Mengenal Skoliosis, Kelainan Tulang Belakang Yang Wajib Dideteksi Sejak Dini. Penanganannya Sudah Lengkap Di Indonesia

Oleh : Nina Karlita | Minggu, 09 April 2023 - 13:56 WIB

INDUSTRY.co.id

Jakarta - Skoliosis, merupakan kelainan pada rangka tubuh yang ditandai dengan tulang belakang berbentuk melengkung seperti huruf C atau S.

Dalam media gathering yang digelar RS Premier Bintaro (6/4), dr. Omar Luthfi, SpOT(K) Spesialis Bedah Orthopaedi Spine RS Premier Bintaro menjelaskan prevalensi skoliosis di Indonesia sekitar 3%-5%.

"Skoliosis merupakan kelainan ringan, tidak bergejala, tidak nampak jelas perubahan bentuknya. Kerap menyerang remaja usia 11 hingga 18 tajun, lebih banyak wanita dibandingkan laki-laki," kata dr. Omar dalam paparannya.

Meski Skoliosis hanya menimbulkan keluhan ringan, tetapi kelainan tulang ini dapat berkembang menjadi lebih parah seiring pertambahan usia. Jika tidak ditangani, lengkungan skoliosis yang sangat parah dapat menimbulkan kerusakan sendi dan nyeri berkepanjangan.

Menurut dr. Omar, sekitar 80 persen kasus yaitu idiopatik. Maksudnya, saat ini belum diketahui penyebab pastinya. Namun, ada juga pasien yang alami skoliosis sejak lahir, proses penuaan, hingga gangguan sistem saraf dan otot.

Selain itu, ada jenis skoliosis non struktural. Kondisi ini biasanya terjadi karena postur atau kebiasaan yang dilakukan. Selain itu, otot yang tegang dan panjang tungkai berbeda juga mendorong seseorang alami skoliosis.

Cara mudah mendeteksinya bisa dilakukan dengan metode Adam’s Test yang bisa dilakukan sendiri di rumah dan sebaiknya dicoba saat anak berusia 10-15 tahun. Bagaimana caranya? Pertama, minta anak luruskan tangan ke depan, pertemukan kedua telapak tangan, membungkuk ke depan 90o, lalu pemeriksa melihat dari dari belakang dalam posisi duduk.

"Cek apakah tulang belikatnya, jika tinggi sebelah patut dicurigai anak mengalami skoliosis dan perlu diperiksakan ke dokter,” tutur dr. Omar.

Jika memang anak terdiagnosis skoliosis, penanganan sedini mungkin menjadi langkah yang sangat penting. Penanganan dini ini dilakukan sebelum kurva atau kelengkungan tulang belakang menjadi berat. Penanganan sejak awal berfungsi untuk mencegah bertambahnya kelengkungan tulang belakang. 

“Jika kurva kelengkungan tulang belakang <25o, langkah yang diperlukan ialah pemantauan rutin setiap 4-6 bulan melalui foto rontgen," papar dr. Omar. 

"Jika kurva 25o-50o  anak perlu menggunakan brace (rompi khusus yang ketat) yang didesain khusus sesuai bentuk skoliosis. Fungsinya untuk mencegah skoliosis bertambah parah agar nantinya tidak perlu di operasi,” tambahnya,

Adapun pada kasus yang berat dengan kurva kelengkungan > 50o, penanganan dilakukan melalui tindakan operasi pemasangan implan untuk memperbaiki bentuk tulang belakang mendekati normal semaksimal mungkin. Operasi dikerjakan oleh tim multidisiplin yang anggotanya antara lain dokter tulang belakang, neurolog, tim anestesi, dan staf kamar operasi. 

“Masyarakat tidak perlu takut dengan operasi tulang belakang sebab saat ini, dengan bantuan peralatan yang semakin canggih dan teknologi implan yang baik, keamanan dan hasil koreksi skoliosis juga semakin meningkat. Salah satu teknologi canggih yang sangat membantu meningkatkan hasil operasi skoliosis ialah teknologi Robotic Spine Surgery,” terang dr. Omar. 

Robotic Spine Surgery, lanjutnya, mampu meningkatkan presisi dan akurasi pemasangan implan hingga 99%, bahkan untuk kasus yang sangat sulit sekalipun. Dengan demikian, risiko dan komplikasi pemasangan implan dapat ditekan seminimal mungkin.

Saat ini, operasi tulang belakang menggunakan teknologi Robotic Spine Surgery sudah tersedia di rumah sakit dalam negeri. Salah satunya yakni di RS Premier Bintaro.

“RS Premier Bintaro memiliki Robotic Spine Surgery yang dinamakan Robbin. Alat ini digunakan salah satunya adalah untuk penanganan kasus skoliosis dengan menggunakan teknologi AI (Artificial Intelegence), di mana ini di Asia Tenggara alat ini hanya ada di Indonesia yg salah satunya adalah di RS Premier Bintaro. Tujuan utamanya adalah mendukung program pemerintah agar masyarakat tidak perlu berobat ke luar negri,” tutur Drg. Kencana Widya, MARS selaku Manager Marketing RS Premier Bintaro, pada kesempatan sama. 

Ia menambahkan, RS Premier Bintaro juga memiliki program screening skoliosis yang dilakukan secara aktif terjun ke sekolah-sekolah maupun kampus dengan membawa serta dokter konsultan tulang belakang dan tim Ramsay Spine Center.