Lengser KLengser Kepraboneprabon

Oleh : Alex Palit | Senin, 26 Februari 2024 - 04:54 WIB

INDUSTRY.co.id - Dalam kosmologi Jawa dikatakan bahwa kekuasaan itu universum, dalam artian bahwa kekuasaan tidak lepas atau tidak bisa dipisahkan campur tangan alam semesta, dan menjadikan bahwa kekuasaan itu hadir sebagai sesuatu yang agung dan sakral.

Sebagaimana ditemui dalam budaya Jawa, bahwa kekuasaan itu tidak sekedar sebagai sebuah legitimasi politis, di dalamnya juga melekat sesuatu yang agung, mulia, keramat, sakral, dan mengandung dimensi metafisis yang berasal dari "dunia Atas".

Begitupun alam metafisis kosmologi Jawa, kekuasaan yang ada dalam diri seorang pemimpin tak lepas dari semua itu. Ia akan hadir bersemayam pada orang-orang terpilih yang mendapat wahyu cakraningrat atau wahyu keprabon dan memiliki daya linuwih, maka terjunjung derajatnya untuk menyandang posisi pemimpin.

Dalam kepemimpinan budaya Jawa, ada dikenal ungkapan lengser keprabon. Istilah ini lengser keprabon sering terhubung turunnya sang raja dari tahta kekuasaannya, lantaran sang raja kehilangan sinar wahyu keprabon, hal ini antara lain ditandai mulai meredupnya legitimasi politiknya.

Ia juga mulai kehilangan kredibilitas di mata rakyat, sehingga terjadi krisis kepemimpinan, karena dianggap tidak amanah, mengabaikan tugas utamanya mensejahterakan rakyat, lebih mementingkan diri sendiri, keluarga dan kroni-kroninya. Atau prilaku lainnya sang raja yang melengserkan kredibilitasnya di mata rakyat.

Termasuk adanya kepercayaan, manakala penerima wahyu keprabon dalam kepemimpinannya menyalahgunakan kekuasaannya, bertindak sewenang-wenang atau otoritarian, berperilaku tidak adil, wahyu keprabon itu akan ditarik kembali oleh "dunia Atas".

Wahyu keprabon yang diterimanya akan sirna atau hengkang meninggalkan dirinya. Itulah sunatullah, hukum alam.

Semiotika lengser keprabon di dunia perwayangan ditemui dalam lakon "Petruk Dadi Ratu". Di mana Petruk yang sejatinya punakawan, karena ambisi politiknya untuk berkuasa kemudian mencuri pusaka Kalimasada yaitu pusaka bertuah simbolisasi kepemimpinan.

Pusaka bertuah Kalimasada ini ia curi demi hasrat ambisi untuk berkuasa. Setelah berkuasa menjadi raja, Petruk mabuk kekuasaan, lupa diri sejati dirinya.

Begitulah kosmologi budaya kepemimpinan Jawa dalam memaknai tanda-tanda alam "Petruk Dadi Ratu” lengser keprabon.

Alex Palit, wartawan senior dan pengamat sosial