dulu diutamakan.

Business Strategy berhubungan dengan Budget, benarkah ? Tentunya hal ini yang sering kurang dipahami oleh manajemen dalam melakukan usaha. Pada perusahaan berkelas internasional Business strategy dan Budget ini pasti ada dan sangat dijunjung tinggi. Hubungan yang riil dapat dipahami adalah di mana Budget adalah Anggaran Keuangan yang telah ditata rapi, terintegrasi dan berkesinambungan meliputi sistem internal financing dan external financing, di mana disisi lain Business Strategy adalah terjemahan langkah-langkah strategis yang akan diambil sesuai dengan Anggaran Keuangan yang telah disepakati di awal. Business Strategy yang tidak didasarkan Budget tidak akan terarah, Budget yang tidak diikuti Business strategy adalah sia-sia.

Lalu apa saja yang perlu dihindari dalam era high cost economy 2024 ? Tentunya hayalan. Sering dipahami dengan marketing yang berlebihan yang meningkatkan biaya tinggi dan mencari kritik pasar dengan promosi di media sosial yang berlebihan yang dapat menjauhkan dari target pasar. Demikian juga organisasi berbiaya tinggi sangat tidak disarankan, sering sekali organisasi tidak efektif dimana organisasi berbentuk silinder di mana jumlah manajer sama besarnya dengan jumlah pekerja, atau bahkan seorang pekerja dipimpin oleh banyak atasan (mengkerucut kebawah), hal ini tentu akan berakibat biaya besar untuk sesuatu yang tidak pasti.

Lalu apa yang harus dilakukan untuk pengoperasian perusahaan di era high cost economy ? Pertama, cari dan tambahkan teman bisnis. Kedua, menjual hal yang prinsipil yang dapat menarik minat investor misalnya pengetahuan (ide positif), kualitas produk, manfaat produk dan layanan serta laporan keuangan dan laporan manajemen yang akurat dan menarik. Ketiga mengembangkan produk yang memberikan solusi, bukan sekedar memperkaya jumlah. Keempat, perbaiki hubungan dengan pemerintah terkait untuk mempermudah proses usaha, perizinan dan pajak.

Jika hal ini dilakukan pada era high cost economy 2024 perusahaan khususnya UMKM dan lembaga non korporasi akan selamat dan bertumbuh stabil, sambil menunggu kondisi lebih baik. 

 

Oleh: Dr. Josep Ginting

Economist, President University