Mengetahui Asal Usul Bekasi Dari Dulu Sampai Sekarang Populer
INDUSTRY.co.id - Jakarta - Meski statusnya hanya kota satelit, nama Bekasi tak kalah populer dari Jakarta. Saat ini, Bekasi merupakan kota satelit dengan jumlah penduduk terbanyak se-Indonesia, dan menjadi salah satu pilihan teratas area tempat tinggal bagi kaum urban. Hal ini terbukti dari besarnya pencarian topik rumah dijual di Bekasi dan terus meningkat setiap tahunnya.
Meski banyak meme yang menyebut jarak Bekasi - Jakarta bagaikan ke planet karena saking jauhnya, faktanya semakin banyak orang tertarik tinggal di kota yang berpredikat sebagai Kota Patriot ini.
Hal ini tak lepas dari perkembangan kota Bekasi yang semakin pesat, yang membuatnya semakin terintegrasi dengan Jakarta. Ditambah lagi dengan pilihan rumah dijual di Bekasi semakin banyak dan variatif, yang bisa Anda cari juga di DekorumaProperti.
Nah, sebelum Anda memutuskan untuk berburu rumah dijual di Bekasi, yuk, kenali dulu asal usul kota ini, yang keberadaannya sudah ada sejak sebelum masa penjajahan. Asal Usul Nama Bekasi Dalam prasasti tugu yang berasal dari era Kerajaan Tarumanegara, diketahui bahwa asal usul nama Bekasi berasal dari kata Chandrabhaga, yakni nama sungai yang melalui Bekasi. Kata Chandrabhaga kemudian berubah menjadi Bhagasasi yang pengucapannya sering disingkat menjadi Bhagasi. Kata Bhagasi ini dalam pelafalan bahasa Belanda seringkali ditulis Bacassie, yang kemudian berubah menjadi Bekasi hingga kini. Plang nama Bacassie ini pernah ditemukan di Stasiun Lemahabang. Dikutip dari laman resmi Kota Bekasi, sebutan Bekasi tempo dulu adalah Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri, yang dikenal sebagai Ibukota Kerajaan Tarumanagara (358-669). Luas Kerajaan ini mencakup wilayah Bekasi, Sunda Kelapa, Depok, Cibinong, Bogor, hingga ke wilayah Sungai Cimanuk di Indramayu. Menurut para ahli sejarah, letak Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri sebagai Ibukota Tarumanagara adalah di wilayah Bekasi sekarang. Sejarah Terbentuknya Kota Bekasi Pada zaman penjajahan Hindia Belanda, Bekasi masih berupa distrik yang wilayahnya masih dikuasai para tuan tanah keturunan China. Hal itu terus berlanjut hingga masa penjajahan Jepang. Pendudukan militer Jepang saat itu turut mengubah kondisi masyarakat saat itu, di mana Jepang melaksanakan Japanisasi di semua sektor kehidupan.