Kendi Sebagai Industri Rakyat: Dahulu, Kini dan Mendatang
INDUSTRY.co.id, Jakarta-Dahulu kendi merupakan industri rakyat di pedesaan dan termasuk kerajinan yang sering disebut dengan gerabah yang salah satunya berupa kendi selain produk lainnya yakni : kendil, gentong, anglo, kuali, pot bunga , meja dan berbagai variasi lainnya.
Proses ‘produksinya bersifat padat karya biasanya hanya melibatkan keluarga (suami, istri , anak, adik dan kerabat keluarga lainnya . Disebut padat karya karena Semua kegiatan produksi dilakukan dengan melibatkan tenaga kerja manusia dan kalau toh ada mekanisasi hanya sederhana.
Kendi merupakan alat perabotan rumah tangga yang terbuat dari tanah liat, dibuat melalui proses pembakaran. Dilihat secara phisik bentuknya yang menggelembung di tengah, terdapat tangkai leher diatasnya sebagi pegangan dan lubang mengerucut disisi lainnya, kendi berfungsi sebagai wadah/tempat air minum.
Untuk tempat air yang lebih besar yang disebut gentong yang biasanya digunakan untuk menampung stok air yang diambil dari sumber mata air yang diangkut (dipikul) sebagai penenuhan kebutuhan rumah tangga. Tidak jarang gentong kita jumpai dilanggar (surau) sebagai tempat wudhu.
Dahulu kendi juga banyak digunakan untuk dibawa kesawah untuk dikala para petani bekerja disawah disamping menemani makanan yang dibawa dari rumah berupa singkong, ubi , jagung baik direbus maupun dibakar, alangkah nikmatnya. Sebentar menjelang siang datang sang isteri membawa nasi dan lauk pauk sederhana yang kemudian dinikmati di sawah, alangkah indahnya menikmati kehidupan dikampung dengan kendi yang airnya terasa segar.
Dahulu kendi juga disedakan didepan rumah dengan diisi air yang sudah ditandon(didiamkan) beberapa yang diperuntukkan bagi siapa yang memerlukan untuk penghilang haus sekaligus sebagi bentuk sedekah tanpa mengharap balas jasa apapun, Kendi juga berapa ditempat umum seperti pos ronda, balai desa untuk digunakaan bersama tanpa harus diperintahkan dan diminta , prinsip saling memiliki dan membutuhkan (handarbeni) disertai saling menjaga (hangungkrebi) dipegang teguh untuk sebuah kebersamaan.
Keberadaan kendi ini banyak dijumpai di daerah pedesaan dipulau jawa. Namun seiring dengan penyebaran masyarakat jawa ke pulau lain baik dalam rangka program transmigrasi atau karena tugas kedinasan maupun dalam rangka bisnis kendi juga dikenal didaerah lain.
Difaerah perkotaan dapat dijumpai kendi namun sudah beralih menjadi aksesoris dan sifatnya hanya pajanhan belaka. Kecuali untuk Daerah Istimeqa Yogyakarta kendi digunakan sebagai tradisi budaya yang keberadaannya melengkapi kebutuhan untuk ritual budaya.
Hakikat Kendi
Dikutip dari Wikipedia, kata kendi berasal dari bahasa sansekerta (dari India) yakni kundika yang artinya 'wadah air minum'. Dalam filosofi Jawa, kendi dimaknai sebagai wadah/sumber kehidupan, dilambangkan air didalamnya yang juga sebagai sumber kehidupan manusia dan seluruh alam semesta.
Keberadaan kendi yang kita kenal saat ini tak luput dari pengaruh peradaban hindu jauh sebelum agama islam masuk di jawa dwipa (pulau jawa).
Kendi juga sering digunakan dalam ritual adat jawa, seperti prosesi kenduri adang uduk menjelang dilaksanakannya pernikahan. Harapan dan doa terselip didalamnya agar dengan niat yang suci dapat membangun kehidupan rumah tangga yang harmonis dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam perkembangan sastra Jawa kata kendi tidak hanya dipandang dari sisi asal bahasa (sansekerta), namun merupakan kerata basa atau dalam bahasa Indonesia disebut bakronim.
Kerata basa atau bakronim adalah frasa yang dibentuk untuk mengartikan sebuah kata dengan menganggap kata itu sebagai akronim (*Wikipedia).
Kendi dalam kerata basa bisa dimaknai sebagai kendalining diri (pengendalian diri) dari sifat-sifat buruk manusia dalam kehidupan. Kerata basa juga sering digunakan oleh para mubaligh/ustadz untuk syiar agama Islam melalui pendekatan bahasa agar mudah dipahami oleh audien, khususnya di pulau jawa. Kendi dimaknai sebagai teken kang gedi (tongkat/patok yang besar lagi kokoh) yang digunakan untuk pegangan. Makna filosofis dibalik teken kang gedi yaitu manusia harus berpegang teguh hanya kepada Allah SWT, Yang Maha Besar lagi Maha Agung. Karena Dialah pemilik segala kehidupan, dan kepada-Nyalah semua dikembalikan.
Dikutip dari Wikipedia, kata kendi berasal dari bahasa sansekerta (dari India) yakni kundika yang artinya 'wadah air minum'.
