Proyek Tol Laut untuk mendukung Inisiasi One Belt One Road

Oleh : Jony Oktavian Haryanto | Rabu, 21 September 2022 - 09:38 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Inisiasi One Belt One Road (OBOR) oleh Pemerintah China yang berusaha menghidupkan kembali inisiatif perdagangan jalur sutera dengan tujuan membuat koneksi perdagangan ke seluruh dunia menjadi jauh lebih mudah adalah suatu inisiatif yang harus disambut baik oleh pemerintah Indonesia.

Untuk itu, Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Presiden Jokowi telah menyambut baik inisiatif tersebut dengan mengembangkan tol laut yang bertujuan untuk membuat distribusi barang menjadi semakin efisien di Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau.

Namun demikian, selama kurang lebih delapan tahun proyek besar tol laut ini telah diterapkan namun hasilnya belum maksimal.

Pelabuhan telah dibangun secara masif dan besar-besaran namun kapal-kapal besar masih jarang yang datang karena produk  komoditas yang bisa diantar sangat sedikit. Seandainyapun ada produk komoditas yang bisa dibawa, namun pulangnya kapal tersebut kosong karena tidak ada produk dari daerah tersebut yang bisa dibawa pulang untuk diperdagangkan ke daerah lain.

Dengan demikian, maka proyek tol laut tersebut belum maksimal karena tidak adanya  komoditas atau content yang cukup besar untuk diperdagangkan ke daerah lain, apalagi diekspor ke negara lain. Dengan demikian kegiatan import dan eksport dengan negara lain menjadi tidak efisien karena harus melalui pelabuhan besar di Jakarta atau Surabaya untuk dipindah ke kapal-kapal kecil menuju ke daerah-daerah di seluruh Indonesia. Untuk itu diperlukan suatu inisiasi kerjasama yang merangkul banyak pihak sehingga infrastruktur yang sudah dibangun atau bisa disebut seperti container harus didukung oleh adanya content yang bisa diperdagangkan.

Perlu dibangun kawasan-kawasan industri di seluruh Indonesia untuk menciptakan content komoditi tersebut. Sebagai contoh, kawasan industri Jababeka di Cikarang, telah menciptakan 1 juta tenaga kerja, 2000 lebih perusahaan multinational dari 20 negara dan GDP di Jababeka Cikarang adalah USD 35 milyar atau USD 35.000 per capita per tahun. Dibanding RI  USD  4000 per capita.

Dengan adanya kawasan-kawasan industri baru maka akan muncul industri-industri baru sehingga akan tercipta content yang cukup signifikan untuk diperdagangkan ke daerah lain. Untuk itu, perlu CCN model baru, yaitu communication, connection dan networking untuk mengggantikan CCN model lama, yaitu corruption, collution dan nepotism. Dengan adanya CCN model baru ini yang melibatkan multi negara, seperti China, Korea, Jepang, dan negara-negara lainnya maka koneksi antar daerah menjadi nyata dan proyek tol laut bisa terwujud untuk mendukung proyek besar One Belt One Road.

PT Jababeka yang telah berpengalaman selama lebih dari 30 tahun membangun kawasan industri cikarang, West Java sebesar 5.600 Ha yang dulunya adalah tanah tidak produktif menjadi lokasi berkembangnya perusahaan multinational seperti Unilever, Samsung, Mattel, Hyundai, dll. Selain itu PT. Jababeka juga telah membangun kawasan industri Kendal, Central Java bekerjasama dengan Sembcorp, Singapura dan Kawasan ekonomi khusus di Tanjung Lesung, West Java, maupun di Morotai.

Kawasan Ekonomi Khusus Morotai sangatlah strategis karena berada di tengah lalu lintas perdagangan Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, Australia, Taiwan, dan China. Saat ini kawasan ekonomi khusus Morotai dapat dilirik sebagai inisiatif untuk membangun content di Indonesia Timur yang relatif lebih tertinggal dari daerah lain di Indonesia namun sebenarnya memiliki potensi alam yang luar biasa melimpah dan posisi yang sangat strategis.

Untuk itu perlu dibentuk forum para akademisi dan kaum intelektual yang bisa mempengaruhi dan memberikan masukan kepada pemerintah Beijing maupun Jakarta. Juga negara-negara lain yang ingin investasi di Indonesia memanfaatkan sumber daya alam Indonesia dengan tenaga kerja muda yang berlimpah dan pasar domestik yang tumbuh dengan pesat.

Diharapkan dengan adanya tim khusus tersebut akan memberikan usulan, masukan dan saran kepada Pemerintah China dan Pemerintah Indonesia sehingga akan mampu memberikan insentif-insentif khusus kepada para industri tersebut. Dengan demikian, industri akan bertumbuh dan para investor akan tertarik untuk berinvestasi pada kawasan ekonomi khusus dengan insentif khusus pula.

Oleh:  Jony Oktavian Haryanto, Sekretaris Yayasan Universitas Presiden