Delegasi Asean Kaget, Kain Tenun Dayak Berusia Ratusan Tahun, Identitas Indonesia dalam Tenunan
INDUSTRY.co.id, Jakarta– Dian Oerip tampak sibuk berbincang dengan salah satu pengunjung gerai wastra miliknya di acara ASEAN Weekend Market. Dengan antusias, Ia terlihat menerangkan kain tenun Dayak Iban khas Kalimantan Barat berusia lebih dari seratus tahun yang dijadikan salah satu koleksi busana premium Oerip Indonesia.
“Ini koleksi premium kami. Motifnya sangat detail, pembuatnya juga sudah meninggal dunia. Mungkin, tidak ada lagi yang bisa membuat seperti ini,” terang perempuan asal Ngawi, Jawa Timur itu.
Pemilik nama lengkap Dian Errakumalasari itu menjelaskan semua kain tenun yang dijadikan busana premium berasal dari koleksi pribadinya selama menjelajah Nusantara. Ia selalu mencari kain tua di setiap daerah yang ia kunjungi.
“Khusus untuk kain lama itu adalah kisah perjalananku ke pelosok. Saya tanya bu ada kain tua nggak, karena mereka juga nggak akan sembarang ngasih, ada yang peninggalan dari nenek moyangnya ada karena kebutuhan uang,” ujar kata penyuka traveling ini saat disambangi Tim Media dan Komunikasi KTT ke-43 ASEAN di sela-sela ASEAN Weekend Market, Minggu (3/9/2023).
Acara yang diselenggarakan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bersama ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) tersebut memang bertujuan mendorong kinerja pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari negara-negara ASEAN. Diharapkan pelaku usaha dapat saling mempromosikan produknya sekaligus membuka potensi kolaborasi satu sama lain.
Identitas Indonesia dalam tenunan
Wastra nusantara, lanjut Dian, adalah identitas Indonesia dan patut dibanggakan. Hal inilah yang membuat lulusan Teknik Kimia ini mendedikasikan hidupnya merawat dan memopulerkan wastra nusantara baik di dalam maupun di luar negeri.
“Awalnya saya suka traveling keliling Indonesia melihat di pelosok dari Sabang sampai Merauke ada kain tenun. Menurut saya bagus sekali dari warna, motif dan filosofinya. Kenapa kita tidak bangga dengan kain Indonesia?” ujarnya.
Terinspirasi dari perjalanannya, Dian lalu menemukan ide untuk membuat baju dari koleksi kain miliknya. Meski bukan seorang desainer fesyen, ia memberanikan diri mendesain konsep minim potong untuk kebutuhan leher dan tangan. Kemudian ia unggah di akun Facebook miliknya.
Ternyata banyak teman menyukainya. Dari situlah ia semangat memproduksi dengan modal terbatas dan terus berkembang. Hingga pada 2015, seseorang mengontak lewat akun Instagram miliknya mengajaknya mengikuti pameran di Florida, Amerika Serikat dan mengenalkan tenun di Voice of Indonesian in Florida.
”Saya pun berangkat aja, malah lanjut ke Den Haag sampai ke negara Eropa lainnya,” ujarnya yang telah memiliki distributor di Florida, London, dan Rotterdam.
Ciptakan lapangan kerja
Kini Oerip Indonesia memiliki 60 karyawan. Tak hanya tenun, jenama lokal ini juga memproduksi dengan bahan batik, songket, hingga sarung.
Beberapa kain yang diolah di antaranya tenun Dayak Iban, Ulap Doyo dari Kalimantan, Ulos, tenun Tanimbar dari Maluku tenun Sikka, Sumba, Bajawa dari NTT, tenun Lombok dari NTB, tenun Tarum dan Gringsing dari Bali, tenun Badui dari Banten dan masih banyak lagi.
Dian memiliki visi untuk memberdayakan wastra nusantara termasuk para penenun untuk terus berkarya dan sejahtera. Untuk menghormati para penenun, busana wastra yang diproduksi tidak dipotong atau minim potong, terbatas di bagian leher dan tangan saja. Ini yang menjadi ciri khas dari produknya, busana dengan ukuran besar.
ASEAN Weekend Market menjadi ajang promosi sekaligus penguatan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Langkah ini pun menjadi simbol bagaimana fokus ASEAN adalah memang menguatkan sektor tersebut. Hal ini tidak lain karena berkaca dari kemampuan Indonesia menghadapi berbagai krisis, yang salah satunya berkat peran UMKM.
UMKM, terbukti menjadi tonggak dan motor penggerak perekonomian negara-negara ASEAN di tengah tantangan krisis ekonomi global, baik dalam hal penciptaan lapangan kerja maupun kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi.
UMKM di kawasan ASEAN tercatat mampu menyerap 35 hingga 97 persen tenaga kerja yang mampu berkontribusi sebesar 35 hingga 69 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) di masing-masing negara. Sebanyak 45 UMKM yang berasal dari Kamboja, Myanmar, Thailand, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Indonesia unjuk produk digelaran tersebut.
Salah satu pelaku UMKM dari Malaysia, Hodi, di lokasi yang sama dengan Dian mengapresiasi gelaran ASEAN Weekend Market. Antusiasme pengunjung diakuinya sangat tinggi untuk mencoba kuliner khas Malaysia Utara.
Hal yang sama diakui pelaku UMKM lainnya, Malika dari Kamboja. Karena animo pengunjung yang tinggi, ajang tersebut pun dijadikan kesempatan mempromosikan produknya. Nilai dari produknya yang dibuat dengan memberdayakan para perempuan setempat adalah ramah lingkungan. Dia menjual tas yang terbuat dari bambu, rotan, dan water hyacinth.
ASEAN Weekend Market menjadi bentuk kontribusi nyata dalam membuka peluang bagi UMKM mendapatkan akses pasar yang lebih luas khususnya di kawasan ASEAN. Seperti kata Presiden Joko Widodo saat menutup KTT ke-43 ASEAN 2023, esensi yang dibangun Indonesia selama memegang Keketuaan di 2023 adalah menjadikan ASEAN sebagai Epicentrum of Growth.