Penyimpanan air minum yang digunakan berupa kendi tanah liat.
Kendi, dahuulu biasa ditaruh di depan rumah-rumah warga. Air dalam kendi tersebut, boleh diminum oleh siapa saja orang yang lewat di depan rumah. Petani yang pulang dari ladang, anak kecil yang bermain, musafir atau pedagang yang kebetulan lewat, mereka meminumnya tanpa harus meminta ijin pada pemilik rumah.
Pemilik rumah yang menaruh kendi di depan rumahnya, memang sengaja menaruh kendi bagi orang yang membutuhkan air minum untuk menghilangkan dahaga. Masyarakat menganggap bahwa air adalah berkah dan rahmat dari Tuhan yang menjadi milik semua mahluk hidup, karena itu berkah dan rahmat itu harus.
Air dalam kendi konon banyak memberikan manfaat diantaranya: terasa dingin seperti air es (karena belum ada kulkas, mampu melonggarkan tenggorokan dan meningkatkan metabolisme tubuh serta menyegarkan karena diambil dari sumberny langsung.memberikan manfaat diantaranya
Seiring berjalannya waktu, penggunaan kendi tanah liat ini mulai banyak ditinggalkan. Banyak orang beralih ke wadah yang terbuat dari kaca, plastik, atau juga besi. Kini kendi hampir hilang karena hadirnya peralatan rumah tangga modern yang diproses melalui tehnologi modern yang menghasilkan produk yang berkualitas dan terjamin .
Namun sesungguhnya di era ekonomi kreatif kendi perlu digalakkan lagi untuk meningkatkan potensi wilayah yang dimiliki.
Kendi Nusantara
Dalam rangka Pemindahan Ibukota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur, yang mana Kepala Badan Otorita sudah dilantik termasuk Wakil Kepala untuk segera masuk pad titik nol , kembali “kendi” mulai terdengar di masyarakat seantero wilayah nusantara melalui “Kendi Nusantara”
Kendi Nusantara adalah acara ritual dalam bentuk penyatuan air dan tanah dari 34 provinsi Indonesia di titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara memiliki makna tersendiri. Ritual penyatuan tanah dan air tersebut dilakukan Jokowi pagi ini dalam sebuah wadah yang disebut Kendi Nusantara.
Dikutip dari Tempoco menyebutkan bahwa Kendi Nusantara Ini merupakan bentuk dari kebhinnekaan kita dan persatuan yang kuat di antara kita, dalam rangka membangun Ibu Kota Nusantara ini," ujar Jokowi saat memberikan sambutan, Senin, 14 Maret 2022.
Tanah dan air yang disatukan dalam Kendi Nusantara itu dibawa oleh para gubernur dari 34 Provinsi se-Indonesia. Tanah dan air tersebut diambil dari tempat yang dianggap menggambarkan kekhasan dan kearifan lokal daerah masing-masing.
Kembali kali ini kendi terdengar dan banyak disebut setidaknya 34 Propinsi di Indonesia dalam acara ritual “Kendi Nusantara” yang merupakan sarana memohon doa untuk diberikan hidayah dan barokah untuk kemudahan dan kelancaran dimulainya (titik nol) pembangunan sarana dan prasarana perpindahan Ibukota Negara (IKN).
Alangkah indah dan khusu’nya acara ini jika acara ini dilakukan dengan “zikir nusantara” dengan munajat agar memperoleh Ridho Alloh SWT sesuai dengan yang menjadi tujuannya.
Selanjutnya untuk masa mendatangkita berharap agar “Kendi Nusantara” digunakan sebagai momentum untuk menggerakan kembali kendi sebagai bagian alat rumah tangga setiap warga masyarakat yang memiliki nilai budaya dan kearifan lokal.
Seluruhh Propinsi di Nusantara ini memiliki bahan baku untuk membuat kendi . Kendi mendatang bisa dibuat kendi yang lebih baik dilihat dari kualitas untuk mensikapi perkembangan jaman tanpa meninggalkan bahan asalnya dan ciri kas lainnya. Kendi bisa ditambah dengan sedikit gambar yang berkait pada muatan budaya lokal. Kendi bisa betul-betul bagian perabot disetiap rumah tangga dan bahkan menjadi perlengkapan sajian minuman (teh kopi, air putih) di warung, rumah makan, hotel dan bahkan tempat perjamuan pesta hajatan.
Tentunya memerlukan inovasi tanpa bermaksud meninggal kekhasannya. Kendi juga bisa dijadikan sebagai souvenir ditempat wisata . Selama ini kita sering makan diwarunh sate tegal atau bahkan restauran sering ditawarkan teh poci dengan sajian poci dan cangkirnya dari gerabah, terasa nikmatnya sajiannya.
Padahal peralatan poci tidak perlu dicuci pakai alat pembersihndan cukup digojak dengan air panas, dengan maksud agar kerak poci tidak berkurang dan konon semakin tebal keraknya akan semakin menambah aroma minum teh poci.
Kalau hal ini terwujud maka industri akan meningkat, tenaga kerja terserap, pendapat meningkat dan ekonomi tumbuh didaerah. Semoga kendi menjadi bagian dari potensia untuk menggerakan ekonomi dari sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.